Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Kitab Tawarikh

Kitab Tawarikh (bahasa Ibrani: סֵפֶר דִּבְרֵי הַיָּמִים, translit. Sefer Divre Hayyamim‎) merupakan salah satu kitab dalam Tanakh atau Alkitab Ibrani dan termasuk dalam kitab-kitab tanpa pengelompokan resmi dalam Ketuvim. Dalam Perjanjian Lama Alkitab Kristen, Kitab Tawarikh termasuk dalam kelompok kitab-kitab sejarah serta terpecah menjadi Kitab 1 Tawarikh dan Kitab 2 Tawarikh. Dalam Alkitab Septuaginta, kitab ini disebut Biblíon Paraleipoménon (Βιβλίον Παραλειπομένων). Vulgata dan beberapa versi terjemahan Alkitab juga mengadopsi nama Paralipomenon sebagai judul kitab ini.

Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Tawarikh berada pada urutan paling akhir, mengikuti urutan Naskah Masorah. Sedangkan dalam Alkitab Kristen, kedua Kitab Tawarikh ditempatkan di antara Kitab 2 Raja-raja dan Kitab Ezra, mengikuti urutan dalam Alkitab Septuaginta.

Istilah

Papan tanda mengutip 2 Tawarikh 7:14 di daerah pedesaan Texas, Amerika Serikat menghimbau rakyat untuk "Berdoa bagi negara kita" (2010).

Istilah "Tawarikh" merupakan serapan dari kata تَوَارِيخ (tawārīkh) dalam bahasa Arab, bentuk jamak dari تَارِيخ (tārīkh) yang berarti "penanggalan", "riwayat", atau "catatan sejarah". Nama "Tawarikh" merupakan terjemahan maknawi dari nama kitab דִּבְרֵי הַיָּמִים (Divre Hayyamim), dari gabungan bentuk jamak dari kata דָּבָר (davar, har. "kata") dan יוֹם (yom, "hari"), yang bermakna harfiah "perkataan hari-hari", tetapi bermakna kiasan "catatan sejarah" atau "kronik". Penamaan "Tawarikh" telah terbukti digunakan untuk berbagai versi terjemahan Alkitab bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sejak zaman Hindia Belanda.[1][2][3][4] Nama "Tawarikh" dan Divre Hayyamim selaras dengan isi kitab ini yang berbentuk catatan silsilah dan riwayat bangsa Israel kuno dari Adam sampai masa pembuangan ke Babel.

Nama kitab Paraleipoménon (Παραλειπομένων), yang berarti harfiah "dari hal-hal yang terlewatkan", berasal dari kata kerja παραλείπω (paraleípō) yang berarti "melewatkan" atau "mengesampingkan". Vulgata dan beberapa versi terjemahan Alkitab (yang merupakan terjemahan turunan dari Vulgata atau Septuaginta) mengadopsi nama Paralipomenon sebagai judul kitab ini. Menurut dugaan beberapa ahli, nama Paralipomenon digunakan untuk mewakili ciri kitab ini yang "melengkapi Kitab Samuel dan Kitab Raja-raja yang terlewatkan".

Penolakan istilah "Paralipomenon"

Banyak ahli menduga bahwa kitab ini merupakan "kelengkapan dari Kitab Samuel dan Kitab Raja-raja yang terlewatkan". Hal tersebut juga diperkirakan menjadi dugaan para penerjemah yang menyusun Septuaginta, sehingga kitab ini bernama Paraleipoménon (Παραλειπομένων), yang bermakna "hal-hal yang terlewatkan".[5]

Namun di pihak lain, banyak pula yang menentang pendapat tersebut dengan dalih bahwa isi kitab tersebut tidak benar-benar mencirikan pelengkap, karena banyak sekali ayat yang tumpang tindih dengan ayat-ayat dalam Kitab Samuel dan Raja-raja. Sebagai gantinya, beberapa pakar mengusulkan bahwa kitab ini sebenarnya merupakan bagian dari kitab utuh yang disebut Kitab Tawarikh–EzraNehemia yang diyakini disusun oleh satu atau sekelompok pengarang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya Kitab Tawarikh dipisahkan dari Kitab Ezra–Nehemia. Pendapat ini juga masih terus diperdebatkan, meskipun telah menjadi konsensus selama berabad-abad.[6]

