Suku Naga (diucapkan [naːgaː]) adalah kumpulan dari beberapa suku yang tinggal di Timur Laut India dan barat laut Burma. Suku-suku tersebut memiliki budaya dan tradisi yang sama, dan bentuk kelompok etnis terbanyak di negara bagian India Nagaland, yang memiliki jumlah yang signifikan di Manipur, Arunachal Pradesh dan beberapa populasi kecil di Assam.
Orang Naga berbicara dengan berbagai bahasa Tibet-Burma yang berbeda, yakni Lotha, Angami, Pochuri, Ao, Mao (Emela), Inpui, Rongmei (Ruangmei), Tangkhul, Thangal, Maram, dan Zeme. Selain itu, mereka mengembangkan Kreol Naga, yang mereka gunakan antara suku dan desa, yang masing-masing memiliki dialek bahasaa mereka sendiri.
Suku-suku Naga mempraktikan pemburuan kepala dan menggunakan kepala musuh-musuhnya sebagai trofi pada abad ke-19 dan akhir 1969.[1] Secara umum, pakaian tradisional Naga, serta gaya hidup mereka, sangat mirip dengan orang Wa di bagian Tenggara dan sejumlah kesamaan antara masyarakat dan tradisi dari Naga dan Wa yang dilihat oleh para antropolog seperti J.P. Mills dan J.H. Hutton.[2]
Wilayah
Nagaland adalah sebuah negara bagian bukit yang terletak di bagian paling timur laut India, yang berbatasan dengan Burma di bagian timur; Assam di bagian barat; Arunachal Pradesh dan sebagian Assam di bagian utara; dan Manipur di bagian selatan. Selain negara bagian Nagaland, suku-suku Naga datang ditemukan di Assam, Manipur dan Arunachal Pradesh dan perbukitan yang berada di barat laut Burma, seperti Zona yang Mengadministrasikan Diri Naga (awalnya Divisi Sagaing).
Budaya
Perayaan
Perayaan-perayaan Naga utama di negara bagian India Nagaland meliputi:[3]
Kata Naga adalah sebuah eksonim.[4] Sekarang, kata tersebut melingkupi sejumlahsuku yang tinggal di negara bagian India Nagaland, Manipur, Assam dan Arunachal Pradesh, dan juga di Myanmar.
Sebelum kedatangan Britania, istilah "Naga" digunakan di Assam untuk merujuk kepada suku-suku yang terisolasi. Britania mengadopsi istilah untuk sejumlah suku yang berada di wilayah sekitar, berdasarkan pada ikatan budaya dan linguistik. Sejumlah suku diklasifikasikan sebagai "Naga" secara signifikan pada abad ke-20: pada 2006, 68 suku diklasifikasikan sebagai Naga oleh berbagai sumber.[5]
Etnolog menggunakan istilah "Naga" untuk mendeskripsikan 34 bahasa dalam keluarga Kuki-Chin-Naga.[6]Kuki dari Nagaland diklasifikasikan sebagai "Naga" pada masa lampau, namun sekarang umumnya dianggap sebagai suku non-Naga. Kuki memiliki hubungan baik dengan Naga pada masa lampau, namun sejak 1990an, konflik-konflik terjadi, khususnya di Manipur. Para nasionalis Naga di Manipur berupaya untuk mengeluarkan Kukis dari wilayah mereka.
Wettstein, Marion. 2014. Naga Textiles: Design, Technique, Meaning and Effect of a Local Craft Tradition in Northeast India. Arnoldsche, Stuttgart 2014, ISBN 978-3-89790-419-4.
von Stockhausen, Alban. 2014. Imag(in)ing the Nagas: The Pictorial Ethnography of Hans-Eberhard Kauffmann and Christoph von Fürer-Haimendorf. Arnoldsche, Stuttgart 2014, ISBN 978-3-89790-412-5.
Stirn, Aglaja & Peter van Ham. The Hidden world of the Naga: Living Traditions in Northeast India. London: Prestel.
Oppitz, Michael, Thomas Kaiser, Alban von Stockhausen & Marion Wettstein. 2008. Naga Identities: Changing Local Cultures in the Northeast of India. Gent: Snoeck Publishers.
Kunz, Richard & Vibha Joshi. 2008. Naga – A Forgotten Mountain Region Rediscovered. Basel: Merian.