Satadanwa (Dewanagari: शतधन्व; ,IAST: Śatadhanva, शतधन्व) adalah seorang tokoh dalam mitologi Hindu. Ia merupakan kesatria Yadawa, klan kesatria keturunan Yadu. Ia merupakan salah putra Herdika (Hredika/Hardika). Saudaranya ialah Kertawarma, kesatria Yadawa yang dikisahkan sebagai sekutu Korawa dalam wiracarita Mahabharata. Dalam kitab Hindu Hariwangsa dikisahkan bahwa ia memiliki seekor kuda betina yang diberi nama Widnyataherdaya, yang mampu menempuh jarak ratusan yojana.[1]
Kisah
Riwayat Satadanwa terdapat dalam kitab Hariwangsa dan Bhagawatapurana. Diceritakan bahwa Satadanwa mencintai Satyabama, putri Satrajit, bangsawan Yadawa. Tetapi Satyabama dijodohkan dengan Kresna, kerabat jauh Satrajit. Satadanwa yang tidak menyukai perjodohan tersebut, merasa senasib dengan Akrura dan Kertawarma. Mereka mencintai Satyabama namun kecewa atas keputusan Satrajit yang menikahkan putrinya dengan Kresna.
Saat para Pandawa – sepupu Kresna – selamat dari peristiwa kebakaran di Waranawata, Kresna segera pergi ke Waranawata untuk menjenguk keadaan sepupunya tersebut. Dengan memanfaatkan situasi ketidakhadiran Kresna, akhirnya Satadanwa membunuh Satrajit yang sedang tidur, lalu mengambil permata Syamantaka, permata berharga milik Satrajit yang dapat menangkal berbagai penyakit dan mendatangkan kebahagiaan. Satyabama yang mengetahui hal itu segera menyusul Kresna ke Waranawata untuk memberitahu berita buruk tersebut. Ia juga mengabarkan berita pembunuhan ayahnya kepada iparnya, Baladewa.[2]
Karena takut akan pembalasan Kresna dan Baladewa, maka Satadanwa memutuskan untuk meminta bantuan Kertawarma. Tetapi Kertawarma menolak setelah tahu bahwa lawannya adalah Kresna dan Baladewa. Akhirnya Satadanwa menemui Akrura. Seperti Kertawarma, Akrura pun menolak permohonan Satadanwa. Akhirnya ia memutuskan untuk kabur dari kerajaannya, Kerajaan Dwaraka. Sebelum kabur, ia menitipkan permata Syamantaka kepada Akrura, dengan syarat bahwa keberadaan permata itu tidak boleh diberitahukan kepada siapa pun. Akrura menyanggupi persyaratan tersebut, lalu Satadanwa pergi meninggalkan kerajaannya.[2]
Satadanwa memacu kudanya dengan cepat, namun Kresna dan Baladewa sanggup mengikuti jejaknya dengan kereta mereka. Setelah perjalanan yang ditempuh sangat jauh, akhirnya Satadanwa tiba di sebuah hutan di kawasan perbatasan Mithila. Di sana kudanya mati kelelahan. Kemudian ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Melihat hal itu, Kresna menyusulnya dengan berjalan kaki juga, setelah menyuruh Baladewa untuk tetap menunggu di atas kereta. Akhirnya Kresna berhasil mengejar Satadanwa. Kresna memenggal kepalanya, lalu memeriksa barang-barang yang dibawanya untuk mencari permata Syamantaka. Namun permata itu tidak ditemukan. Saat Kresna kembali dengan tangan kosong, Baladewa berprasangka bahwa Kresna telah menyembunyikan permata Syamantaka setelah membunuh Satadanwa. Kemudian timbulah pertengkaran di antara mereka. Baladewa memutuskan untuk berpisah dari Kresna. Ia pergi ke Kerajaan Wideha, sementara Kresna ke Dwaraka.[3]
Silsilah
Lihat pula
Referensi
Daftar pustaka