(Mungkin tak dianggap aliran)
Niyāma (bahasa Pāli), juga sering disebut sebagai Lima Niyāma, Lima Hukum Alam atau Lima Hukum Tertib Kosmis (Pāli: pañca-niyāma-dhamma atau pañcavidha-niyāma), adalah salah satu konsep dalam Buddhisme mengenai hukum keteraturan yang bekerja di seluruh alam semesta.[1][2] Lima Niyāma dalam set ini adalah:
Buddhisme tidak membenarkan bahwa alam semesta diatur oleh sesosok dewa tertinggi atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Niyāma merupakan hukum abadi yang bekerja dengan sendirinya. Hukum ini bekerja sebagai hukum sebab akibat dan membuat segala sesuatu bergerak sebagaimana dinyatakan oleh ilmu pengetahuan modern, seperti ilmu fisika, kimia, biologi, astronomi, psikologi, dan sebagainya. Timbul tenggelamnya bulan, turunnya hujan, tumbuhnya tanaman, hingga berubahnya musim disebabkan oleh hukum ini.[3]
Diperkenalkannya istilah "pañca-niyāma" dalam kitab komentar bukan untuk menggambarkan bahwa alam semesta etis secara intrinsik, namun sebagai daftar yang menunjukkan cakupan universal paticca-samuppāda. Tujuan awalnya, menurut Ledi Sayadaw, bukanlah untuk meninggikan atau merendahkan hukum karma, namun untuk menunjukkan ruang lingkup Hukum Alam sebagai alternatif terhadap klaim teisme.[4]
C.A.F. Rhys Davids adalah sarjana barat pertama yang tertarik pada daftar pañcavidha niyāma dalam bukunya tahun 1912, "Buddhism". Alasan Davids menjelaskan istilah "Niyāma" adalah untuk menekankan bahwa menurut ajaran Buddha, kita berada dalam sebuah "alam semesta moral", artinya suatu perbuatan membawa akibat yang adil sesuai dengan tatanan moral alami, sebuah situasi yang ia sebut sebagai "kosmodik" yang berbeda dengan teodisi Kristen.[5][6]
Dalam skema Rhys Davids, Niyāma dijabarkan menjadi:
Skema ini serupa dengan skema yang diajukan oleh Ledi Sayadaw.[7] Sangharakshita, seorang sarjana Buddhis Barat, menggunakan skema Niyāma dari Rhys David dan menjadikannya sebagai aspek penting dalam pengajarannya.[8]
Ashin Kheminda, seorang bhikkhu misionaris asal Indonesia, menjelaskan Niyāma dengan skema berikut:[9]
Kitab komentar Buddhisme dari abad ke-5 hingga ke-13 M memuat pañcavidha niyāma, lima Niyāma, dalam teks-teks berikut:
Pada Abhiṇhapaccavekkhitabbaṭhānasutta, Aṅguttara Nikāya 5.57, Buddha menyampaikan bahwa di antara kelima hukum alam tersebut, perbuatan (kamma) sebagaimana diatur oleh hukum kepastian perbuatan (kammaniyāma) bertindak sebagai properti, warisan, asal mula, keluarga, dan perlindungan suatu makhluk.[13]
... Sabbe sattā kammassakā, kammadāyādā, kammayoni, kammabandhu, kammapaṭisaraṇā, yaṁ kammaṁ karissanti— kalyāṇaṁ vā pāpakaṁ vā— tassa dāyādā bhavissantī’ti ...
... Semua makhluk memiliki kamma sebagai properti mereka, ahli waris dari kammanya sendiri, memiliki kamma sebagai asal-mulanya, memiliki kamma sebagai keluarganya, memiliki kamma sebagai perlindungannya. Apapun kamma yang mereka lakukan— baik atau buruk— mereka akan menjadi ahli waris dari kamma tersebut ...
Setiap hukum tidak berjalan sendiri, artinya satu hukum dapat bekerja bersamaan dengan hukum-hukum lainnya. Oleh karena kamma didefinisikan sebagai kesadaran baik (kusalacitta) atau kesadaran buruk (akusalacitta) dengan eksistensi faktor-mental (cetasika) kehendak (cetanā), maka kamma-niyāma yang mengatur kepastian perbuatan juga melibatkan citta-niyāma yang mengatur kesadaran terciptanya perbuatan.
Manopubbaṅgamā dhammā manoseṭṭhā manomayā; Manasā ce paduṭṭhena bhāsati vā karoti vā; Tato naṃ dukkhamanveti cakkaṃ'va vahato padaṃ.
Tiga agregat nonmateri (cetasika) memiliki kesadaran (citta) sebagai pelopor, memiliki kesadaran sebagai yang terkemuka (pemimpin), dibuat oleh kesadaran. Apabila dengan kesadaran yang kotor, seseorang berbicara atau berbuat; Dari sana penderitaan mengikuti dia, seperti roda mengikuti kaki lembu.
Dengan begitu, Buddhisme tidak setuju bahwa suatu kejadian disebabkan hanya karena satu hal. Misalnya, ketika manusia sudah semakin jahat dan tidak menyayangi alam (diatur oleh kamma-niyāma), maka akan terjadi perubahan pada alam seperti perubahan suhu (diatur oleh utu-niyāma), tumbuhan mati (diatur oleh bija-niyāma), dan ketidaktenangan batin (diatur oleh citta-niyāma).
|url-status=
Lokasi Pengunjung: 3.135.193.125