Masjid Sultan Suriansyah

مسجد السلطان سوريانسيه
Masjid Sultan Suriansyah
PetaKoordinat: 3°17′36″S 114°34′19″E / 3.29333°S 114.57194°E / -3.29333; 114.57194
Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiJalan Kuin Utara, Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid
Gaya arsitekturBanjar

Masjid Sultan Suriansyah atau Masjid Kuin adalah sebuah masjid bersejarah di Kota Banjarmasin yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam.[1] Masjid Kuin merupakan salah satu dari tiga masjid tertua yang ada di kota Banjarmasin pada masa Mufti Jamaluddin (Mufti Banjarmasin), masjid yang lainnya adalah Masjid Besar (cikal bakal Masjid Jami Banjarmasin) dan Masjid Basirih.[2] Masjid ini terletak di Jalan Kuin Utara, Kelurahan Kuin Utara, kawasan yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan situs ibu kota Kesultanan Banjar yang pertama kali. Masjid ini letaknya berdekatan dengan komplek makam Sultan Suriansyah dan di tepian kiri sungai Kuin.

Masjid yang didirikan di tepi sungai Kuin ini memiliki bentuk arsitektur tradisional Banjar, dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang. Pada bagian mihrab masjid ini memiliki atap sendiri yang terpisah dengan bangunan induk.

Masjid kuno

Lawang Agung

Kekunoan masjid ini dapat dilihat pada 2 buah inskripsi yang tertulis pada bidang berbentuk segi delapan berukuran 50 cm x 50 cm yakni pada dua daun pintu Lawang Agung. Pada daun pintu sebelah kanan terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi:

Ba'da hijratun Nabi Shalallahu 'alahihi wassalam sunnah 1159[3] pada Tahun Wawu ngaran Sultan Tamjidillah Kerajaan dalam Negeri Banjar dalam tanah tinggalan Yang mulia.

Sedangkan pada daun pintu sebelah kiri terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi:

Kiai Damang Astungkara mendirikan wakaf Lawang Agung Masjid di Nagri Banjar Darussalam pada hari Isnain pada sapuluh hari bulan Sya'ban tatkala itu (tidak terbaca)[4].

Kedua inskripsi ini menunjukkan pada hari Senin tanggal 10 Sya'ban 1159 Hijriyah (1744/45 M) telah berlangsung pembuatan Lawang Agung (pintu utama) oleh Kiai Demang Astungkara pada masa pemerintahan Sultan Sepuh Panembahan Badarul Alam atau Sultan Tamjidullah I (1734-1759 M).

Mimbar Masjid

Mimbar Masjid Sultan Suriansyah.

Pada mimbar yang terbuat dari kayu ulin terdapat pelengkung mimbar dengan kaligrafi berbunyi:

Allah Muhammadarasulullah

Pada bagian kanan atas terdapat tulisan:

Krono Legi : Hijrah 1296[5] bulan Rajab hari Selasa tanggal 17

Sedang pada bagian kiri terdapat tulisan:

Allah subhanu wal hamdi al-Haj Muhammad Ali al-Najri

Ini berarti pembuatan mimbar pada hari Selasa Legi tanggal 17 Rajab 1296, atas nama Haji Muhammad Ali al-Najri.

Filosofi ruang

Pola ruang pada Masjid Sultan Suriansyah merupakan adaptasi pola ruang dari arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Arsitektur mesjid Agung Demak sendiri dipengaruhi oleh arsitektur Jawa Kuno pada masa kerajaan Hindu. Identifikasi pengaruh arsitektur tersebut tampil pada tiga aspek pokok dari arsitektur Jawa Hindu yang dipenuhi oleh masjid tersebut. Tiga aspek tersebut: atap meru, ruang keramat (cella) dan tiang guru yang melingkupi ruang cella. Meru merupakan ciri khas atap bangunan suci di Jawa dan Bali. Bentuk atap yang bertingkat dan mengecil ke atas merupakan lambang vertikalitas dan orientasi kekuasaan ke atas. Bangunan yang dianggap paling suci dan dan penting memiliki tingkat atap paling banyak dan paling tinggi. Ciri atap meru tampak pada Masjid Sultan Suriansyah yang memiliki atap bertingkat sebagai bangunan terpenting di daerah tersebut. Bentuk atap yang besar dan dominan, memberikan kesan ruang di bawahnya merupakan ruang suci (keramat) yang biasa disebut cella. Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella (ruang keramat). Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab, yang berarti secara kosmologi cella lebih penting dari mihrab.