Sebagai penerjemah Alkitab ke dalam versi Vulgata, Hieronimus tetap menggunakan nama Paralipomenon untuk judul kitab ini untuk mengikuti tradisi penamaan kitab dalam bahasa Yunani dan Latin yang ada pada saat itu.[7] Namun, Hieronimus tampaknya juga menekankan penamaan Ibrani kitab ini, yang ia sebut Dabreiamin (mengikuti pengejaan bahasa Latin), ketika menyinggung kitab ini dalam Prologus Galaetus (pengantar "berhelm" untuk Liber Regum, yakni gabungan Kitab Samuel dan Kitab Raja-raja) dan juga "Pengantar Hieronimus untuk Kitab Tawarikh".[8][9] Dia juga menyebut kitab ini sebagai chronicon totius divinae historiae ("catatan seluruh sejarah Ilahi"),[10] serta menilai bahwa kitab ini lebih mencirikan "intisari Perjanjian Lama", karena merangkum seluruh silsilah dan riwayat sejak manusia pertama hingga pemulangan bangsa Yahudi dari Babilonia.[11][12] Dari uraian tersebut, banyak pakar menilai bahwa Hieronimus sebenarnya enggan menggunakan nama Paralipomenon yang menyebabkan salah kaprah tersebut.[13][14] Istilah chronicon ini menginspirasi para penerjemah Alkitab Protestan untuk menggunakannya sebagai judul kitab ini, sehingga demikianlah asal nama kitab Book(s) of Chronicles dalam bahasa Inggris. Tradisi penamaan tersebut kemudian digunakan pula dalam terjemahan Kitab Suci Katolik modern.[15]

Isi

Kitab Tawarikh lengkap pada Kodeks Leningrad, salinan Naskah Masorah yang dibuat tahun 1008.

Kitab ini sebagian besar menceritakan riwayat Daud dan Salomo yang memimpin Kerajaan Israel bersatu, yang diikuti oleh riwayat raja-raja dari salah satu kerajaan pecahan Israel, yaitu Kerajaan Yehuda di selatan. Semua catatan tersebut memiliki banyak kemiripan dengan Kitab Samuel dan Kitab Raja-raja. Selain itu, terdapat pula tambahan signifikan yang tidak ada di kedua kitab tersebut, yaitu daftar-daftar silsilah dari Adam hingga suku-suku Israel pada masa raja-raja, beberapa daftar dengan topik tertentu seperti "daftar kepemilikan kota oleh orang-orang Lewi" dan "daftar penyanyi dalam rumah TUHAN",[16] serta sedikit catatan tentang orang-orang buangan Babel yang diizinkan kembali ke Yerusalem (yang juga terdapat di Kitab Ezra–Nehemia sebagai pengantar).

Ada 20 pasal dalam kitab Tawarikh, dan 24 bagian dari pasal, yang unik dan tidak terdapat dalam kitab-kitab lain. Juga terdapat daftar banyak orang secara detail, seperti daftar pahlawan Daud (1 Taw 12:1–37), pemindahan Tabut Perjanjian dari Kiryat-yearim ke bukit Sion (1 Taw 13; 15:2–24; 16:4–43; bandingkan 2 Sam 6), penyakit raja Uzia (dalam bahasa Ibrani ditulis tzaraas umumnya diterjemahkan sebagai "kusta") dan musababnya (2 Taw 26:16–21; bandingkan 2 Raja-raja 15:5), dan sebagainya. Terdapat pula pidato dari tokoh-tokoh penting, misalnya Daud (1 Taw 29:10–19), dan isi surat penting, seperti surat Paskah dari Hizkia (2 Taw 30:6–9).

Garis besar

Berdasarkan isinya, kitab ini dapat dibagi menjadi 4 bagian:

  • Permulaan 1 Tawarikh (yakni 1 Tawarikh 1–10): kebanyakan berisi daftar silsilah, termasuk keluarga Saul dan penolakan Allah terhadap Saul yang menjadi dasar munculnya raja Daud.
  • 1 Tawarikh 11–29: sejarah pemerintahan Raja Daud.
  • Permulaan 2 Tawarikh (yakni 2 Tawarikh 1–9): sejarah pemerintahan Raja Salomo, putra Daud.
  • 2 Tawarikh pasal 10–36: sejarah raja-raja Yehuda sampai kepada pembuangan ke Babel, ditutup dengan dekrit raja Koresh Agung mengizinkan orang-orang buangan kembali ke tanah air mereka masing-masing.

