Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Perenialisme agama

Pandangan perenial membawa harapan terhadap tradisi dialog antarumat beragama karena melalui metode ini diharapkan umat beragama tidak saja menemukan transcendent unity of religion, tetapi juga mendiskusikannya secara lebih mendalam (Nurcholish & Dja'far 2015, hlm. 69).

Perenialisme agama adalah sebuah sudut pandang dalam filsafat agama yang meyakini bahwa setiap agama di dunia memiliki suatu kebenaran yang tunggal dan universal, serta menjadi dasar bagi semua pengetahuan dan doktrin religius. Gagasan ini sudah ada sejak zaman kuno dan dapat ditemui dalam berbagai agama dan filsafat dunia. Namun, sudut pandang gagasan tersebut bertentangan dengan saintisme dalam masyarakat sekuler modern. Istilah philosophia perennis (filsafat perenial) sendiri pertama kali digunakan oleh Agostino Steuco (1497–1548), yang mendasarkannya dari tradisi filosofis sebelumnya, yaitu dari Marsilio Ficino dan Giovanni Pico della Mirandola.[1] Pada akhir abad ke-19, gagasan ini dipopulerkan oleh pemimpin masyarakat teosofis seperti H.P. Blavatsky dan Annie Besant dengan nama "kebijaksanaan agama" atau "kebijaksanaan kuno". Selanjutnya, gagasan ini dipopulerkan oleh Aldous Huxley pada abad ke-20 melalui bukunya berjudul The Perennial Philosophy, serta juga tulisan dari para pemikir yang saat ini dikenal dengan nama mazhab tradisionalis.[2]

Perenialisme

Filsafat perenial (bahasa Latin: philosophia perennis) dalam definisi teknisnya adalah pengetahuan yang selalu ada dan akan selalu ada. Frithjof Schuon mengatakan “The timeless metaphysical truth underlying the diverse religion, whose written source are the revealed scriptures as well as writtings of the great spiritual masters”. Definisi yang lebih jelas dikemukakan oleh Aldous Huxley, yang menyebutkan bahwa filsafat perenial adalah metafisika yang memperlihatkan suatu hakikat kenyataan ilahi dalam segala sesuatu, yaitu kehidupan dan pikiran; suatu psikologi yang memperlihatkan adanya sesuatu di dalam jiwa manusia identik dengan kenyataan illahi itu; serta etika yang meletakkan tujuan akhir manusia dalam pengetahuan yang bersifat imanen maupun transenden mengenai seluruh eksistensi.[3]

Diskursus mengenai filsafat ini kembali mengemuka di Indonesia sejak 20 tahun terakhir. Sebelumnya, mereka yang pernah mempelajari tema filsafat di sebuah jurusan filsafat, tidak mengenal materi ini. Kalau toh mengenal, hanya sepintas lalu saja dan tidak secara mendalam dibahasnya. Filsafat ini nyaris tidak pernah diperkenalkan dalam karena merupakan sebuah pseudo philosophy (filsafat semu), sebagaimana pernah disinggung oleh Budhy Munawar Rachman, sehingga para ahli filsafat pada era modern ini tidak membicarakannya sama sekali dan menjadikannya sebagai sebuah perspektif. Filsafat tersebut sebenarnya populer di kalangan Zaman Baru. Secara metodologis, pandangan perenial membawa harapan terhadap tradisi dialog antarumat beragama karena melalui metode ini diharapkan umat beragama tidak saja menemukan transcendent unity of religion, tetapi juga mendiskusikannya secara lebih mendalam.[4]

Elemen-elemen religiositas yang partikular tidak diberi ruang dalam filsafat perenial, tetapi perenialisme secara holistik tidak menegasikan keberadaan pluralitas beragama (Nurcholish & Dja'far 2015, hlm. 70).

