Keluarga Khouw dari Tamboen

Keluarga Khouw dari Tamboen
Kelompok etnisTionghoa Peranakan
Region saat iniJakarta, Bekasi
Tempat asalFujian, Kekaisaran Qing
Didirikan1769 (tiba di Jawa)
PendiriKhouw Tjoen
Khouw Shio
Khouw Soen
Gelar
AnggotaKhouw Tian Sek, Letnan-tituler Cina
Khouw Tjeng Tjoan, Letnan-tituler Cina
O. G. Khouw
Khouw Kim An, Mayor Cina
Keluarga terkait
EstatCandra Naya
Gedung Juang Tambun
Mausoleum O. G. Khouw
Kapitan Khouw Yauw Kie dan Mayor Khouw Kim An di Candra Naya pada tahun 1864–1865.

Keluarga Khouw dari Tamboen dulu adalah sebuah keluarga Tionghoa Peranakan di Hindia Belanda yang merupakan bagian dari Cabang Atas.[1][2][3]

Sejumlah anggota keluarga ini menduduki jabatan Mayor, Kapitan, dan Letnan Cina di lingkungan pemerintah Hindia Belanda, sehingga memberi mereka otoritas politik dan hukum atas orang-orang Cina di sejumlah wilayah di Hindia Belanda.[2][4][5] Sebagai salah satu keluarga tuan tanah terbesar di Hindia Belanda, keluarga ini juga memainkan peran penting dalam pengembangan perkotaan, pertanian, dan ekonomi di Jakarta Raya.[1][2][6]

Potret cucu Mayor Khouw Kim An, Yan dan Coen (oleh Charles Sayers, tahun 1937).

Keluarga ini memulai sejarahnya dari tiga orang laki-laki Totok, yakni Khouw Tjoen (meninggal pada tahun 1831), Khouw Shio, dan Khouw Soen, yang bermigrasi sekitar tahun 1769 dari Fujian di Kekaisaran Qing ke Tegal di pantai utara Jawa, di mana mereka kemudian sukses dalam berbisnis.[2][3][7] Tiga orang laki-laki tersebut adalah anak dari Khouw Teng dan cucu dari Khouw Kek Po, yang berasal dari keluarga tuan tanah di Tiongkok.[2][7]

Khouw Tjoen lalu pindah ke Batavia, ibu kota Hindia Belanda, dan kemudian membeli tanah-tanah di sana serta di daerah sekitarnya.[1][2][3][7] Setelah meninggal, Khouw Tjoen digantikan oleh anak sulungnya, Khouw Tian Sek (meninggal pada tahun 1843), yang kemudian menjadi salah satu anggota pertama dari keluarga ini yang mendapat jabatan kehormatan Letnan-tituler Cina.[1][2][8]

Pada Twentieth Century Impressions, jurnalis asal Britania Raya, Arnold Wright menyebut bahwa naiknya keluarga ini 'dari...relatif berkecukupan menjadi...sangat kaya' adalah berkat Letnan Khouw Tian Sek, yang tanahnya di Molenvliet kemudian menjadi perkotaan seiring dengan berkembangnya Batavia ke arah selatan pada awal abad ke-19.[1] Keluarga ini memiliki tiga rumah Cina mewah di Molenvliet, yang mana salah satunya, Candra Naya, kini menjadi tengara bersejarah di Jakarta.[3][6] Khouw juga memulai hubungan keluarga ini dengan tanah partikelir di Tamboen, yang kemudian menjadi tanah partikelir paling penting bagi keluarga ini.[9] Keluarga ini juga diingat berkat rumah mereka, Landhuis Tamboen (kini Gedung Juang Tambun) yang bergaya Art Deco.[10]

Tiga orang putra Khouw, Khouw Tjeng Tjoan, Khouw Tjeng Kee, dan Khouw Tjeng Po, kemudian juga diangkat menjadi Letnan-tituler Cina.[2][3] Pada paruh kedua abad ke-19, kekayaan dan tanah partikelir milik keluarga ini telah menjadi salah satu yang terbesar dan terpenting di Batavia, atau bahkan di Hindia Belanda.[11]