Pemugaran

Arsitektur masjid di Indonesia tampil dengan keunikan tersendiri dibanding masjid-masjid di negara islam lainnya yang biasanya sangat dipengaruhi oleh arsitektur gaya Timur Tengah. Indonesia tidak demikian. Kekhasannya memang kental Indonesia yang kerap diterjemahkan bernuansa Jawa kuno. Atap bertumpang, antara dua sampai lima, misalnya memang merupakan satu dari dua pola bangunan masjid-masjid di nusantara tempo dulu hingga sekarang.

Gaya masjid tempo dulu kebanyakan adalah adalah gaya atap bertumpang. Konon gaya arsitekstur ini dipelopori oleh masjid Demak yang memang sangat dipengaruhi oleh nuansa keraton. Sebab para tukang yang membangunnya, menurut cerita “babad Tanah Jawi” didatangkan khusus dari Kerajaan Majapahit dibawah petunjuk dan pengawasan para Wali Songo. Dan konon menurut cerita tersebut kepala dari para tukang Majapahit adalah Raden Sepat, sang arsitekstur pertama masjid-masjid kala itu. Tak heran bila kemudian masjid-masjid setelah Demak didirikan atas rancang bangun Raden Sepat ini, tukang Majapahit menjadi sangat terkenal dan muncul semacam imej tersendiri pada waktu itu bahwa masjid tertua di Pulau Jawa itu adanya pertama kali di kota di Majapahit.

Masjid Sultan Suriansyah sebelum direnovasi.

Walau kemudian perkembangan masjid di luar Tanah Jawa di era raja-raja menggunakan para tukang setempat, namun pengaruh atap bertumpang tak bisa dihindarkan. Masjid Sultan Suriansyah (Sunan Batu Habang) di Kuin Kota Banjarmasin ini misalnya, yang merupakan masjid tertua di Kalimantan dan dibangun sekitar awal-awal abad ke-16 ini ternyata menggunakan corak yang sama dengan masjid Demak di Pulau Jawa. Walaupun dikerjakan oleh tukang-tukang dari Kampung Kuin sendiri, namun dalam hal pengawasan masih dipegang oleh Khatib Dayan utusan dari Jawa. Dan uniknya lagi atapnya juga bertumpang. Jadi tak heran jika masjid gaya atap tumpang ini terkesan ada pengaruh Hindu, sebab Majapahit memang didominasi ajaran Hindu, lalu gaya ini terbawa hingga sekarang. Begitu juga ketika anda melihat bangunan masjid didaerah Banua lima yang dibangun oleh Khatib Dayan dan teman-temannya juga mengikuti pola yang sama ”Atap Bertumpang”. Bahkan dimasa kepemimpinan era Presiden Soeharto, masjid gaya atap tumpang ini seperti dihidupkan kembali melalui Lembaga Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila dimana masjid-masjid Pancasila dibangun mulai dari kota propinsi hingga kecamatan dengan gaya tunggal: atap tumpang tiga. Sedang masjid berkubah biasanya dibangun oleh masyarakat secara gotong-royong dengan modifikasi bangunan yang lebih beragam, tentunya.