Secara etimologis, filsafat ini dikenal dengan filsafat perenialisme (bahasa Latin: philosophia[a] perenialis), yang berarti "kekal", "selama-lamanya", dan "abadi". Konsep perenial bisa diartikan juga sebagai Imago Dei (pandangan Kristen), Dharma (dalam agama Hindu dan Buddha), atau Tao dalam pandangan Taoisme.[5] Filsafat ini berbicara tentang Tuhan, Wujud yang Absolut, dan sumber dari segala wujud. Tuhan Yang Maha Besar adalah satu, sehingga semua agama muncul dari Yang Satu – prinsipnya sama karena datang dari sumber yang sama.[4] Filsafat tersebut adalah sebuah sudut pandang dalam filsafat agama yang meyakini bahwa setiap agama di dunia sesungguhnya memiliki suatu kebenaran tunggal dan universal. Filsafat itu juga meyakini bahwa semua pengetahuan dan doktrin religius, apa pun itu dan tanpa kecuali, pasti bermuara kepada titik temu realitas yang satu dan tertinggi.[6]

Selain itu, filsafat perenial membahas fenomena pluralisme agama secara kritis dan komprehensif. Filsafat ini menelusuri akar-akar kesadaran religioisitas seseorang atau kelompok melalui simbol-simbol, ritus dan pengalaman keberagaman.[7] Elemen-elemen religiositas yang partikular tidak diberi ruang dalam filsafat ini, tetapi perenialisme secara holistik tidak menegasikan keberadaan pluralitas beragama karena agama dalam seluruh dimensinya tetap mempunyai keunikan dan ekspresi yang dihasilkan dalam pengalaman dengan realitas absolut.[3]

Keseluruhan ekspresi yang ditampilkan tidak menjadi sebuah paradigma tertutup, tetapi tetap terintegrasi dengan realitas yang menjamin keterkaitan antara berbagai aspek yang membentuk pluralitas. Dengan demikian, keberadaan setiap bagian dalam dirinya sendiri adalah sebuah keseluruhan yang membentuk suatu lingkaran yang tidak akan putus dan diilhami oleh Yang Kudus.[3]

Substansi

Semua agama bersifat parsial karena lahir dari konteks dan tradisi tertentu. Bentuk-bentuk agama apa pun tidak pernah mencapai final atau kesempurnaan.[8] Radikalisasi agama di sisi lain seringkali disebabkan oleh fanatisme agama yang sempit dan terdistorsi oleh legalisme agama yang antagonistik.[9] Ketertindasan yang dialami manusia mendistorsi peran agama yang terperangkap dalam ideologi tertentu, yang hendak membahasakan universalitas agama dalam bahasa agamaku, agama saya.[7][10]

Marginalisasi agama juga disebabkan oleh cara pandang agama secara tekstual dan literer yang statis dan kaku, serta cenderung membuat para pengikutnya resisten terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi. Menurut kaum perenialis, filsafat ini membahas autensitas subtansi keberadaan agama yang bersumber dari realitas absolut dan yang berproses dalam kesadaran akal budi manusia yang historis. Psikologi primordial yang dimiliki manusia ini menginisiasi keterbukaan imanen sekaligus transenden, dengan wujud tertinggi di antara sesama manusia.[11]

Manusia hanya mampu memahami hakikat Tuhan dalam keterbatasan rasio, tanpa bisa mendefinisikan eksistensi-Nya. Namun, dikotomi ini mengakibatkan manusia mengalami keterguncangan antara bersatu atau berpisah dari realitas absolut.[12] Menurut kaum perenialis, manusia memiliki suatu kerinduan dalam dirinya yang tetap eksis untuk terus-menerus mengarahkan diri kepada Tuhan.[13] Manusia adalah makhluk rasional yang memiliki intelegensi untuk mengerti dan memahami pengetahuan secara unitif tentang hakikat ilahi (emanasi). Pancaran alamiah ini mendorong manusia untuk melakukan kebajikan-kebajikan karena bersumber dari Tuhan sendiri.[14]

Dalam kaitannya dengan pengalaman beragama, doktrin metafisika dalam filsafat perenial seringkali direduksi sebagai sesuatu yang abstrak dan tidak menyentuh realitas riil yang dihadapi oleh manusia.[15] Banyak para pelaku kejahatan beragama yang mengaku mendapat ilham dari Tuhan untuk membenarkan tindakan anarkis yang dilakukan. Selain itu, ada kecurigaan dari para pemikir lainnya bahwa konsepsi perenialis sering secara sengaja dipakai untuk mengembangkan sebuah inklusivisme yang sepihak. Namun, filsafat ini sebenarnya berperan membawa arah baru bagi perkembangan pengalaman keagamaan jika setiap orang menyadari diri sebagai subjek yang imanen maupun transenden, sehingga radikalisme agama dalam bentuk apa pun dapat dihindari.[16]