Beberapa pakar juga membagi kitab ini menjadi 3 bagian, dengan menggabungkan sejarah pemerintahan Daud dan Salomo, karena mereka sama-sama memerintah kerajaan yang bersatu.

Kepengarangan

Peristiwa terakhir di kitab Tawarikh terjadi pada zaman pemerintahan Koresh Agung, raja Persia yang menaklukkan Kerajaan Babel pada tahun 539 SM; dan ini menentukan tanggal paling awal penulisan kitab ini. Martin Noth berpendapat bahwa kitab ini ditulis pada abad ke-3 SM, sedangkan Gary Knoppers memperkirakan di antara tahun 325 dan 275 SM, meskipun mungkin pula di antara tahun 500 dan 250 SM.

Secara umum, kitab Tawarikh ini lebih bersifat pengajaran (didaktik) daripada sejarah.[17][18][19] Pengarang mengambil sumber dari catatan publik, daftar keluarga dan tabel silsilah orang Yahudi. Hal ini disebutkan di beberapa tempat dalam kitab ini (1 Taw 27:24; 29:29; 2 Taw 9:29; 12:15; 13:22; 20:34; 24:27; 26:22; 32:32; 33:18, 19; 27:7; 35:25). Ada 40 catatan paralel antara kitab Tawarikh dan kitab Samuel-Raja-raja, sering kali kata-per-kata, membuktikan bahwa pengarang kitab Tawarikh mengenal dan menggunakan kitab-kitab yang lebih lama itu. Tambahannya, ada sumber "Sejarah Deuteronomistik", yang diambil terutama dari Kitab 2 Samuel dan 1–2 Raja-raja[20] serta catatan dari Taurat yang disimpan oleh kaum imam ("sumber imamat").[21] Misalnya silsilah dalam 1 Tawarikh 1-9, tampaknya diambil langsung dari Taurat, juga Kitab Yosua dan lain-lain.[21] Dalam kitab Tawarikh terdapat pula sejumlah kutipan dari Kitab Mazmur, dan juga dari Kitab Yesaya, Kitab Yeremia dan Kitab Yehezkiel.[21] Tampaknya ada sumber yang tidak ditemukan lagi saat ini, misalnya dalam 2 Tawarih 9:29 disebutkan narasumber "Kitab Sejarah Salomo" (Acts of Solomon), juga catatan dari sejumlah nabi yang tidak banyak dikenal, seperti Ahia orang Shilonit dan pelihat Ido.[21] Ada juga peristiwa sejarah di luar Alkitab yang telah dibuktikan dari penelitian arkeologi, yang tadinya hanya dicatat di kitab Tawarikh, misalnya serangan raja Sisak dari Mesir di akhir abad ke-10 SM (2 Tawarikh 12:2–4), dan persiapan serta penjagaan sumber air di Yerusalem oleh raja Hizkia sebelum serangan orang Asyur pada akhir abad ke-8 SM (2 Tawarikh 32:2-4).[22]

Karakteristik

Karakteristik dari kitab Tawarikh mencerminkan kondisi penulisan kitab ini, yaitu setelah pemulihan masyarakat Yahudi di Israel, yang berbeda dengan kitab Samuel dan Raja-raja yang disusun sebelumnya selama masa Pembuangan ke Babel. Kitab Samuel dan Raja-raja dianggap disusun pada saat ingatan terhadap sejarah kerajaan masih kuat dalam benak penyusunnya. Kitab Tawarikh disusun jauh kemudian dan berdasarkan catatan-catatan yang terpelihara sampai saat itu saja.

Dapat dilihat satu ciri khas kitab ini yaitu penggantian kata-kata lama dengan istilah yang lebih baru, terutama nama-nama tempat yang dipakai pada zaman pengarang, misalnya: kota Gezer (1 Taw 20:4) dipakai menggantikan nama "Gob" (2 Sam. 21:18).[23]

Tujuan

Kitab Tawarikh sebagian besar berisi riwayat-riwayat yang telah dituliskan dalam Kitab Samuel dan Raja-raja. Namun di dalam Kitab Tawarikh, riwayat-riwayat tersebut diceritakan dari sudut pandang lain. Sejarah kerajaan Israel dalam kitab Tawarikh ditulis dengan dua maksud utama.

