Partisi Persemakmuran Polandia-Lituania Pertama merupakan pembagian kekuasaan pertama yang berlangsung pada tahun 1772 dari serangkaian partisi yang akhirnya mengakhiri Persemakmuran Polandia-Lituania pada tahun 1795. Pertumbuhan kekuatan Kekaisaran Rusia serta ancaman dari Kerajaan Prusia dan Monarki Habsburg di Kekaisaran Austria merupakan alasan utama di balik partisi ini. Frederick yang Agung menyusun partisi ini untuk mencegah Austria untuk perang karena iri teradap keberhasilan Rusia melawan Kesultanan Utsmaniyah. Darah Persemakmuran yang mengecil dibagi ke negara-negara tetangganya yaitu Austria, Rusia, dan Prusia, untuk mengembalikan keseimbangan kekuasaan antara ketiga negara tersebut di Eropa Tengah. Polandia tidak dapat mempertahankan dirinya sendiri sementara pasukan asing telah masuk ke dalam teritori negara. Parlemen Polandia (Sejm) pun lalu meratifikasi partisi ini pada tahun 1773 melalui Sejm Partisi yang dipengaruhi oleh ketiga negara tersebut.
Pembagian daerah
Perjanjian partisi diratifikasi pada 22 September 1772.[2] Partisi ini menjadi prestasi penting bagi Frederick II.[2][3] Meskipun daerah yang diterima Prusia merupakan yang terkecil, daerah tersebut relatif terbangun dan memiliki letak strategis.[4] Prusia mengambil sebagian besar Prusy Królewskie termasuk Ermland sehingga memungkinkan Frederick untuk menghubungkan Prusia Timur dengan Markgrafschaft Brandenburg. Prusia juga merebut wilayah utara di sepanjang Sungai Noteć (Distrik Netze) serta Kuyavia sebelah utara, namun tidak mengambil Kota Danzig (Gdańsk) dan Thorn (Toruń).[5] Daerah yang direbut Prusia kemudian dibuat sebagai provinsi pada tahun 1773 yang diberi nama Prusia Barat. Secara total, Prusia memperoleh 36.000 km2 daerah dan sekitar 600.000 penduduk. Menurut Jerzy Surdykowski, Frederick kemudian memasukkan migran-migran Jerman di daerah yang ia kuasai dan menjalankan Jermanisasi di wilayah Polandia.[6] Frederick II menempatkan sekitar 26.000 migran Jerman di Pomerania Polandia yang nantinya mempengaruhi keadaan etnis di wilayah tersebut yang kala itu dihuni oleh 300.000 penduduk, serta memaksa terjadinya Jermanisasi.[6][7]
Wenzel Anton Graf Kaunitz menilai meskipun menuai kritik dari beberapa kalangan bangsawan di negaranya, Kaisar Maria Theresa[4][8][9] berhasil mengamankan jatah yang cukup bagi Austria. Sebagai pihak yang kurang tertarik dengan partisi ini, Austria masih memperoleh perubahan penduduk yang paling banyak dan jatah daerah terluas kedua (83.000 km2 dan 2.650.000 penduduk). Austria merebut Zator dan Auschwitz (Oświęcim), sebagian dari Małopolska (beserta wilayah kaya garam di Bochnia dan Wieliczka), serta Galisia, minus kota Kraków.[5]
Melalui partisi ini, Persemakmuran Polandia-Lituania kehilangan sekitar 211.000 kilometer persegi (81.000 sq mi) (sekitar 30% dari daerahnya sebelum partisi) dan empat hingga lima juta penduduk (sekitar sepertiga dari penduduknya sebelum partisi).[5][12]
^Сергей А. Тархов. "Изменение административно-территориального деления за последние 300 лет".
^Ю. В. Готье. "История областного управления в России от Петра I до Екатерины II", том II. Издательство Академии наук СССР, Москва/Ленинград 1941; p. 251.
Tomasz Paluszyński, Czy Rosja uczestniczyła w pierwszym rozbiorze Polski czyli co zaborcy zabrali Polsce w trzech rozbiorach. Nowe określenie obszarów rozbiorowych Polski w kontekście analizy przynależności i tożsamości państwowej Księstw Inflanckiego i Kurlandzkiego, prawnopaństwowego stosunku Polski i Litwy oraz podmiotowości Rzeczypospolitej, Poznań 2006.
S. Salmonowicz, Fryderyk Wielki, Wrocław 2006
Maria Wawrykowa, Dzieje Niemiec 1648–1789, Warsawa 1976
Editor Samuel Fiszman, Constitution and Reform in Eighteenth-Century Poland, Indiana University Press 1997 ISBN0-253-33317-2
Jerzy Lukowski Liberty's Folly The Polish–Lithuanian Commonwealth in the Eighteenth Century, Routledge 1991 ISBN0-415-03228-8
Adam Zamoyski The Last King of Poland, Jonathan Cape 1992 ISBN0-224-03548-7