Setiap orang beragama seharusnya memiliki cara pandang agama secara kontekstual yang bersifat adaptif dan responsif terhadap perkembangan sosial, tanpa merelatifkan nilai-nilai luhur agama yang dianut. Psikologi primordial ini menuntut tugas dan tanggung jawab dari manusia untuk mengakui manusia lain sebagai tuntutan etis yang mesti ada dalam setiap manusia.[17]

Hakikat

Pengetahuan filsafat ini merekonstruksi seluruh eksistensi yang ada di alam semesta dengan realitas absolut.[18] Hal ini dikarenakan kehidupan manusia dan keberadaan alam semesta pada dasarnya bersumber dari realitas ilahi.[19] Sejak era Plotinus, dalam bukunya berjudul The Six Eneals, realisasi pengetahuan dalam diri manusia hanya bisa dicapai melalui soul/spirit (intelek), yang "jalannya" pun hanya dapat dicapai melalui tradisi-tradisi, ritual-ritual, simbol-simbol, dan sarana-sarana yang memang diyakini sepenuhnya oleh kalangan perenial ini sebagai bersumber dari Tuhan.[20] Dasar-dasar teoretis pengetahuan tersebut ada di dalam setiap tradisi keagamaan yang autentik dikenal dengan berbagai konsep.[21]

Contoh yang dapat dipaparkan dalam agama Hindu disebut Sanathana Dharma, yaitu kebijakan abadi yang harus menjadi dasar kontektualisasi agama dalam situasi apa pun, sehingga agama senantiasa memanifestasikan diri dalam bentuk etis keluhuran hidup manusia. Demikian halnya dalam Taoisme, diperkenalkan konsep Tao sebagai asas kehidupan yang harus diikuti apabila ingin menjadi manusia sesungguhnya. Taoisme di Tiongkok berusaha mengajak manusia untuk berpaling dari dunia kepada Tao (jalan) yang dapat membawa manusia kepada penyucian jiwa – dan kesalehan dalam bahasa Islam. Manusia dengan Tao dibawa kepada jati diri asli yang hanya dapat dicapai dengan sikap wu-wei (tidak mencampuri) jalan semesta yang sudah ditetapkan. Dengan demikian, Tao mengajak manusia untuk hidup secara alami atau suci – dalam Islam dikenal dengan istilah fitrah. Adapun dalam agama Buddha diperkenalkan konsep Dharma yang merupakan ajaran untuk sampai kepada The Buddha-nature – dalam Islam disebut al-Din, yang berarti "ikatan" yang harus menjadi dasar beragama bagi seorang muslim. Hal inilah yang diistilahkan dengan philosophia perennis pada Abad Pertengahan.[22]

Hakikat dari agama perenial adalah "mengikatkan manusia dengan Tuhannya". Kata ini sebenarnya biasa dan kerap didengar, tetapi menjadi verbal karena tidak adanya kesadaran perenial, padahal hal ini menjadi dasar kehidupan beragama sebagai jalan alamiah demi kebajikannya sendiri (Nurcholish & Dja'far 2015, hlm. 72).

Apabila filsafat ini disebut dengan perennial religion berarti terdapat hakikat yang sama dalam setiap agama – dalam istilah sufi diistilahkan dengan religion of the heart, meskipun terbungkus dalam wadah yang berbeda. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Sri Ramakrishna, seorang filsuf India pada abad ke-19. Dia mengatakan bahwa Tuhan telah menciptakan berbagai agama untuk kepentingan berbagai pemeluk, berbagai waktu, dan berbagai negeri. Semua ajaran merupakan jalan. Sesungguhnya seseorang akan mencapai Tuhan, jika dia mengikuti jalan mana pun, asalkan dengan pengabdian yang sepenuhnya.[22]

Dengan demikian, hakikat dari agama perenial adalah "mengikatkan manusia dengan Tuhannya".[23] Kata ini sebenarnya biasa dan kerap didengar, tetapi menjadi verbal karena tidak adanya kesadaran perenial, padahal hal ini menjadi dasar kehidupan beragama sebagai jalan alamiah demi kebajikannya sendiri.[24] Religion berasal dari kata religio, yang berarti to bind with God. Istilah ini hakikatnya mengatasi aspek institusional dari agama, termasuk komunitas, sistem simbol, dan ritus pengalaman religius yang kini telah menjadi arti sempit dari agama itu sendiri.[25]

