La Vecchia Signora (The Old Lady) La Fidanzata d'Italia (The Girlfriend of Italy) Madama (Templat:IPA-pms; The Lady) I Bianconeri (The White and Blacks)[a] Le Zebre (The Zebras) La Gheuba (Templat:IPA-pms; The Hunchback)
Nama singkat
Juve
Berdiri
1 November 1897; 127 tahun lalu (1897-11-01),[b] as Sport-Club Juventus[3]
Juventus Football Club S.p.A. (BIT: JUVE) (dari bahasa Latin:[5]iuventus: masa muda[juˈvɛntus]), biasa disebut sebagai Juventus dan populer dengan nama Juve (pengucapan [ˈjuːve]),[6] adalah klub sepak bola profesional asal Italia yang berbasis di kota Turin, Piemonte. Klub ini didirikan pada tahun 1897 dengan nama Sport Club Juventus oleh sekelompok pelajar muda di kota Turin yang dipimpin oleh seorang ahli bernama Eugenio Canfari dan saudaranya Enrico.[7][8][9]
Sejak bulan September 2011, mereka berkandang di Juventus Stadium yang berkapasitas 41.507 tempat duduk.[10] Stadion tersebut dibangun di lokasi yang sama dengan stadion yang mereka gunakan sebelumnya, yaitu Stadion Delle Alpi, yang harus dirobohkan demi membangun Juventus Stadium.[11]
Juventus adalah klub tertua kedua di Italia,[12] setelah Genoa yang didirikan pada tahun 1893. Mereka tampil untuk pertama kalinya di liga divisi teratas Italia pada tahun 1900, setelah berganti nama menjadi Football Club Juventus. Mereka terus berada di kompetisi tertinggi tersebut (yang menggunakan nama Serie A sejak tahun 1929), kecuali pada musim 2006–2007.[13]
Pada tanggal 24 Juli 1923, direksi Juventus menunjuk Edoardo Agnelli, anak dari pendiri FIAT, untuk menjadi presiden klub yang baru.[7] Sejak saat itu, Juventus mulai dikelola oleh keluarga Agnelli. Hubungan antara klub sepak bola dan dinasti bisnis tersebut merupakan yang tertua dan terpanjang dalam sejarah olahraga di Italia. Hal tersebut menjadikan Juventus sebagai klub olahraga profesional pertama di negara tersebut.[14][15] Mereka pun menjadi kekuatan besar di Italia sejak era 1930-an, dan juga di Eropa sejak pertengahan 1970-an.[16] Sejak pertengahan tahun 1990-an, Juventus menjadi salah satu dari 10 klub sepak bola terkaya di dunia dari sisi nilai aset, pendapatan, dan keuntungan.[17] Mereka pun telah masuk bursa saham Borsa Italiana sejak tahun 2001.[18]
Seiring berjalannya waktu, juventus pun menjadi simbol dari budaya Italia.[19][20][21] Klub tersebut memberikan kontribusi besar untuk tim nasional Italia sejak tahun 1920-an, turut berperan dalam kemenangan Italia pada Piala Dunia 1934, 1982, dan 2006.[22]
Dijuluki Vecchia Signora (“Nyonya Tua”), Juventus adalah klub tersukses di Italia, dan salah satu yang paling sukses di dunia.[23][24][25] Mereka telah memenangkan 36 gelar juara liga, 14 gelar Coppa Italia, dan 9 gelar Supercoppa Italiana. Selain itu, mereka juga telah berhasil meraih dua gelar Piala Interkontinental, dua gelar Liga Champions, satu gelar Piala Winners, tiga gelar Piala UEFA, satu gelar Piala Intertoto, dan dua gelar Piala Super Eropa.[26]
Karena prestasi tersebut, Juventus pun memimpin rangking FIGC dalam hal jumlah trofi di tingkat nasional, menempati posisi ke-5 di Eropa, dan ke-11 di dunia.[27]
Juventus merupakan klub dengan jumlah penggemar terbanyak di Italia, dan salah satu yang terbesar di dunia. Berbeda dengan banyak pendukung klub Eropa lainnya yang biasanya terkonsentrasi di sekitar kota asal klub tersebut, penggemar Juventus tersebar di seantero negeri dan di antara para imigran asal Italia yang tinggal di luar negeri.[28][29][30][31] Mereka pun merupakan salah satu pencetus ide untuk membuat European Club Association, yang dulu dikenal dengan nama G-14, yang berisi klub-klub kaya di Eropa.[32]
Di bawah kepemimpinan pelatih Giovanni Trapattoni, sejak tahun 1976 hingga 1986, Juventus berhasil memenangkan 13 gelar, termasuk enam gelar juara liga dan lima gelar internasional. Mereka pun menjadi klub pertama sepanjang sejarah sepak bola Eropa yang menjuarai tiga kompetisi di bawah naungan UEFA: yaitu Liga Champions 1984–1985, Piala Winners 1983–1984 (sekarang telah ditiadakan), dan Piala UEFA 1976–1977.[33][34][35][36][37][35]
