Peristiwa media

Peristiwa media atau juga dikenal sebagai peristiwa pseudo[1] adalah sebuah acara, aktivitas atau pengalaman yang diselenggarakan dengan tujuan untuk menciptakan publisitas media.[2]

Etimologi

Dalam kajian media, peristiwa media adalah istilah teoretis yang pertama kali dikembangkan oleh Elihu Katz dan Daniel Dayan dalam buku Media Events: The Live Broadcasting of History yang diterbitkan pada tahun 1992.[3] Dalam buku tersebut, istilah didefinisikan sebagai acara seremonial dengan perkembangan naratif yang disiarkan langsung dan menarik perhatian sebagian besar populasi, seperti pernikahan atau pemakaman kerajaan.[4] Ciri khas dari kejadian ini adalah bahwa acara tersebut bersifat langsung (yaitu, disiarkan langsung), diselenggarakan oleh entitas non-media, mengandung nilai seremonial dan dramatis, direncanakan sebelumnya serta berfokus pada sebuah tokoh, baik itu individu maupun kelompok.[5] Teori tentang peristiwa media juga telah diterapkan pada media sosial, misalnya dalam analisis tweet tentang pemilu Swedia[6] atau analisis meme sarung tangan Bernie Sanders saat pelantikan Joe Biden.[7]

Konferensi pers

Acara media seperti konferensi berita biasanya menjadi hal yang diharapkan, terutama sebelum, selama dan setelah acara olahraga. National Football League (NFL) bahkan mewajibkan para pemainnya untuk mengadakan acara media mingguan dengan menjawab pertanyaan dari wartawan setelah pertandingan. Ketika pemain Seattle Seahawks, Marshawn Lynch, berpakaian dan meninggalkan stadion setelah kekalahan pada 16 November 2014, NFL mendendanya sebesar $100.000.[8]

Keaslian peristiwa

Peristiwa ini digunakan oleh praktisi di bidang hubungan masyarakat untuk memenuhi minat dan kebutuhan jurnalis agar mereka dapat membuat cerita yang menarik dan berdampak pada publik. Contohnya, politisi yang berfoto dengan warga untuk meningkatkan popularitas mereka dan konferensi pers. Meskipun hal ini sangat umum, penggunaan teknik media ini telah dikritik karena tidak menghasilkan materi yang otentik yang dianggap lebih bersifat gaya daripada informasi yang substansial. Industri hubungan masyarakat menargetkan semua sektor, bukan hanya pemerintah dengan acara semu untuk mewakili dan menjaga kepentingan serta citra klien mereka. Hal ini dapat memunculkan pertanyaan apakah beberapa media yang disebarkan sebenarnya adalah berita yang benar dan dapat dipercaya, terutama karena topik-topik serius sering dibahas menggunakan teknik ini.[9]

Referensi

  1. ^ Scherer, Helmut (2008). Media Events and Pseudo-Events (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons, Ltd. doi:10.1002/9781405186407.wbiecm036. ISBN 978-1-4051-8640-7. 
  2. ^ "NEW REFERENCE BOOKS OFFER GUIDE TO WORDS, FACTS, FAMOUS QUOTES". Hartford Courant (dalam bahasa Inggris). 25 Agustus 2021. Diakses tanggal 2024-12-20. 
  3. ^ Dayan, Daniel; Katz, Elihu (2009-06-30). Media Events: The Live Broadcasting of History. Harvard University Press. doi:10.2307/j.ctv1smjvm9. ISBN 978-0-674-03030-5. 
  4. ^ Scannell, Paddy (2022-05-07). "The life and times of media events: A tribute to Elihu Katz". Nordic Journal of Media Studies (dalam bahasa Inggris). 4 (1): 118–133. doi:10.2478/njms-2022-0007. 
  5. ^ Katz, Elihu. "Media Events: The Sense of Occasion". University of Pennsylvania ScholarlyCommons. 
  6. ^ Robinson, Jessica Yarin; Enli, Gunn (2022-05-07). "#MakeSwedenGreatAgain: Media events as politics in the deterritorialised nationalism debate". Nordic Journal of Media Studies (dalam bahasa Inggris). 4 (1): 56–80. doi:10.2478/njms-2022-0004. 
  7. ^ Jerslev, Anne (2022-05-07). "Contemporary ceremonial media events – time and temporalities of liveness". Nordic Journal of Media Studies (dalam bahasa Inggris). 4 (1): 19–36. doi:10.2478/njms-2022-0002. 
  8. ^ Werder, Ed (2014-11-19). "NFL takes $100K from Lynch for his silence". ESPN.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-20. 
  9. ^ Tumber, H. (2001). Smelser, Neil J.; Baltes, Paul B., ed. Public Relations in Media. Oxford: Pergamon. hlm. 12578–12581. doi:10.1016/b0-08-043076-7/04372-2. ISBN 978-0-08-043076-8.