Berdasarkan pemahaman tersebut, memungkinkan manusia untuk mencapai "kesatuan transenden agama-agama” atau istilah asli yang digunakan Schuon adalah the transcendent unity of religion. Namun, yang harus dipahami pula adalah kesatuan agama-agama ini hanya berada dalam level “esoterik” (bahasa yang digunakan oleh Huston Smith), “esensial” (istilah yang digunakan oleh Baghavas Das), dan “transenden” (istilah yang digunakan oleh Schuon dan Sayyed Hossein Nashr). Faktor inilah yang menyebabkan kesatuan agama-agama tidak terjalin dalam ranah eksoterisme (lahiriah). Hal ini kerap disalahpahami oleh kalangan atau kelompok yang selalu mengkritik konsep pluralisme agama yang dipahaminya sebagai kesamaan atau penyamaan agama-agama, termasuk dalam hal ajaran, syariat, atau ritualnya.[26] Jadi, yang menandakan adanya kesatuan agama-agama itu "hanya" dalam level esensi atau subtansi ajaran, bukan dalam level tata cara ibadah, syariat, atau minhaj dalam berteologi.[27]

Apabila esoterisme adalah cahaya, setiap agama menangkap cahaya itu dalam berbagai warna (sebagai agama-agama) dan berbagai “daya terang” – ada yang sangat terang, terang biasa, dan redup samar. Hal ini adalah perumusan doktrin metafisikanya, tetapi adanya aneka warna cahaya beserta “daya terangnya” tidaklah penting dari sudut pandang filsafat perenial. Ada dua alasan yang menyebabkannya, sebagaimana dikemukakan Rachman.[28]

  • Pertama, meskipun ada berbagai macam cahaya (merah, kuning, hijau, hitam, dan sebagainya), semua itu tetap dinamakan cahaya. Apabila agama itu autentik, tetap ada inti yang sama. Kesamaan ini terletak di tataran esoterik, bukan di ranah eksoterik.
  • Kedua, meskipun cahaya memiliki daya terang yang beragam, semua cahaya (juga agama) akan mengantarkan manusia kepada sumber cahaya itu (Tuhan), sekalipun ada yang tipis dan remang-remang. Sebab, jika manusia terus menelusuri cahaya itu, dia akan tetap sampai kepada sumbernya. “Sampai kepada sumbernya” inilah yang paling penting dalam agama. Hakikat agama adalah adanya sense of the absolute dalam diri manusia, sehingga dia merasakan terus-menerus adanya Yang Absolut dalam dirinya. Kehadiran Yang Absolut inilah yang senantiasa mengawal manusia berada dalam jalan kebenaran-Nya, yaitu jalan suci yang diajarkan oleh semua agama.[29]

Berdasarkan arah ini pula manusia merasakan makna simbolis kehadiran Sang Pemilik Kehidupan. Wujud hakikat agama itu sejatinya merupakan pengetahuan, sekaligus kebijaksanaan.[30] Hal ini dapat diistilahkan dengan sophia (menurut orang Yunani Kuno), spientia (menurut istilah orang Kristen pada Abad Pertengahan), jnana (ungkapan dalam agama Hindu), dan al-ma’rifah atau al-hikmah (menurut konsep sufi). Itulah sebabnya, hakikat agama kerap disebut sebagai scientia sacra, yang berarti pengetahuan suci. Pengetahuan ini dialami dan bukan sekadar diyakini berasal dari “alam surgawi,” yang kemudian diturunkan sebagai wahyu dengan berbagai metode. Oleh karena itu, kesatuan agama-agama berada dalam “langit ilahi” (esoterik dan transenden), bukan dalam “atmosfer bumi” (eksoteris), yang kerap memantik perdebatan.[31]