Ketika dimulai pelaksanaan rehab, Masjid Sultan Suriansyah ini adalah bangunan panggung dengan atap tumpang tiga. Di bagian puncaknya dilengkapi dengan kubah aluminium. Sedangkan bagian atap mihrabnya berupa limas segi enam yang terbuat dari bahan sirap. Kondisinya memang masih relatif baru. Atap tumpang tiga itu juga terbuat dari sirap. Berbeda dengan atap bagian mihrab, bagian bangunan utama ini kondisinya sudah lapuk yang dihiasi dengan sebuah kubah terbuat dari aluminium. Bagian atap bagian dalam dilapisi dengan plafon yang terbuat dari plywood, juga kondisinya sudah lapuk. Berbeda dengan atap bagian ruang utama dan mihrab, atap pada bagian salasar dan perluasan terbuat dari seng. Itu pun sudah karatan akibat sudah lama digunakan. Konstruksi pondasi asalnya tak dapat diketahui secara pasti, sebab ketika dilakukan penggalian, meskipun lokasi penggalian di pinggir sungai, tetapi tidak ditemukan adanya sisa-sisa tiang pancang. Itulah sebabanya berdasarkan analisa arsitektur, kondisi pondasi yang dipakai pada wal pembangunannya bisa jadi menggunakan pondasi kalang batang yaitu teknologi yang menggunakan batang pohon besar dan panjang sebagai tempat menancapkan tiang-tiang. Rekaaan atau perkiraan ini memang tidak diperkuat dengan bukti berupa batang-batang yang tersisa namun sangat besar kemungkinan batang yang dijadikan sudah hancur dan menyatu dengan tanah. Analisa lainnya adalah kemungkinan menggunakan konstruksi pondasi pancangan kayu kapur naga. Sebab pada umumnya bangunan kuno di Kalsel menggunakan pondasi dari bahan demikian. Tetapi yang jelas tersisa dari pondasi di masjid ini adalah pondasi kacapuri biasa dengan tongkat ulin biasa pula dan kondisinya sudah sangat hancur. Khusus untuk tiang utamanya (tiang guru) dan mihrab, pondasinya relatif masih baru berupa pancangan galam yang dilengkapi dengan neut beton bertulang, artinya sudah ada sentuhan teknologi modern yang sangat mungkin digunakan pada rehab sebelumnya.

Masjid Sultan Suriansyah tahun 1980 yang menggunakan kubah aluminium. Ini adalah bentuk pemugaran Masjid Sultan Suriansyah yang dipelopori oleh Kodam X Lambung Mangkurat pada tahun 1976.
Renovasi total Masjid Sultan Suriansyah tahun 1999 yang dipelopori oleh pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
Tiang tengah (Sokoguru) dari kayu halayung lapuk dimakan usia diganti dengan kayu Ulin.

Tiang guru tersebut berbentuk penampang segi delapan dengan lebar sekitar 30 cm. Tiang ini mengalami kerusakan terutama dibagian bawah atau kakinya. Tetapi oleh masyarakat setempat rupanya diselamatkan dengan membungkus bagian yang rusak itu dengan beton bertulang. Tiang utama lainnya juga terbuat dari kayu ulin dengan penampang persegi empat. Lebarnya bervariasi antara 8 cm x 8 cm sampai 15 cm x 15 cm, juga dalam kondisi rusak parah. Untuk selasarnya, tiang yang digunakan adalah tiang beton bertulang yang kondisinya relatif masih baik. Begitu juga dengan lantai bangunan induknya yang terbuat dari papan ulin yang sebagian besar sudah lapuk pula. Sedangkan untuk bagian selasar dan teras lantainya terbuat dari ubin. Dinding bangunan sebagian besar menggunakan dinding bata, pada bagian mihrabnya yang relatif masih baru digunakan dinding papan ulin yang dilapisi semen dan keramik. Sedangkan dinding bagian atas bangunan menggunakan papan ulin saja. Pintu-pintu yang ada berupa kaca yang sebagian besar sudah rusak. Pintu yang masih asli tersisa sepasang dengan kondisi relatif masih baik. Daun pintunya juga dihiasi dengan ukiran kaligrafi Bahasa Arab Melayu yang menyatakan makna “Sesudah Hijrah Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam th. 1141 Hijriah, wakaf zaman Sultan Tamdjidillah, Kerajaan Dalam Negeri Banjar”. Sementara mimbar yang ada dan terbuat dari kayu jati, pada gerbang mimbarnya terdapat tulisan kaligrafi dengan tulisan kalimat tauhid “la ilaha ilallah Muhamadurasulullah” dan tulisan “Subhanallah walhamdulillah, Subhanallah al Adzim”. Selain itu ada juga tulisan Arab Melayu pada bagian kanan bawahnya dengan makna “hari Selasa 27 rajab 1296 Hijriah" dan dari kiri bawah dengan makna tulisan "Diukir oleh H. Muhammad Ali Al-Banjary”. Itulah bagian-bagian yang ada sebelum pelaksanaan pemugaran masjid bersejarah ini yang dimulai sejak tanggal 3 September 1999, kala itu Gubernur Kalimantan Selatan dipimpin oleh Drs. H. Gusti Hasan Aman.