Berkat keberhasilan mereka menjuarai Piala Super Eropa tahun 1984 dan Piala Interkontinental tahun 1985, Juventus pun menjadi klub pertama yang berhasil memenangkan seluruh gelar juara kompetisi resmi UEFA dan gelar juara dunia.[38][39][40] Prestasi ini diperkuat setelah mereka juga berhasil menjuarai Piala Intertoto tahun 1999, pada era keemasan berikutnya di bawah arahan Marcello Lippi, membuat mereka menjadi satu-satunya klub profesional Italia yang berhasil meraih seluruh gelar juara yang mungkin mereka raih, baik di tingkat nasional maupun internasional.[41]
Pada bulan Desember 2000, Juventus menempati posisi ke-7 dalam rangking klub terbaik di dunia versi FIFA. Sembilan tahun kemudian, mereka menempati peringkat ke-2 dalam rangking klub terbaik di Eropa sepanjang abad ke-20 menurut penelitian statistik dari International Federation of Football History & Statistics (IFFHS). Di kedua rangking tersebut, Juventus menempati posisi yang lebih tinggi dibanding klub asal Italia lainnya.[25]
Juventus didirikan pada akhir tahun 1897 dengan nama Sport Club Juventus oleh siswa-siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum yang berlokasi di daerah Liceo D’Azeglio, Turin.[42] Dua di antaranya adalah kakak beradik Eugenio dan Enrico Canfari.[43]
Mereka pun mengadakan pertemuan untuk menentukan nama klub, hingga akhirnya ada tiga nama yang muncul, yaitu "Societa Via Port", "Societa sportive Massimo D’Azeglio", dan "Sport Club Juventus".[43] Nama terakhir akhirnya dipilih tanpa banyak keberatan, dan resmi menjadi nama klub mereka. Namun, dua tahun kemudian, mereka berganti nama menjadi Football Club Juventus.[44]
Klub tersebut lantas bergabung dengan Kejuaraan sepak bola Italia pada tahun 1900. Pada tahun 1904, seorang pebisnis yang bernama Ajmone-Marsan mengambil alih aspek keuangan Juventus, dan membuat mereka bisa berpindah tempat latihan dari Piazza d’Armi ke Velodrome Umberto I yang kondisinya lebih layak.[43] Di periode tersebut, mereka menggunakan kostum pink-hitam. Juventus berhasil menjuarai kompetisi liga untuk pertama kalinya pada tahun 1905. Saat itu, mereka telah menggunakan kostum hitam-putih, terinspirasi dari klub asal Inggris Notts County.[45]
Pada tahun 1906, karena berbagai keluhan dan perdebatan di ruang ganti, Presiden Alfred Dick memutuskan untuk meninggalkan klub. Ia kemudian mendirikan klub baru bernama Torino dan membawa serta pemain-pemain asing terbaik di Juventus.[7] Perseteruan antara Juventus dan Torino terus berlanjut hingga saat ini, dan pertandingan antara keduanya dikenal dengan nama Derby della Mole.[46] Di periode tersebut, Juventus berjuang untuk kembali membangun tim setelah perpecahan, dan berusaha tetap bertahan di tengah kekacauan Perang Dunia I.[45]
Dominasi liga
Pemilik FIAT, Edoardo Agnelli, mengambil alih kendali atas tim Juventus pada tahun 1923, dan langsung membangun stadion baru.[44] Hal ini pun membantu Juventus untuk meraih scudetto (gelar juara liga) yang kedua pada musim 1925–1926, setelah mengalahkan Alba Roma dengan skor agregat 12–1.[47] Pada era 1930-an, Juventus telah berhasil menjadi kekuatan utama di sepak bola Italia dengan menjadi klub profesional pertama di negara tersebut dan klub dengan basis penggemar pertama yang tersebar di berbagai kota. Hal ini mendukung mereka untuk mendapatkan gelar juara liga selama lima kali berturut-turut sejak tahun 1930 hingga 1935 (empat gelar pertama diraih di bawah asuhan pelatih Carlo Carcano).[45] Selain itu, Juventus pun berkontribusi dalam skuad tim nasional Italia yang dilatih oleh Vittorio Pozzo, yang berhasil menjadi juara dunia pada tahun 1934.[48] Beberapa pemain bintang Juventus yang turut membela Italia saat itu antara lain Raimundo Orsi, Luigi Bertolini, Giovanni Ferrari dan Luis Monti.[49]
