Mulyoto Pangestu

Mulyoto Pangestu
Lahir1963
Pekalongan
Tempat tinggalIndonesia dan Australia
KewarganegaraanIndonesia Indonesia
AlmamaterUniversitas Jenderal Soedirman
PekerjaanIlmuwan
Dikenal atasPenemu alternatif teknik pembekuan sperma (kriopreservasi)
Suami/istriLies Lestari
AnakGalih Ramadhan Wilujatmoko

Dr. Mulyoto Pangestu adalah ilmuwan Indonesia. Ia adalah alumnus SMA Negeri 1 Tegal, Fakultas Peternakan di Universitas Jenderal Soedirman, kemudian melanjutkan pendidikan di School of Agricultural & Forestry di University of Melbourne dan meraih gelar magister dan doktoralnya di Monash University, Australia. Ia adalah staf pengajar di Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Universitas Jenderal Soedirman.

Dr. Mulyoto juga diminta untuk membantu mengajar di Departemen Obstetri & Ginekologi Monash University serta sejumlah universitas lain di Indonesia, seperti Universitas Diponegoro, Universitas Padjadjaran dan Universitas Gajah Mada. Selain itu, ia juga dikenal melalui penelitian kolaboratifnya di bidang fertilitas dan teknologi reproduksi bersama Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Udayana dan University of Melbourne.

Penemuan alternatif teknik pembekuan sperma

Riset Mulyoto Pangestu tentang upaya pembekuan sperma hewan dengan cara sederhana dan murah telah mengantarnya meraih penghargaan tertinggi (Gold Award) dalam kompetisi Young Inventors Awards, yang diadakan majalah The Far Eastern Economic Review (FEER) dan Hewlett Packard Asia Pasifik. Penemuan Mulyoto sangat berguna bagi para ilmuwan dan dokter di negara sedang berkembang yang kekurangan biaya untuk mengadakan peralatan pendingin. Peralatan cold storage untuk menyimpan material biologis biasanya membutuhkan nitrogen cair sebagai bahan pendingin (coolant). Selain tangkinya mahal dan makan tempat, nitrogen cair sangat berbahaya. Soalnya, agar tetap cair, nitrogen jenis ini harus disimpan di bawah suhu minus 196 derajat Celcius. Mulyoto justru menemukan cara untuk mengeringkan dan menyimpan sperma dalam suhu ruangan karena ia memakai jasa gas nitrogen. Ini yang membuat Mulyoto mengalahkan ratusan pesaingnya dari berbagai negara Asia Pasifik bahan yang dipakainya amat murah, hanya sekitar Rp2.500. Bahan yang dipakai adalah dua lapis tabung plastik mini (ukuran 0,250 ml dan 0,500 ml) yang disegel dengan panas (heat-sealed), kemudian dibungkus lagi dengan aluminium foil. Kandidat doktor biologi dari Universitas Monash ini menyebut proses pengeringan sperma yang ditemukannya sebagai pengeringan evaporatif (evaporative drying).

Pengeringan sperma atau penyimpanan sperma pada suhu ruang, sebenarnya sudah dilaporkan sejak tahun 1970-an. Namun, laporan-laporan tersebut masih terbatas informasinya. Baru pada Juli 1998, Wakayama dan Yanagimachi dari Universitas Hawaii mempublikasikan hasil penemuan mereka pada jurnal Nature Biotechnology, berupa kelahiran anak mencit hasil pembuahan menggunakan sperma kering dan beku (freeze-dried sperm). Setelah melihat beberapa penelitian lainnya dan hasil studi literatur, akhirnya Mulyoto dan supervisornya, Dr. Jillian Shaw, menyimpulkan bahwa sperma dapat disimpan pada suatu kondisi yang kering dan bebas oksigen. Hasil penemuan Mulyoto adalah kemasan penyimpanan sperma kering dan beku yang tidak membutuhkan penanganan khusus dan hasilnya dapat tetap dipakai walaupun telah disimpan bertahun-tahun. Memang, sperma hewan yang telah dikeringkan Mulyoto dengan cara ini tidak mampu bergerak lagi (immotile), dan berdasarkan pemeriksaan menggunakan bahan pewarna, diketahui bahwa sperma itu "mati". Agar bisa membuahi sel telur, sel sperma harus disuntikkan ke dalam sel telur.

Teknik ini dikenal dengan nama "Intracytoplasmic Sperm Injection" (ICSI) dan sudah banyak digunakan pada pembuatan bayi tabung manusia. Mulyoto sendiri sama sekali tidak mencobakan metodenya untuk sperma manusia karena ethics permit yang dimilikinya hanyalah untuk hewan. Sperma yang sudah dikeringkannya berasal dari mencit (mice), marmoset (sejenis kera), dan juga wombat (binatang asli Australia). Temuan Mulyoto kini sedang dalam proses dipatenkan di Australia. Paten temuan Mulyoto menjadi milik Universitas Monash, tetapi ia masih akan tercatat sebagai penemunya.

Catatan kaki


Referensi