Setelah pemugaran, kesan pertama yang sering terdengar dari orang yang pertama kali memandang adalah “kembali ke nuansa arsitektur tradisional Banjar abad-15". Itulah sedikit gambaran betapa berubahnya bentuk masjid ini setelah dipugar dan direhabilitasi kembali. Bangunan bujur sangkar berukuran 15, 2 meter x 15, 2 meter itu pun ramai dihiasi kaligrafi Arab. Denah bangunan ini ketika mau direhabilitasi total menunjukan sebuah masjid yang bagian dalamnya seluas 434 m2. Rinciannya adalah: ruang induk berukuran 19, 5 meter x 20, 4 meter sehingga hampir berbentuk sama persegi panjang. Sedangkan ruang mihrab atau paimamam luasnya 7, 5 meter x 5 meter, lebih ke bentuk persegi panjang. Memang tak terlalu besar untuk ukuran sebuah masjid pada zaman sekarang ini. Namun kesan pertama yang akan kita saksikan adalah ornamen kaligrafi Arabnya yang lebih mencolok dibanding sisi-sisi yang lain. Seakan tak ada detail bangunan tanpa hiasan dan pahatan kaligrafi. Berbicara tentang ormanen khas Banjar biasanya lebih banyak bermotif flora dan fauna, mulai dari beranda masjid hingga dinding-dinding yang memisahkan antara alam luar dan dalam ruangan masjid. Pada 17 buah pintu yang ada, disetiap daun pintunya dibuat ventilasi udara yang bermotif kaligrafi syahadat. Begitu pula empat tiang utama ruangan dalam diberikan sentuhan ornamen. Bahkan sampai pada ujung-ujungnya yang menghubungkan dengan langit-langit.

Putaka waluh dan buntut ayam di atas Kubah Masjid Sultan Suriansyah saat renovasi total tahun 1999.

Memang ada beberapa bagian asal yang tertinggal seperti daun pintu utama serta beberapa ornamen masjid. Dari situlah benang merah direntangkan. Diperkaya dari beberapa keterangan tetuha di kampung Kuin dan studi banding ke mesjid-mejid kuno di daerah Hulu sungai yang juga bekas sisa-sisa peninggalan dakwah Khatib Dayan, foto-foto dokumentasi masjid sebelum dipugar pada tahun 1976, maka dikembalikanlah bentuk bangunan masjid ini ke bentuk dan posisi semula. Untuk warna ternyata hijau dan kuninglah menjadi pilihan utama sebagai warna dasar. Hal ini berdasarkan petunjuk yang bisa ditiru yaitu pada warna mimbar dan daun pintu yang masih ada sisa-sisa warna alami yaitu kuning dan hijau. Dalam hal ini yang paling mendasar dari rehabilitasi masjid Sultan Suriansyah ini adalah menjadikan pondasi dari pancangan kayu galam dan neut beton sebagai konstruksinya. Sedangkan untuk struktur lainnya seperti tiang dan atap khusus untuk bangunan utama dikembalikan ke bentuk asli yaitu menggunakan kayu ulin. Teknik pengerjaaannya pun dikerjakan oleh tenaga yang terampil dibidangnya. Tiang utama masih menggunakan batang kayu ulin yang asli, namun diperbaiki pada bagian yang sudah keropos dengan cara menambalnya, kemudian membungkusnya dengan ornamen kayu ulin berbentuk persegi kotak. Sedangkan bangunan teras dan serambi yang merupakan bangunan tambahan, konstruksinya adalah beton bertulang.

Interior Masjid Sultan Suriansyah.

