Peristiwa 11 September 1926

Peristiwa 11 September 1926 adalah peristiwa penyerangan terhadap kolonial Belanda yang berada di kota Blang Pidie yang dipimpin oleh Teungku Peukan beserta pengikutnya. Peristiwa ini juga dikenal dengan sebutan Perlawanan Teungku Peukan Terhadap Belanda di Aceh Barat Daya.[1]

Lokasi Kabupaten Aceh Barat Daya
Lokasi Kabupaten Aceh Barat Daya

Pada 10 September 1926, Teungku Peukan dan pasukannya sudah melakukan persiapan di daerah Manggeng, Aceh Barat Daya. Persiapan itu berupa ritual keagamaan dengan tujuan penyucian diri dan juga taklimat kepada para pasukan. Setelah melakukan persiapan, Teungku Peukan dan pasukannya kemudian mulai bergerak menuju kota Blang Pidie dengan menempuh jarak sekitar 20 kilometer. Dalam penyerangan ini, setiap pasukan memiliki ciri khusus. Panglima ditandai dengan pakaian serba hitam dan menggunakan selempang kuning, sedangkan untuk pejuang juga menggunakan pakaian serba hitam namun dengan kain kuning di pinggang mereka.

Pasukan Teungku Peukan tiba di Blang Pidie pada 11 September 1926 saat menjelang fajar. Mereka terlebih dahulu melakukan taklimat dan juga mengatur kembali strategi penyerangan. Teungku Peukan kemudian membagi pasukannya menjadi tiga sektor yang setiap sektornya dipimpin oleh seorang panglima. Setelah itu, pasukan Teungku Peukan melancarkan serangan kejutan. Serdadu Belanda yang terkejut dengan serangan tiba-tiba itu, tidak siap untuk melakukan perlawanan sehingga banyak dari mereka yang lari tidak tentu arah, sebagian lainnya dalam keadaan masih tidur.

Peristiwa penyerangan itu mengakibatkan korban jiwa, baik dari pihak pejuang maupun serdadu Belanda. Teungku Peukan juga gugur dalam peristiwa tersebut setelah seorang serdadu Belanda menembaknya saat sedang mengumandangkan azan.[1] Peristiwa ini berlangsung saat masa pemerintahan pemangu uleebalang Blangpidie Teuku Rayeuk bin Teuku Bentara Mahmud Setia Raja. Setelah peristiwa ini, Teuku Rayeuk mengundurkan diri. Pada 1929, Teuku Sabi bin Teuku Banta Sulaiman bin Teuku Bentara Mahmud Setia Raja didapuk sebagai uleebalang Blangpidie secara resmi.[2]

Referensi

  1. ^ a b Peristiwa 11 September 1926 (PDF). Banda Aceh: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh. 2009. hlm. 9. ISBN 978-979-9164-78-0. 
  2. ^ Rozal Nawafil, Aris Faisal Djamin dan (2024). Teuku Bentara Mahmud Setia Radja; Pahlawan Besar Perang Aceh. Banda Aceh: Aceh Culture And Education. hlm. 289. ISBN 9786238886432.