Dengan demikian, filsafat perenial menguraikan keanekaragaman “jalan keagamaan” yang ada dalam kenyataan historis setiap agama dan dapat diterima dengan lapang dada dengan toleransi. Hal ini disebabkan karena pada hakikatnya ajaran (perenial) Tuhan – seperti Tuhan itu sendiri – hanya satu, tetapi diungkapkan dengan banyak nama dan ajaran yang diturunkan melalui para nabi dan rasul. “Yang Satu” ini dalam perspektif perenial adalah “Yang Tidak Berubah” dan merupakan fitrah. Mengembalikan keanekaragaman yang ada dalam kehidupan sehari-hari kepada "Yang Tidak Berubah", merupakan pesan dasar dari filsafat perenial, yang pada dasarnya adalah pesan keagamaan – sebagaimana disebut dalam terminologi Islam adalah al-din-u ‘l-nashihah (agama itu nasihat). Pesan ini tersurat dalam Al-Qur'an Surah Ar-Rum ayat ke-30 berikut.[32]

Secara metodologis, pandangan perenial membawa harapan terhadap tradisi dialog antarumat beragama karena melalui metode ini diharapkan umat beragama tidak saja menemukan transcendent unity of religion, tetapi juga mendiskusikannya secara lebih mendalam, yang selanjutnya membuat kebenaran dan kesesatan menjadi terbuka di lingkup langit kearifan.[33] Keduanya mungkin saja terjadi dalam sikap seseorang atau suatu kelompok tertentu yang seakan berada di posisi paling atas, sehingga yang lain diklaim berada di bawah. Secara teoretis, pendekatan perenial memberikan harapan, tetapi belum secara luas dipahami dan diterima, kecuali oleh kalangan terbatas. Pendekatan ini mampu mewarnai cakrawala berpikir seseorang dalam memandang agama di tengah keberadaan agama-agama atau keyakinan milik orang lain.[32]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Selain dari teoremanya tentang segitiga siku-siku, banyak yang tahu tentang diri Phytagoras – belakangan para pengikutnya cenderung menisbahkan penemuan mereka sendiri kepada gurunya – tetapi mungkin dialah yang menemukan istilah philosophia, "cinta hikmah". Filosofi bukanlah sebuah disiplin rasional yang dingin, melainkan pencarian spiritual yang akan mengubah pencarinya (Armstrong 2011, hlm. 121).

Rujukan

  1. ^ Schmitt (1966), hlm. 507
  2. ^ Blavatsky (1997), hlm. 7
  3. ^ a b c Nurcholish & Dja'far (2015), hlm. 70
  4. ^ a b Nurcholish & Dja'far (2015), hlm. 69–70
  5. ^ I’anati, Elivia (3 Oktober 2020). "Perenialisme Agama-Agama". Peace News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-09. Diakses tanggal 6 Juli 2021. 
  6. ^ Portal Informasi Indonesia (7 Maret 2019). "Siwa-Buddha, Sebuah Praktik Filsafat Perenialisme". Portal Informasi Indonesia. Diakses tanggal 5 Juli 2021. 
  7. ^ a b Hidayat & Nafis (2003), hlm. 39–40
  8. ^ Armstrong (2019), hlm. 27–29
  9. ^ Engineer (1999), hlm. 287–288
  10. ^ Fuller (2010), hlm. 59
  11. ^ Hidayat & Nafis (2003), hlm. 40
  12. ^ Davies (2012), hlm. 1–3
  13. ^ Darwin (2015), hlm. 36
  14. ^ Hidayat & Nafis (2003), hlm. 40–41
  15. ^ Davies (2012), hlm. 303–304
  16. ^ Wora (2006), hlm. 136
  17. ^ Wora (2006), hlm. 136–137
  18. ^ Nurchaliza, Angelina (19 April 2021). "Perenialisme Agama-Agama". Kabar Damai. Diakses tanggal 5 Juli 2021. 
  19. ^ Fuller (2010), hlm. 156–158
  20. ^ Fuller (2010), hlm. 155
  21. ^ Rachman (2001), hlm. 86
  22. ^ a b Nurcholish & Dja'far (2015), hlm. 71
  23. ^ Kuswanjono (2006), hlm. 18
  24. ^ Pals & (2011), hlm. 234–235
  25. ^ Rachman (2001), hlm. 88
  26. ^ Engineer (1999), hlm. 201–203
  27. ^ Nurcholish & Dja'far (2015), hlm. 72
  28. ^ Rachman (2001), hlm. 88–89
  29. ^ Rachman (2001), hlm. 89
  30. ^ Sujarwa (2001), hlm. 32–33
  31. ^ Nurcholish & Dja'far (2015), hlm. 73–74
  32. ^ a b Nurcholish & Dja'far (2015), hlm. 74
  33. ^ Kuswanjono (2006), hlm. 42–44