Begitu pula untuk bangunan atap yang sebelum dipugar tahun 1999 yang masih berbentuk kubah dikembalikan ke bentuk asal yaitu atap limas tumpang tiga. Bentuk denah masjid pun dilakukan perbaikan arah kiblat yang semula mengalami kemiringan sedikit pergeseran. Untuk itulah akhirnya ada juga sedikit pergeseran tiang bangunan untuk mengikuti posisi arah kiblat itu. Kalau pada bagian utama, bangunan atapnya dikembalikan pada bentuk limas tumpang tiga dengan bahan utama sirap, maka pada atap bagian mihrab juga dikembalikan ke bentuk limas segi enam. Sedangkan untuk atap bagian serambi berbentuk limas segi empat. Atap-atap ini dilengkapi pula dengan petaka berbentuk waluh dan jamang melati pada setiap atap dan pilis-pilisnya. Sedangkan untuk bagian salasar yang juga merupakan bangunan tambahan, atapnya menggunakan dak beton. Sementara lisplank pada bagian salasar dibuat dari beton bertulang dan dilapisi dengan papan ulin yang diolah dalam bentuk tradisional.[6]

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Indonesia) Zein, Abdul Baqir (1999). Masjid-masjid bersejarah di Indonesia. Gema Insani. hlm. 328. ISBN 979-561-567-X. ISBN 978-979-561-567-5
  2. ^ (Indonesia) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2005). Sejarah dan dialog peradaban: persembahan 70 tahun Prof. Dr. Taufik Abdullah. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. ISBN 979-3673-84-2. ISBN 978-979-3673-84-4
  3. ^ 1744/1745 Masehi
  4. ^ Perhitungan kalender Aboge, dalam kurun waktu delapan tahun atau satu windu dengan urutan terdiri tahun Alif (1153), Ha (1154), Jim awal (1155), Za (1156), Dal (1157), Ba (1158), Wawu (1159), dan Jim akhir (1160)
  5. ^ 1880/1881 Masehi
  6. ^ "WISATA RELIGIUS MASJID BERSEJARAH SULTAN SURIANSYAH ( MASJID TERTUA DI KOTA BANJARMASIN – Yayasan" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-08-07. 

3°17′40″S 114°34′34″E / 3.29433056577°S 114.576103775°E / -3.29433056577; 114.576103775

Read other articles:

Foto bayi manusia berusia 2 bulan, ibunya, nenek dari pihak ibu, dan nenek buyut dari pihak ibu. Setiap orang dalam foto ini melahirkan orang yang lebih muda berikutnya sehingga menunjukkan empat generasi dalam satu foto keluarga. Anak Cicit (buyut dalam bahasa Jawa) adalah sebuah ungkapan garis keturunan dalam Bagan silsilah Keluarga. Anak merupakan garis keturunan pertama, cucu merupakan garis keturunan kedua sedangkan cicit adalah anak keturunan ketiga. Garis keturunan Garis keturunan meru...

 

 

Alkitab IbraniTanakhYosua 1:1 pada Kodeks Aleppo Taurat  (Pengajaran)KejadianBeresyitKeluaranSyemotImamatWaiyiqraBilanganBemidbarUlanganDevarim Nevi'im  (Nabi-nabi) Awal YosuaYehosyuaHakim-hakimSyofetimSamuelSyemu'elRaja-rajaMelakhim Akhir YesayaYesyayahuYeremiaYirmeyahuYehezkielYekhezqelDua Belas NabiTrei Asar Ketuvim  (Karya tulis) Puisi MazmurTehillimAmsalMisyleiAyubIyov Lima Gulungan(Hamesy Megillot) Kidung AgungSyir HassyirimRutRutRatapanEikhahPengkhotbahQoheletEsterEster ...

 

 

2025 Gatineau municipal election 2025 Gatineau municipal election Mayoral election ← 2024 (by-election) November 2, 2025 2029 → Map of Gatineau's districts Mayor before election TBD[a] Elected Mayor TBD City Council election ← 2021 November 2, 2025 2029 → 19 seats in Gatineau City Council[b]10 seats needed for a majority Party Leader % Seats +/– Independent – AG Steve Moran (interim) This lists parties that won seats. See the...

هذه المقالة يتيمة إذ تصل إليها مقالات أخرى قليلة جدًا. فضلًا، ساعد بإضافة وصلة إليها في مقالات متعلقة بها. (فبراير 2019) فاسيلي أوبريا   معلومات شخصية الميلاد 3 مارس 1957 (67 سنة)  بوخارست  مركز اللعب محور  [لغات أخرى]‏  الجنسية رومانيا  الحياة العملية الفرق ناد�...