  1. Penulis ingin menunjukkan bahwa sekalipun kerajaan Israel dan Yehuda ditimpa kemalangan, tetapi Allah masih memegang janji-Nya kepada bangsa itu, dan melaksanakan rencana-Nya untuk umat-Nya melalui orang-orang yang tinggal di Yudea. Penulis kitab menekankan hal itu dengan menunjukkan hal-hal besar yang telah dicapai oleh Daud dan Salomo, serta pembaruan-pembaruan yang diusahakan oleh Yosafat, Hizkia dan Yosia. Juga karena masih ada orang-orang yang tetap setia menyembah Allah.
  2. Penulis menguraikan asal mula upacara ibadat di Bait Allah di Yerusalem, terutama mengenai susunan jabatan imam dan orang-orang Lewi yang bertugas dalam upacara-upacara ibadat itu. Sekalipun Bait Allah di Yerusalem itu dibangun oleh Salomo, tetapi di dalam kitab Tawarikh ini Daud dikemukakan sebagai pendiri yang sesungguhnya dari Bait Allah itu dan upacara-upacara ibadatnya.[24]

Sumber

Lebih dari setengah isi Kitab Tawarikh diambil dari kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain, terutama Kitab Samuel dan Raja-raja. Sumber-sumber lain yang disebut dalam Kitab Tawarikh termasuk:

Pembagian dalam Alkitab Kristen

Dalam Alkitab Kristen, Kitab Tawarikh terbagi menjadi 2 kitab terpisah.

  • Kitab 1 Tawarikh, dimulai dengan menampilkan daftar silsilah dari orang-orang Israel hingga masa raja-raja, beserta beberapa daftar lainnya seperti "daftar kepemilikan kota oleh orang-orang Lewi" dan "daftar penyanyi dalam rumah TUHAN", kemudian riwayat singkat mengenai akhir hidup Saul, dan dilanjutkan dengan cerita atas pencapaian-pencapaian dan keberhasilan-keberhasilan pada masa pemerintahan Raja Daud hingga kematiannya.
  • Kitab 2 Tawarikh, dimulai dengan riwayat pada masa pemerintahan Raja Salomo hingga ia mangkat, diikuti dengan kisah pemberontakan suku-suku utara di bawah pimpinan Yerobeam melawan Raja Rehabeam dan pecahnya Kerajaan Israel bersatu, lalu dilanjutkan dengan sejarah raja-raja dari Kerajaan Yehuda, dan diakhiri dengan kisah kejatuhan Yerusalem.

Kaitan dengan kitab lain

Kitab Ezra dan Nehemia

Kisah yang termuat dalam Kitab 1 dan 2 Tawarikh berlanjut di Kitab Ezra dan Nehemia, yang menjadi satu di Alkitab Ibrani. Dan juga ayat-ayat pada 2 Tawarikh 36:22–23 serupa dengan Ezra 1:1–3a, sehingga beberapa pakar menduga bahwa Ezra 16 seharusnya berada di Kitab Tawarikh, bukan di Kitab Ezra–Nehemia.[15]

Awalnya para pakar yakin bahwa kitab Tawarikh dan kitab Ezra–Nehemia (bagian naratifnya) disusun oleh pengarang atau penyunting yang sama, tetapi sekarang ini tidak lagi diterima sepenuhnya.[25]

Kitab Samuel dan Raja-raja

Kitab 1 dan 2 Tawarikh sebagian besar berisi riwayat-riwayat yang juga tertulis dalam Kitab Samuel dan Raja-raja, sehingga banyak ceritanya yang saling tumpang tindih dan melengkapi satu sama lain.

