Dalam politik, peluit anjing (bahasa Inggris: dog whistle) adalah sebuah istilah yang merujuk pada penggunaan bahasa berkode untuk berkomunikasi dengan kelompok tertentu, tanpa secara terang-terangan menyatakan pesan yang ingin disampaikan.[1]
Istilah
Istilah politik ini dinamai berdasarkan peluit anjing ultrasonik, yang mana memiliki frekuensi yang sangat tinggi. Bunyinya tidak dapat terdengar oleh manusia dan hanya dapat ditangkap oleh indera pendengaran anjing. Sama dengan benda tersebut, politikus dapat mengeluarkan pernyataan yang secara harfiah bermakna netral. Namun, sebenarnya memiliki konotasi tersembunyi yang hanya dapat dimengerti oleh kelompok tertentu.[2]
William Safire dalam bukunya Safire’s Political Dictionary memperkirakan bahwa istilah tersebut berasal dari pembuat jajak pendapat. Ia mengutip tulisan Richard Morin, direktur jajak pendapat di surat kabar The Washington Post, pada tahun 1988.[3]
Sedikit perubahan dalam susunan pertanyaan terkadang memberikan hasil yang sangat berbeda.... para peneliti menyebutnya sebagai "Efek Peluit Anjing"—para responden menangkap sesuatu dalam pertanyaan tersebut, tetapi para peneliti tidak dapat menangkapnya.[3]
Tujuan dan dampak
Umumnya, peluit anjing digunakan untuk menarik simpati sebuah kelompok tertentu melalui pesan yang diskriminatif atau penuh kebencian. Namun, pesan ini disembunyikan dalam kata-kata yang bermakna luas sehingga pengujar tidak dapat dipersekusi.[2]
Dampaknya, peluit anjing membuat pernyataan diskriminatif semakin sulit dikenali. Ia juga membuat tindakan diskriminatif semakin sulit untuk dipermasalahkan.[2] Selain itu, muatan rasis dan menyudutkan kelompok tertentu pada peluit anjing berpeluang menciptakan polarisasi politik identitas. Lebih jauh lagi, ia bisa mengakibatkan ketidakstabilan nasional berkelanjutan dan merugikan rakyat.[1]
Saya lihat ibu-ibu tuh ya, maaf ya, sekarang kan kayaknya budayanya, beribu maaf, jangan lagi nanti saya di-bully, kenapa toh senang banget ngikut pengajian. Iya lho, maaf beribu maaf. Saya sampai mikir gitu, ini pengajian ki sampai kapan to yo, anakke arep diapake (anaknya mau diapain)?[4]
Menurut Ahsan Ridhoi dalam media daringJurno, pernyataan Megawati di atas tentu terkesan merendahkan bagi kelompok Islam. Namun, bagi kelompok nasionalis, pernyataan tersebut dapat menunjukkan bahwa ia adalah seorang nasionalis sejati yang berada di pihak mereka. Lebih lanjut, hal tersebut dapat meningkatkan perolehan suara dari kelompok nasionalis untuk PDIP dalam pemilihan umum 2024.[1]
Amerika Serikat
Salah satu contoh peluit anjing terdapat dalam penggalan pidato kenegaraan Presiden Amerika Serikat George W. Bush pada 2003, “Namun ada kekuatan, kekuatan yang bekerja luar biasa, dalam kebaikan dan idealisme serta keyakinan rakyat Amerika.” Menurut Jennifer Saul, profesor filsafat Universitas Sheffield, tujuan dari pernyataan tersebut ialah untuk menarik kelompok Kristen Fundamentalis demi meraih dukungan politik mereka pada pemilihan umum 2004.[1]
Frasa “kekuatan yang bekerja luar biasa” terasa biasa bagi masyarakat umum. Namun, frasa tersebut sangat dekat bagi kelompok Kristen Fundamentalis karena secara gamblang selaras dengan idiolek mereka tentang Kristus.[1]