Sabas Ji Hwang

Santo Sabas Ji Hwang (atau Ji Hong) adalah salah seorang dari 103 Martir Korea. Ia lahir pada tahun 1767 dari keluarga musisi di istana kerajaan. Ketika para misionaris mulai mewartakan Injil di Korea, Ji Hwang dengan sukarela mulai mempelajari iman Kristiani dan pada akhirnya ia memberikan dirinya untuk dibabtis sebagai anggota Gereja Kudus dengan nama babtis : Sabas (atau “Saba” dalam Ejaan Korea).

Sabas adalah seorang yang jujur dan rajin, yang mengabdikan hidupnya untuk melayani Tuhan dan Gereja-NYA. Ia bahkan bertekad untuk mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan. Demi imannya akan Yesus Kristus, Sabas tidak pernah merasa takut menghadapi ancaman kemiskinan atau penderitaan.

Sejak tahun 1789, para pemimpin umat Katolik di Korea telah melakukan berbagai upaya untuk mendatangkan imam ke Korea. Pada masa itu, umat Katolik di Korea diperkirakan berjumlah sekitar empat ribu orang dengan tidak memiliki seorang imam pun selama puluhan tahun. Upaya pertama dilakukan pada tahun 1791 dengan mengirimkan utusan ke Beijing untuk meminta uskup Beijing mengirimkan imam bagi umat Katolik Korea. Upaya ini mengalami kegagalan karena penganiayaan yang terjadi pada akhir tahun itu. Pada Tahun 1793, umat Katolik Korea kembali berupaya mengirim utusan ke Beijing yang membawa permohonan umat Katolik Korea pada Uskup Beijing agar mengirimkan seorang imam bagi mereka. Paulus Yun Yu-il (yang pernah tinggal di Beijing), Sabas Ji dan Yohanes Pak terpilih sebagai utusan umat Katolik Korea untuk berangkat ke Beijing.

Para utusan ini berangkat secara rahasia dengan berjalan kaki menempuh jarak lebih dari 1200 KM dari Seoul Korea ke Beijing China. Mereka bersama-sama tiba di perbatasan Utara Korea – China. Untuk alasan yang tidak diketahui, Paulus Yun tetap tinggal di perbatasan sementara Sabas Ji Hwang dan Yohanes Pak menyeberangi Sungai Amnok dan meneruskan perjalanan ke Beijing. Ketika mereka tiba di Beijing, bapa Uskup Alexandre de Gouvea (Uskup Beijing sejak tahun 1782 sampai tahun 1808) sangat terkesan dengan kesalehan hidup dua katekis dari Seoul Korea ini. Dalam catatannya dan bapa uskup menulis tentang Sabas Ji-Hwang :

“Kami menjadi saksi atas iman Sabas Ji di tahun 1793. Selama Empat Puluh hari ia tinggal di Beijing, ia menerima Sakramen Krisma, Sakramen Tobat, dan Komuni Kudus dengan penuh devosi dan air mata di pipinya. Melihat hal ini, umat beriman di Beijing menjadi sangat terharu.”

Walau jumlah imam Beijing masih sangat terbatas, namun bapa uskup bersedia membantu umat Korea dan mengutus seorang imam terbaiknya, Yakobus Zhou Wen-Mo untuk menjadi missionaris di semenanjung Korea. Sabas Ji-Hwang dan Pater Yakobus Zhou lalu mengatur waktu dan rute perjalanan dari Beijing menuju perbatasan. Mereka akan menempuh rute perjalanan yang berbeda menuju perbatasan karena adanya pengawasan yang sangat ketat bagi orang asing yang ingin memasuki wilayah Korea.

Setelah bertemu kembali diperbatasan, mereka harus berpisah lagi sambil menunggu datangnya musim dingin (Sungai Yalu akan membeku di musim dingin. Hal ini memungkinkan mereka untuk menyelundupkan pater Yakobus ke wilayah Korea secara diam-diam tanpa melewati pos pemeriksaan). Sabas Ji Hwang dan Yohanes Pak kembali ke Seoul sedangkan pater Yakobus Zhou mengisi waktunya dengan melayani umat Katolik di wilayah Liao-dong selama beberapa bulan.

Pada tengah malam tanggal 24 Desember (3 Desember pada penanggalan Lunar), Sabas Ji dan Yohanes Pak berhasil menyelundupkan pater Yakobus Zhou ke wilayah Korea lewat sungai Yalu yang tengah membeku. Mereka lalu melanjutkan perjalanan dan tiba di Seoul dua belas hari kemudian.

Di Kota Seoul, Pater Zhou tinggal di rumah Matias Choe In-gil, di wilayah Gyedong (Sekarang Gye-dong, Jongno-gu, Seoul). Dia mulai belajar bahasa Korea dan merayakan misa perdananya bersama umat Katolik Korea pada hari Minggu Paskah tahun 1795. Setelah beberapa waktu, keberadaannya diketahui oleh polisi Kerajaan dan mereka berupaya untuk menangkapnya. Dalam sebuah penggrebekkan Pater Yakobus Zhou berhasil meloloskan diri dan bersembunyi di rumah Kolumbanus Kang Wan-suk. Namun, Matias Choe In-gil (pemilik rumah), Paulus Yun Yu-il dan Sabas Ji-Hwang semuanya di tangkap.

Sabas Ji dan para sahabatnya dibawa ke Kantor Polisi dan harus menjalani hukuman berat. Mereka disiksa berulang-ulang agar menunjukkan keberadaan pater Yakobus Zhou, namun mereka semua menolak untuk mengkhianatinya. Walaupun mereka terus disiksa, namun kebahagiaan surgawi memenuhi hati mereka. Para penganiaya kemudian menyadari bahwa Sabas Ji tidak akan mengkhianati pater Yakobus Zhou. Mereka lalu memukuli katekis ini sampai tubuhnya hancur dan tulang-tulangnya remuk. Sabas Ji-Hwang tewas sebagai martir pada tanggal 28 Juni 1795 dalam usia 28 tahun.[1][2]

Referensi