Tiga orang putra Khouw memiliki sejumlah istri dan anak. Sejumlah anak mereka kemudian menjadi pemimpin komunitas pada akhir masa pendudukan Belanda di Indonesia, seperti Khouw Yauw Kie (meninggal pada tahun 1908), anggota pertama dari keluarga ini yang menjadi Kapitan Cina dan anggota Kong Koan; sepupunya, Khouw Kim An, Mayor Cina terakhir Batavia (1875 - 1945); saudaranya, Khouw Kim Tjiang, Kapitan Cina Buitenzorg (kini Bogor); dan sepupu mereka, filantropis O. G. Khouw (1874 - 1927).[2][12][13]

Referensi

  1. ^ a b c d e Wright, Arnold (1909). Twentieth century impressions of Netherlands India: Its history, people, commerce, industries and resources. London: Lloyd's Greater Britain Pub. Co. Diakses tanggal 1 December 2016. 
  2. ^ a b c d e f g h i Erkelens, Monique (15 October 2013). The decline of the Chinese Council of Batavia: the loss of prestige and authority of the traditional elite amongst the Chinese community from the end of the nineteenth century until 1942 (PDF). Leiden: Leiden University. Diakses tanggal 1 December 2016. 
  3. ^ a b c d e Knapp, Ronald G. (2015). Chinese Houses of Southeast Asia: The Eclectic Architecture of Sojourners and Settlers. Singapore: Tuttle Publishing. ISBN 9780804844796. Diakses tanggal 1 December 2016. 
  4. ^ Lohanda, Moha (1996). The Kapitan Cina of Batavia, 1837-1942: A History of Chinese Establishment in Colonial Society. Jakarta: Djambatan. ISBN 979428257X. Diakses tanggal 1 December 2016. 
  5. ^ Blussé, Leonard; Chen, Menghong (2003). The Archives of the Kong Koan of Batavia. Leiden: BRILL. ISBN 9004131574. Diakses tanggal 1 December 2016. 
  6. ^ a b Widayati, Naniek (2003). "Candra Naya Antara Kejayaan Masa Lalu dan Kenyataan Sekarang" [Candra Naya Between The Glory of the Past and The Present Reality]". Dimensi Journal of Architecture and Built Environment (In Indonesian). 31 (2). Diakses tanggal 1 December 2016. 
  7. ^ a b c Haryono, Steve (2017). Perkawinan Strategis: Hubungan Keluarga Antara Opsir-opsir Tionghoa Dan 'Cabang Atas' Di Jawa Pada Abad Ke-19 Dan 20 (dalam bahasa Inggris). Utrecht. ISBN 978-90-90-30249-2. Diakses tanggal 15 February 2022. 
  8. ^ "Javasche courant". Familiebericht (93). Landsdrukkerij. November 22, 1843. Diakses tanggal 1 December 2016. 
  9. ^ "Soerabaijasch handelsblad". Het particuliere land Tamboen [The estate of Tamboen] (229). Kolff & Co. October 1, 1941. Diakses tanggal 1 December 2016. 
  10. ^ "Gedung Juang '45, saksi Bisu Perjuangan Masyarakat Tambun [Hall of the Revolution of '45, Silent Witness to the Struggle of the People of Tambun]". Web Resmi Kecamatan Tambun Selatan [Official Website of South Tambun District]. Kecamatan Tambun Selatan [South Tambun District]. Diakses tanggal 1 December 2016. 
  11. ^ Osterhammel, Jürgen (2014). The Transformation of the World: A Global History of the Nineteenth Century (dalam bahasa Inggris). Princeton University Press. hlm. 221. ISBN 9781400849949. Diakses tanggal 2 February 2017. 
  12. ^ Setyautama, Sam (2008). Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799101259. Diakses tanggal 1 December 2016. 
  13. ^ Suryadinata, Leo (2015). Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches (edisi ke-4th). Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 9789814620505. Diakses tanggal 1 December 2016.