Pasca Perang Dunia II, Park In-chon mulai menyediakan layanan taksi, dengan kantor pusat di Geumnamno di Seo-gu, Gwangju.[2] Pada dekade 1950-an, ia juga mulai menyediakan layanan bus dengan nama Gwangju Passenger Service (kini bernama Kumho Buslines).
Pada tahun 1960, grup ini memulai integrasi vertikal dengan mendirikan Samyang Tire (kini bernama Kumho Tire). Karena kekurangan bahan baku, Kumho Synthetic Rubber (kini bernama Kumho Petrochemical) pun didirikan pada tahun 1971. Grup ini kemudian berkembang pesat saat ekonomi Korea meledak, dengan mendirikan anak usaha di bidang konstruksi, pengapalan dan logistik, dirgantara, pariwisata, budaya dan hiburan, jasa keuangan, dan teknologi informasi.
Berhasil selamat dari krisis keuangan Asia 1997, grup ini pun mengakuisisi sejumlah perusahaan milik kompetitornya pada dekade 2000-an, seperti Daewoo Engineering & Construction dan Korea Express.[3] Akuisisi tersebut didanai dengan utang, sehingga menyebabkan masalah arus kas saat krisis finansial 2007–2012 terjadi. Grup ini pun dipaksa menjual asetnya dan memulai program restrukturisasi kredit pada akhir tahun 2009 setelah gagal menjual Daewoo E&C.[4]
Sebagai salah satu upaya restrukturisasi, grup ini menjual 45% saham Kumho Tire ke produsen ban asal Tiongkok, Doublestar pada bulan Juli 2018.[5]
Pada bulan April 2019, perusahaan ini menjual mayoritas saham Asiana Airlines untuk membantu melunasi utangnya.[6]