Daftar pustaka

Buku

  • Armstrong, Karen (2011). Masa Depan Tuhan: Sanggahan terhadap Fundamentalisme dan Ateisme. Bandung: Mizan. ISBN 978-979-4335-89-5. 
  • Armstrong, Karen (2019). Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan dalam Agama-Agama Manusia. Bandung: Mizan. ISBN 978-602-4410-48-3. 
  • Blavatsky, Helena Petrovna (1997). The Key to Theosophy. Mumbay: Theosophy Company. ISBN 978-091-1500-07-3. 
  • Darwin (2015). Filsafat dan Cinta yang Menggebu. Yogyakarta: The Phinisi Press. ISBN 978-602-7250-62-8. 
  • Davies, Paul (2012). Membaca Pikiran Tuhan: Dasar-Dasar Ilmiah dalam Dunia yang Rasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ISBN 978-979-9483-87-4. 
  • Engineer, Asghar Ali (1999). Islam dan Teologi Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ISBN 978-979-9289-01-8. 
  • Fuller, Graham E. (2010). Apa Jadinya Dunia Tanpa Islam? Sebuah Narasi Sejarah Alternatif. Bandung: Mizan. ISBN 978-979-4338-55-1. 
  • Kuswanjono, Arqom (2006). Ketuhanan dalam Telaah Filsafat Perenial: Refleksi Pluralisme Agama di Indonesia. Yogyakarta: Badan Penerbitan Filsafat Universitas Gadjah Mada. ISBN 978-979-2536-82-9. 
  • Nurcholish, Ahmad; Dja'far, Alamsyah Muhammad (2015). Agama Cinta: Menyelami Samudra Cinta Agama-Agama. Jakarta: Elex Media Komputindo. ISBN 978-602-0265-30-8. 
  • Pals, Daniel L. (2011). Seven Theories of Religion: Tujuh Teori Agama Paling Komprehensif. Yogyakarta: Ircisod. ISBN 978-602-9789-08-9. 
  • Rachman, Budhy Munawar (2001). Islam Pluralis: Wacana Kesetaraan Kaum Beriman. Jakarta: Raja Grafindo Persada. ISBN 978-979-8321-60-3. 
  • Sujarwa (2001). Manusia dan Fenomena Budaya: Menuju Perspektif Moralitas Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ISBN 978-979-9075-69-7. 

Buku lama

  • Hidayat, Komaruddin; Nafis, Muhammad Wahyudi (2003). Agama Masa Depan: Perspektif Filsafat Perenial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 
  • Wora, Emanuel (2006). Perenialisme: Kritik Atas Modernisme dan Postmodernisme. Yogyakarta: Kanisius. 

Jurnal

Pranala luar

Baca informasi lainnya:

За другу употребу, погледајте чланак Краљевина Србија (1882–1918). Краљевина СрбијаФилмски постерИзворни насловКраљевина СрбијаЖанрдокументарни,историјскиРежијаЗдравко ШотраСценариоЗдравко ШотраМилован ВитезовићПродуцентЗоран ЈанковићМузикаВојкан БорисављевићДирек

Опис файлу Опис Всеукраїнська науково-практична конференція у ВННІЕ ТНЕУ, 2015 р. Джерело Власна робота Час створення 2015 Автор зображення RomanivTaras Ліцензія див. нижче Ліцензування Я, власник авторських прав на цей твір, публікую його на умовах таких ліцензій: Дозволено копіюв

Опис файлу Опис постер фільму «Останні залпи» Джерело https://www.imdb.com/title/tt0177988/?ref_=fn_al_tt_1 Час створення 1960 Автор зображення «Мосфільм» Ліцензія див. нижче Обґрунтування добропорядного використання Обґрунтування добропорядного використання не вказано назву статті [?] Опи

Rekonstruktionsversuch der römischen Bäder von Weißenburg in ihrer abschließenden Phase. Rauch steigt von den Feuerungsstellen auf. Die Römischen Thermen von Weißenburg – auch Große Thermen genannt – zählen zu den bemerkenswertesten Relikten des römischen Kastells und Vicus Biriciana zur Sicherung der Nordgrenze der Provinz Raetia (Obergermanisch-Raetischer Limes). Diese Thermen an der Peripherie der heutigen Stadt Weißenburg in Bayern zählen zu den wenigen, die auf germanischem B…

