Perundingan RCEP dimulai pada November 2012 dalam KTT ASEAN di Kamboja.[2] Pada tahun 2017, keenam belas negara ini memiliki populasi 3,4 miliar jiwa dengan total produk domestik bruto (PDB, PPP) $49,5 triliun, sekitar 39 persen PDB dunia.[3]
Anggota
Kemitraan ini terbuka bagi negara lain di luar Asia Tenggara, termasuk negara-negara Asia Tengah, Asia Selatan, dan Oseania.[4]
RCEP akan melibatkan lebih dari 3 miliar orang (45% penduduk dunia) dengan total PDB $21,3 triliun, kurang lebih 40% perdagangan global. Pengaruh RCEP tidak sebesar yang diharapkan setelah India memutuskan keluar.[6] PDB gabungan anggota RCP melebihi PDB gabungan anggota Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) pada tahun 2007. Pertumbuhan ekonomi tanpa henti, khususnya di Tiongkok, India, dan Indonesia, memungkinkan total PDB RCEP naik melewati angka $100 triliun pada tahun 2050, dua kali lipat total PDB anggota TPP.[7]
Pada tanggal 23 Januari 2017, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani memorandum yang mencabut keanggotaan AS dari TPP. Keputusan ini dinilai menguntungkan bagi RCEP.[8]