Juventus kemudian memindahkan kandang mereka ke Stadio Comunale, tetapi gagal merajai sepak bola Italia pada akhir 1930-an dan awal 1940-an. Mereka bahkan harus mengakui keunggulan tim sekota, Torino. Secercah harapan muncul saat mereka berhasil menjuarai Piala Italia untuk pertama kalinya pada musim 1937–1938 dengan mengalahkan Torino.[50] Mereka sempat mengakhiri musim 1940–1941 di posisi ke-6, tetapi berhasil meraih Piala Italia kedua di musim berikutnya.[51] Pada periode ini, Italia tengah mengikuti Perang Dunia II, sehingga menghambat jalannya liga. Pada tahun 1944, Juventus mengikuti sebuah turnamen lokal yang akhirnya urung diselesaikan. Pada tanggal 14 Oktober 1945, liga kembali bergulir dengan pertandingan derby antara Juventus dan Torino. Juventus berhasil mengalahkan rival sekotanya dengan skor 2–1,[52] tetapi Torino yang saat itu dikenal sebagai “Grande Torino” berhasil mengakhiri musim sebagai juara.[53]
Setelah Perang Dunia II, para tanggal 22 Juli 1945, Gianni Agnelli terpilih sebagai presiden kehormatan klub. Selama masa kepemimpinannya, Agnelli mendatangkan beberapa pemain baru seperti Giampiero Boniperti, Muccinelli, dan pemain asal Denmark John Hansen. Mereka berhasil menjuarai liga di musim 1949–1950 dan 1951–1952. Gelar pada tahun 1950 mereka raih lewat kepemimpinan pelatih asal Inggris, Jesse Carver.[54]
Pada tanggal 18 September 1954, Gianni Agnelli meninggalkan Juventus. Pada tahun tersebut, Juventus hanya berhasil mengakhiri musim di posisi ke-7. Pada musim berikutnya, barisan pemain muda di bawah kepemimpinan pelatih Puppo berusaha untuk bangkit. Semangat mereka pun bertambah setelah masuknya Umberto Agnelli sebagai komisioner klub pada tahun 1955.[55]
Pada musim 1957–1958, Juventus merekrut dua penyerang baru, yaitu John Charles yang berasal dari Wales, dan Omar Sivori yang berasal dari Argentina.[56] Mereka pun berhasil kembali menjadi juara, dan berhak mengenakan tanda bintang kehormatan karena telah menjuarai 10 gelar juara liga. Mereka pun menjadi klub Italia pertama yang mendapat penghargaan tersebut.[57] Di musim tersebut, Sívori menjadi pemain pertama Juventus yang berhasil mendapatkan gelar Pemain Terbaik Eropa.[58] Pada musim berikutnya, mereka mengalahkan Fiorentina di final Coppa Italia,[59] dan untuk pertama kalinya berhasil mendapatkan gelar ganda (Serie A dan Coppa Italia). Boniperti memutuskan untuk pensiun pada tahun 1961, dengan status sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa bagi Juventus dengan 182 gol di semua kompetisi. Rekor tersebut bertahan selama 45 tahun.[60]
Pada era 1960-an, Juventus hanya berhasil satu kali menjuarai liga, yaitu pada musim 1966–67. Namun, pada awal tahun 1970-an, Juventus kembali memperkuat posisi mereka di sepak bola Italia di bawah asuhan mantan pemain mereka Čestmír Vycpálek.[61] Pada musim 1970–1971, Juventus berhasil mencapai final Fairs Cup (cikal bakal Piala UEFA), tetapi harus kalah dari Leeds United.[62]
Pada musim 1972–1973, mereka kedatangan beberapa pemain baru, seperti Dino Zoff dan Jose Altafini dari Napoli.[63] Saat itu, mereka dihadapkan pada jadwal yang padat di Serie A dan kompetisi Eropa. Juventus berhasil merebut gelar scudetto ke-15 setelah menyalip AC Milan di detik-detik terakhir, setelah tim asal kota Milan tersebut secara mengejutkan kalah di pertandingan terakhir mereka. Juventus pun berhasil masuk final Liga Champions, tetapi harus kalah dari Ajax Amsterdam yang diperkuat oleh Johan Crujff.[64]