Non-functional combustion engine concept Wankel Diesel engine describes the idea of using the Diesel principle in a Wankel rotary engine. Several attempts to build such an engine have been made by different engineers and manufacturers in the 1960s and 1970s. Due to technical problems and the general disadvantages of the Wankel design, the Wankel Diesel engine never left the prototype stage, and designing a Wankel Diesel engine capable of running under its own power is thus considered unfeasible.…

العلاقات البوتسوانية السنغافورية بوتسوانا سنغافورة   بوتسوانا   سنغافورة تعديل مصدري - تعديل   العلاقات البوتسوانية السنغافورية هي العلاقات الثنائية التي تجمع بين بوتسوانا وسنغافورة.[1][2][3][4][5] مقارنة بين البلدين هذه مقارنة عامة ومرجعية لل

Prova da Super GT no Circuito Urbano de Valência, 2008 Famosa curva do Circuit de Monaco Circuito de rua ou circuito urbano é um circuito automobilístico temporário composto por ruas temporariamente fechadas ao tráfego normal. As instalações, como o paddock e os boxes, são removidos logo após o fim da prova disputada. Como o asfalto é adaptado ao tráfego comum, os pilotos tendem a encontrar dificuldades nestes circuitos. Esse tipo de autódromo é considerado sinônimo de alto padrão…

Duku yang Melampaui Mimpi Sampul edisi IndonesiaPengarangPeter HandkeJudul asliWunschloses UnglückPenerjemahRalph ManheimNegaraAustriaBahasaJermanPenerbit1972 Residenz Verlag1975 (Inggris)2022 (Indonesia)Halaman98 Duku yang Melampaui Mimpi (Jerman: Wunschloses Unglück) adalah sebuah novel semi-otobiografi karya Peter Handke. Ceritanya menggambarkan kehidupan ibu Handke, Maria, yang bunuh diri pada 19 November 1971.[1] Penerimaan Thomas Curwen dari Los Angeles Times menulis pad…

SummerSampul Edisi Terbatas Edisi Tipe AAlbum mini karya BoyfriendDirilis12 Juli 2017Direkam2017GenreJ-popLabelKiss EntertainmentStarship EntertainmentKronologi Boyfriend I Miss You(2017)I Miss You2017 Summer(2017) Never End(2017)Never End2017 Singel dalam album Summer SummerDirilis: 12 Juli 2017 Summer adalah album mini berbahasa Jepang pertama dari boy band asal Korea Selatan Boyfriend. Album ini dirilis secara digital dan fisik pada tanggal 12 Juli 2017. Latar belakang dan promosi Pada ta…

Colombiano-brasileiros Ricardo Vélez Rodríguez População total 71.607(em 2020)[1] Regiões com população significativa São Paulo · Manaus · Línguas Português · espanhol Religiões Cristianismo Colombiano-brasileiro é um brasileiro de completa ou parcial ancestralidade colombiana, ou um colombiano residente no Brasil. O Brasil, possui aproximadamente 8.000 colombiano-brasileiros. Além de colombianos que migram para o Brasil para trabalhar, há…

Camera Fujifilm X-T200X-T200 with 15-45mm f/3.5-5.6 lensOverviewMakerFujifilmTypeMILCReleased23 January 2020;3 years ago (2020-01-23)Intro priceUSD 699 (body), USD 799 (kit)LensLens mountFujifilm XLensInterchangeable lensCompatible lensesFujinonSensor/mediumSensorAPS-CSensor typeCMOS with Bayer filterSensor size23.5mm x 15.7mmSensor makerSonyMaximum resolution24.2 megapixels 6000 x 4000Film speed200–12800 (standard) 100–51200 (extend)Storage mediaSD, SDHC, SDXC (UHS-I)FocusingF…

YusufTuanta Salamaka ri GowaYusuf Al-Makassari, ilustrasi oleh Achmad Fauzi dalam buku Kisah Tuanta SalamakaKun-yahAbul MahasinNamaYusufNisbahal-Makassari al-Bantani Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani (3 Juli 1626 – 23 Mei 1699) adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia.[1] Ia juga digelari Tuanta Salamaka ri Gowa (tuan guru penyelamat kita dari Gowa) oleh pendukungnya di kalangan rakyat Sulawesi Selatan. Masa muda dan pendidikan Syekh Y…