Kitab Tawarikh dianggap mengandung nilai sejarah yang lebih rendah dibandingkan Kitab Samuel dan Raja-raja karena lebih berkonsentrasi kepada masalah keagamaan daripada politik, meskipun kesimpulan semacam itu sebenarnya menggambarkan bias dari sejumlah kritikus modern dan bukannya masalah utama dalam Kitab Tawarikh.[15]

Sejumlah perbedaan antara Kitab Tawarikh dan Kitab Samuel-Raja-raja menimbulkan masalah sejarah, terutama karena Kitab Tawarikh diyakini membesar-besarkan nominal biaya keuangan dan militer. Hal ini mungkin merupakan cara kuno untuk menyesuasikan dengan inflasi pada zaman itu, meskipun tampaknya perbedaan angka itu hanyalah kesalahan penyalinan tulisan.[15]

Berikut adalah perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan antara Kitab Samuel-Raja-raja dan Kitab Tawarikh:[15]

Ada di Kitab Samuel atau Raja-raja,
tidak ada di Kitab Tawarikh
Ada di Kitab Tawarikh,
tidak ada di Kitab Samuel atau Raja-raja
  • Persiapan Daud untuk membangun Bait Allah
  • Daud menghitung dan membagi tugas untuk orang-orang Lewi
  • Daud mengatur penyanyi, pemain musik dan petugas untuk ibadah di Bait Allah
  • Daud mempersiapkan pejabat untuk Bait Allah
  • Perang antara Abia dan Yerobeam
  • Pertobatan raja Manasye
  • Perayaan Paskah oleh raja Yosia
  • Materi tambahan tentang silsilah

Perjanjian Baru

Kitab Tawarikh dirujuk, meskipun tidak dikutip langsung, dalam sejumlah kitab Perjanjian Baru misalnya: Matius 12:42, 23:35; Lukas 1:5, 11:31,51; Ibrani 5:4.

Lihat pula

Catatan

Referensi

  1. ^ "Surat Tawarich I". Pustaka Kuno. Diakses tanggal 2025-06-05.
  2. ^ "Surat Tawarich II". Pustaka Kuno. Diakses tanggal 2025-06-05.
  3. ^ "Kitab Tawarich Jang Pertama". Pustaka Kuno. Diakses tanggal 2025-06-05.
  4. ^ "https://kuno.sabda.org/detail.php?id=199a-kitab-tawarich-jang-kadoewa". Pustaka Kuno. Diakses tanggal 2025-06-05.
  5. ^ "Definition of PARALIPOMENON". www.merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-06-06.
  6. ^ Recent Studies in Chronicles,
  7. ^ Japhet, Sara, I & II Chronicles: A Commentary. Louisville: Westminster John Knox Press, 1993. p. 1.
  8. ^ "Jerome, "Helmeted" introduction to Kings (2006)". www.tertullian.org. Diakses tanggal 2025-06-07.
  9. ^ "Jerome, Prologue to Chronicles (2006)". www.tertullian.org. Diakses tanggal 2025-06-07.
  10. ^ "Best Commentaries and Books on 1 Chronicles | Logos Bible Software". www.logos.com. Diakses tanggal 2025-06-07.
  11. ^ Catholic Online — The Books of Paralipomenon (Chronicles)
  12. ^ New Advent — The Books of Paralipomenon (Chronicles)
  13. ^ "An Introduction to First and Second Chronicles | Bible.org". bible.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-06-07.
  14. ^ Harris, Stephen L., Understanding the Bible: 2nd Edition. Mayfield: Palo Alto. 1985. p. 188.
  15. ^ a b c d e Quartz Hill School of Theology: Kitab Tawarikh
  16. ^ Barnes, W. E. (1899), Cambridge Bible for Schools and Colleges on 1 Chronicles, accessed 29 January 2020
  17. ^ History debated: the historical reliability of Chronicles in pre-critical and critical research, Kai Peltonen.
  18. ^ First and Second Chronicles, Paul K. Hooker, 12.
  19. ^ The Chronicler as historian, Matt Patrick Graham, Kenneth G. Hoglund, Steven L. McKenzie, Raymond B. Dillard, Society of Biblical Literature, p. 81.
  20. ^ Michael D. Coogan, A Brief Introduction to the Old Testament (New York: Oxford, 2009), 361
  21. ^ a b c d Coogan, 2009. 361
  22. ^ Coogan, 2009. 362
  23. ^ The Bible Dictionary: Your Biblical Reference Book, Matthew George Easton, 134.
  24. ^ Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002.
  25. ^ Beentjes, Pancratius C., "Tradition and transformation in the book of Chronicles" (Brill, 2008) p.3

Pustaka tambahan

Lihat pula

Pranala luar

Terjemahan bahasa lain:

Kembali kehalaman sebelumnya