 

 

Football match1993 Football League Cup finalEvent1992–93 Football League Cup Arsenal Sheffield Wednesday 2 1 Date18 April 1993VenueWembley Stadium, LondonMan of the MatchPaul Merson (Arsenal)RefereeAllan GunnAttendance74,007← 1992 1994 → The 1993 Football League Cup final took place on 18 April 1993 at Wembley Stadium, and was played between Arsenal and Sheffield Wednesday. Arsenal won 2–1 in normal time, in what was the first of three Wembley finals between the two sides tha...

 

 

Hashikami 階上町KotaprajaBalai Kota Hashikami BenderaEmblemLokasi Hashikami di Prefektur AomoriHashikamiLokasi di JepangKoordinat: 40°27′9″N 141°37′16″E / 40.45250°N 141.62111°E / 40.45250; 141.62111Koordinat: 40°27′9″N 141°37′16″E / 40.45250°N 141.62111°E / 40.45250; 141.62111Negara JepangWilayahTōhokuPrefektur AomoriDistrikSannohePemerintahan • WalikotaNoriaki ArayaLuas • Total94,01...

Participant in the armed conflict in eastern Ukraine For the paramilitary from 1936–1938, see International Brigades. InterbrigadesИнтербригадыLogo of The Other Russia of E. V. LimonovActive6 May 2014 – presentAllegiance Russia  Donetsk People's Republic  Luhansk People's Republic The Other RussiaTypeInfantryPart of LPR People's Militia Zarya Battalion (2014–2015)[citation needed] Motto(s)Yes, death![citation needed]EngagementsWar in Donba...

 

 

American shot putter Parry O'BrienO'Brien in 1954Personal informationBirth nameWilliam Patrick O'BrienFull nameWilliam Parry O'Brien[1]BornJanuary 28, 1932[1]Santa Monica, California, U.S.[1]DiedApril 21, 2007(2007-04-21) (aged 75)[1]Santa Clarita, California, U.S.[1]Height6 ft 2+1⁄2 in (189 cm)[2]Weight245 lb (111 kg)[2]SportCountryUSASportAthletics, Shot putEvent(s)Shot put, discus throwAch...

 

 

2020年夏季奥林匹克运动会波兰代表團波兰国旗IOC編碼POLNOC波蘭奧林匹克委員會網站olimpijski.pl(英文)(波兰文)2020年夏季奥林匹克运动会(東京)2021年7月23日至8月8日(受2019冠状病毒病疫情影响推迟,但仍保留原定名称)運動員206參賽項目24个大项旗手开幕式:帕维尔·科热尼奥夫斯基(游泳)和马娅·沃什乔夫斯卡(自行车)[1]闭幕式:卡罗利娜·纳亚(皮划艇)&#...

Para ahli filsafat Panpsikisme adalah pandangan bahwa semua materi memiliki aspek mental, atau, sebaliknya, semua benda memiliki pusat kesatuan pengalaman atau sudut pandang.[1] Panexperientialisme, sebagaimana yang didukung oleh Alfred North Whitehead, merupakan variasi kurang berani, yang kredit semua entitas dengan kesadaran fenomenal tetapi tidak dengan kognisi, dan karena itu tidak harus dengan pikiran yang lengkap.[1] Panprotoexperientialism merupakan variasi lebih hati-...

 

 

Lesbian radical feminist advocacy group Part of a series onLesbian feminism Women's liberation movement People Paula Gunn Allen Dorothy Allison Ti-Grace Atkinson Alison Bechdel Evelyn Torton Beck Miriam Ben-Shalom Julie Bindel Ivy Bottini Charlotte Bunch Cheryl Clarke Michelle Cliff Kate Clinton Jeanne Córdova Mary Daly Max Dashu Stormé DeLarverie Diane DiMassa Alix Dobkin Andrea Dworkin Elana Dykewomon Lillian Faderman Ferron Marilyn Frye Michiyo Fukaya Carolyn Gage Donna Gottschalk Sarah ...

 

 

هيئة التراث الإنجليزي (بالإنجليزية: The English Heritage Trust)‏[1][2]  هيئة التراث الإنجليزي‌ البلد المملكة المتحدة  المقر الرئيسي سويندون تاريخ التأسيس أبريل 2015؛ (تشكلت وكالة التراث الإنجليزي الحكومية بالأصل في سنة 1983) النوع خيرية الاهتمامات التراث منطقة الخدمة إنجلتر...