Valle Aurelia L'ingresso con la stazione ferroviaria sullo sfondoStazione dellametropolitana di Roma GestoreATAC Inaugurazione1999 Statoin uso Linea Localizzazionevia Angelo Emo (angolo via Baldo degli Ubaldi), Aurelio, Roma Tipologiastazione sotterranea, passante, con due binari e relative banchine in due canne sovrapposte Interscambio Valle Aureliaautobus urbani Accessibilità accessibile alle persone con disabilità motorie se aiutate Valle Aurelia Metropolitane del mondo Modifica dati su Wik…

Hatakeyama Shigeyasu's grave and its hōkyōintō. 35°18′47.61″N 139°32′54.58″E / 35.3132250°N 139.5484944°E / 35.3132250; 139.5484944 Hatakeyama Rokurō Shigeyasu (畠山六郎重保) was a Kamakura period warrior who fell victim of political intrigue in 1205. The grave under a tabu no ki tree near the Yuigahama end of Wakamiya Ōji Avenue in Kamakura, Kanagawa Prefecture, Japan and next to Tsurugaoka Hachiman-gū's first torii (Ichi no Torii) is traditionall…

مقاطعة وابونسي     الإحداثيات 39°01′07″N 96°17′33″W / 39.018611111111°N 96.2925°W / 39.018611111111; -96.2925  [1] تاريخ التأسيس 1855  تقسيم إداري  البلد الولايات المتحدة[2]  التقسيم الأعلى كانساس  العاصمة ألما  التقسيمات الإدارية ألما  خصائص جغرافية  المساحة 207…

PahlawanKelurahanKantor Kelurahan PahlawanPeta lokasi Kelurahan PahlawanNegara IndonesiaProvinsiSumatera UtaraKotaPematangsiantarKecamatanSiantar TimurKode Kemendagri12.72.01.1003 Kode BPS1273050003 Luas-Jumlah penduduk-Kepadatan- Pahlawan adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Siantar Timur, Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia. Galeri Gereja HKBP Siantar Kota di Kelurahan Pahlawan lbsKecamatan Siantar Timur, Kota Pematangsiantar, Sumatera UtaraKelurahan Asuhan Merdeka Kebun Sayur …

Medical condition where blood clots block small blood vessels Medical conditionDisseminated intravascular coagulationOther namesDisseminated intravascular coagulopathy, consumptive coagulopathy, defibrination syndrome[1]Micrograph showing acute thrombotic microangiopathy due to DIC in a kidney biopsy. A clot is present in the hilum of the glomerulus (center of image).SpecialtyHematologySymptomsChest pain, shortness of breath, leg pain, problems speaking, problems moving part of the body,…

Purge (comic) redirects here. For other uses, see Purge (comics). This article has multiple issues. Please help improve it or discuss these issues on the talk page. (Learn how and when to remove these template messages) This article's plot summary may be too long or excessively detailed. Please help improve it by removing unnecessary details and making it more concise. (June 2020) (Learn how and when to remove this template message) This article relies excessively on references to primary source…

Pennsylvania Department of StateAgency overviewFormed1919JurisdictionState government of PennsylvaniaHeadquarters302 North Office Building, 401 North Street, Harrisburg, Pennsylvania 17120Agency executiveAl Schmidt, Secretary of the Commonwealth of PennsylvaniaWebsitewww.dos.pa.gov The Pennsylvania Department of State is a cabinet-level state agency in the Commonwealth of Pennsylvania.[1] The department is headed by the secretary of the Commonwealth of Pennsylvania. Responsibilities Camp…

Hochpustertal in East Tyrol, Austria The Hochpustertal (High Puster Valley, Italian: Alta Pusteria) is the easternmost part of the Puster Valley, stretching from the watershed of the Rienz and Drava rivers at Niederdorf in South Tyrol down the Drava to Lienz in East Tyrol, Austria. The area includes the Sexten and Prags side valleys. According to the 1915 London Pact and the 1919 Treaty of Saint-Germain-en-Laye, the Italian-Austrian border was drawn between Innichen (San Candido) and Sillian. As…

Kembali kehalaman sebelumnya

Lokasi Pengunjung: 3.145.64.235