Ketidaksetujuan terhadap pernikahan antarras utamanya ditentang oleh prinsip agama. Mayoritas kulit putih beragama Kristen evangelis di Selatan memandang segregasi rasial, termasuk dalam hal pernikahan, sebagai sesuatu yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Mereka berpendapat bahwa mengesahkan pasangan yang berbeda ras akan melanggar ajaran Alkitab dan karenanya melanggar kebebasan beragama.[2] Posisi ini dipegang oleh denominasi evangelis besar seperti Konvensi Baptis Selatan hingga akhir abad ke-20.[3]