Sakoat.Kujawas (kadang dieja Lakoat Kujawas[1]) adalah sebuah komunitas kewirausahaan sosial anak muda yang bergerak di bidang kearifan budaya. Komunitas ini terletak di Desa Taiftob, Kecamatan Mollo, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Nama Lakoat.Kujawas diambil dari dua nama buah: buah loquat (Eriobotryca japonica) dan buah jambu biji (kujawas).[1] Penggagasnya adalah Dicky Senda, dengan menggerakkan warga desa Taiftob dan anak muda lainnya dari Kapan, Soe dan Kupang.[1]
Komunitas kebudayaan ini memiliki coworking space,[2] perpustakaan warga, dan ruang arsip, serta menjalankan program kerja kolaborasi dan kewirausahaan sosial dengan petani dan penenun perempuan dari desa Mollo.[1] Bentuk ventura komunitas ini adalah perintisan ekowisata dan homestay yang menjual produk lokal Mollo seperti kain tenun, kopi, madu, dan sambal lu'at organik.[2]
Kegiatan
Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan anak-anak hingga orang dewasa di Lakoat.Kujawas, mulai dari membaca buku dan belajar menulis di perpustakaan hingga bereksperimen di laboratorium pangan yang diberi nama Ume Fatumtaum. Setiap akhir pekan ada Skol Tamolok (sekolah budaya) yang dimaksudkan sebagai regenerasi pengetahuan budaya. Sampai saat ini komunitas Lakoat.Kujawas masih terus melakukan kerja pengarsipan secara kolektif agar jati diri kebudayaan asli Mollo tidak hilang. Mereka mengarsip nama-nama bahan pangan, cara penyimanan makanan untuk jangka panjang, resep makanan, cerita rakyat hingga motif dan warna tenun Mollo.[3]
Diversifikasi pangan
Salah satu hal yang menjadi perhatian di Lakoat.Kujawas adalah kembali ke tradisi pangan leluhur atau tradisional. Leluhur masyarakat Mollo sudah menemukan teknologi pengawetan makanan seperti pengasapan pada daging (se'i), sambal lu'at (sambal fermentasi) dan manajemen pangan yang disimpan di Uem Bubu (rumah untuk menyimpan bahan pangan). Sudah terlalu lama masyarakat Molo "dijajah" nasi. Tanah Mollo tidak cocok ditanami padi, sehingga leluhur mereka menanam sumber bahan pangan (karbohidrat) selain nasi seperti jagung bose, sorgum, ubi, dan singkong[3]. Uem Bubu inilah yang menginspirasi Lakoat.Kujawas untuk mendirikan laboratorium pangan yang dinamai Ume Fatumtaum.[4]
Program
- Lokakarya fotografi "Ketong Bisa" yang melibatkan 15 remaja Desa Taiftob, bekerja sama dengan fotografer dari SekolahMUSA dan Gadgetgrapher Kupang - 2017[1]
- Program Residensi Kesenian Apinat-Aklahat, bekerja sama dengan SMPK St. Yoseph Freinademetz dan Koalisi Seni Indonesia - 2017[5]
Karya Tulis
- Kumpulan cerita pendek "Kap Na'm To Fena" karya kolaboratif bersama SMPK St. Yoseph Freinademetz - 2018.[6]
- Kumpulan puisi pendek "Tubuhku Batu, Rumahku Bulan" karya kolaboratif bersama SMPK St. Yoseph Freinademetz - 2018.[6]
- Kumpulan cerita anak-anak Mollo "Dongeng dari Nunuh Haumeni"[3]
Referensi