Questa voce sugli argomenti allenatori di calcio britannici e calciatori scozzesi è solo un abbozzo. Contribuisci a migliorarla secondo le convenzioni di Wikipedia. Segui i suggerimenti dei progetti di riferimento 1, 2. Scott SymonNazionalità Scozia Calcio RuoloAllenatore (ex attaccante) Termine carriera1947 - calciatore1970 - allenatore CarrieraSquadre di club1 1930-1935 Dundee Utd150 (2)1935-1938 Portsmouth66 (6)1938-1947 Rangers32 (3) Nazionale 1938 Scozia1 (0) ...

 

 

Blauvac Mairie de Blauvac. Blason Administration Pays France Région Provence-Alpes-Côte d’Azur Département Vaucluse Arrondissement Carpentras Intercommunalité Communauté de communes Ventoux Sud Maire Mandat Max Raspail 2020-2026 Code postal 84570 Code commune 84018 Démographie Gentilé Blauvacois, Blauvacoises Populationmunicipale 536 hab. (2021 [1]) Densité 26 hab./km2 Géographie Coordonnées 44° 01′ 52″ nord, 5° 11′ 59″ est Altitu...

 

 

Village in Estonia Village in Tartu County, EstoniaMatjamaVillageMatjamaLocation in EstoniaCoordinates: 58°30′42″N 26°56′05″E / 58.51167°N 26.93472°E / 58.51167; 26.93472CountryEstoniaCountyTartu CountyMunicipalityPeipsiääre ParishPopulation (2011 Census[1]) • Total55 Matjama is a village in Peipsiääre Parish, Tartu County, Estonia. It is located by the Jõhvi–Tartu–Valga road (E264). As of the 2011 census, the settlement's ...

Phone (speech sound) This article has multiple issues. Please help improve it or discuss these issues on the talk page. (Learn how and when to remove these messages) This article relies largely or entirely on a single source. Relevant discussion may be found on the talk page. Please help improve this article by introducing citations to additional sources.Find sources: Laminal consonant – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (October 2019) This a...

 

 

Lo stesso argomento in dettaglio: Copa Campeonato. Copa Campeonato 1912 Competizione Copa Campeonato Sport Calcio Edizione 21ª Organizzatore AFL Date dal 14 aprile 1912al 13 ottobre 1912 Luogo  Argentina Partecipanti 6 Risultati Vincitore Quilmes Statistiche Miglior marcatore Alberto Ohaco (9) Incontri disputati 30 Gol segnati 107 (3,57 per incontro) Cronologia della competizione 1911 1913 Manuale La Copa Campeonato 1912, 19ª edizione della medesima competizione (la ...

 

 

Alfons Goppel, ministre-président de Bavière de 1962 à 1978. Le terme de ministre-président[Note 1] est un titre porté par certains chefs de gouvernement. Utilisation nationale Ministre-président (minister-president) est le titre officiel du Premier ministre des Pays-Bas depuis 1983. Un autre titre est ministre des Affaires générales. Dans les textes non officiels, on fait souvent l'usage du gallicisme premier. Le ministre-président est le primus inter pares du conseil des ministres,...

Pour les articles homonymes, voir Mess. Mess Données clés Pays d'origine Autriche Années actives 1982 Composition du groupe Membres Elisabeth EngstlerMichael Scheickl modifier Mess est un duo autrichien composé d'Elisabeth Engstler (de) et Michael Scheickl (de) (alias Fritz). Histoire Le duo se forme en 1982 à l'occasion de la sélection autrichienne pour le Concours Eurovision de la chanson de la même année, tout en y participant aussi chacun en solo[1]. La chanson Sonntag,...

 

 

1948 film by John Farrow See also: The Night Has a Thousand Eyes (disambiguation) Night Has a Thousand EyesTheatrical release posterDirected byJohn FarrowScreenplay byBarré LyndonJonathan LatimerBased onNight Has a Thousand Eyesby Cornell WoolrichProduced byEndre BohemStarring Edward G. Robinson Gail Russell John Lund CinematographyJohn F. SeitzEdited byEda WarrenMusic byVictor YoungProductioncompanyParamount PicturesDistributed byParamount PicturesRelease dates September 17, 1948&...