Di musim-musim berikutnya, Juventus berhasil menambah tiga gelar juara liga pada musim 1974–1975, 1976–1977, dan 1977–1978. Prestasi ini mereka raih berkat penampilan gemilang bek Gaetano Scirea dan kepemimpinan pelatih Giovanni Trapattoni,[65] yang membawa Juventus meraih gelar pertama di kancah Eropa, tepatnya gelar Piala UEFA tahun 1977. Selama era Trapattoni, banyak pemain Juventus yang kemudian menjadi tulang punggung tim nasional Italia yang sukses di bawah arahan pelatih Enzo Bearzot, yang berhasil tampil baik di Piala Dunia 1978, Euro 1980, dan menjuarai Piala Dunia 1982.[66][67]
Pentas Eropa
Di masa kepelatihan Trapattoni pada tahun 1980-an,[45] Juventus meraih kesuksesan besar dengan menenangkan gelar Serie A sebanyak empat kali. Pada tahun 1984, mereka meraih gelar juara liga ke-20, sehingga berhak mengenakan bintang tambahan di seragam mereka, menjadi satu-satunya klub Italia yang berhasil meraih prestasi tersebut.[68] Enam pemain Juventus turut bergabung dengan tim nasional Italia yang menjadi juara Piala Dunia 1982.[69]Paolo Rossi merupakan pemain Juventus yang paling mencuri perhatian, hingga berhasil meraih penghargaan sebagai Player of the Tournament dan menjadi Pemain Terbaik Eropa pada tahun 1982.[70]
Juventus kembali menjadi favorit di Serie A musim 1982–1983 setelah kedatangan bintang Perancis, Michel Platini.[71] Sayangnya, jadwal mereka yang padat dengan kompetisi Eropa membuat mereka tidak konsisten di liga domestik. Sempat hanya berselisih 3 poin dengan Roma yang menempati posisi puncak, Juventus gagal mengejar dan harus merelakan klub asal ibukota tersebut menjadi juara. Di Eropa, Juventus berhasil lolos ke babak final Liga Champions, tetapi harus kalah dari Hamburg.[72]
Pada musim panas 1983, Juventus harus kehilangan dua pilar inti mereka. Dino Zoff gantung sepatu di usia 41 tahun,[73] sedangkan Bettega hijrah ke Kanada untuk mengakhiri karier di sana.[74] Mereka lantas merekrut kiper baru dari Avellino, yaitu Stefano Tacconi dan Beniamino Vinola.[75] Sedangkan Nico Penzo menjadi pendamping Rossi di lini depan. Pada saat itu, mereka harus berkonsentrasi penuh di dua kompetisi, yaitu liga domestik dan Piala Winner. Hasilnya, melalui penampilan yang konsisten sepanjang musim, Juventus berhasil memastikan gelar juara liga satu pekan sebelum kompetisi usai.[76] Prestasi ini pun ditambah keberhasilan mereka menjuarai Piala Winner dengan mengalahkan Porto 2–1 di Basel pada tanggal 16 Mei 1984.[77]
Pada musim berikutnya, Juventus gagal meraih gelar juara Serie A yang jatuh ke tangan Hellas Verona. Namun mereka berhasil menjuarai Liga Champions pada tahun 1985 lewat gol semata wayang Platini di partai final.[78] Sayangnya, pertandingan penutup melawan Liverpool FC yang berlangsung di Stadion Heysel Belgia harus diwarnai dengan kematian 39 suporter Juventus akibat bentrokan dengan para hooligans pendukung Liverpool. Sebagai hukuman dari tragedi tersebut, semua tim asal Inggris dilarang untuk mengikuti kejuaraan Eropa selama lima tahun.[79]
Keberhasilan menjuarai Liga Champions tersebut membuat Juventus menjadi satu-satunya tim yang berhasil menjuarai tiga kompetisi utama UEFA. Ditambah keberhasilan mereka menjuarai Intercontinental Cup, Juventus pun menjadi satu-satunya klub hingga saat ini yang berhasil memenangkan seluruh gelar juara kompetisi resmi UEFA dan gelar juara dunia. Prestasi tersebut semakin diperkuat dengan kesuksesan menjuarai Piala Intertoto pada tahun 1999.[41][80]
Michel Platini, bintang Juventus pada saat itu, juga berhasil menjadi pemain terbaik Eropa untuk yang ketiga kalinya secara berturut-turut.[58] Bila ditambah gelar serupa yang diraih Paolo Rossi pada tahun 1982, maka Juventus telah meraih gelar tersebut selama empat kali berturut-turut. Juventus sempat meraih gelar scudetto pada musim 1985–1986, yang juga merupakan tahun terakhir Trapattoni di Juventus.[81]
Pada tahun 1990, Juventus pindah ke kandang baru mereka, yaitu Stadio Delle Alpi, yang sebelumnya mengalami proses renovasi menjelang Piala Dunia 1990.[82]
Kesuksesan era Lippi
Marcello Lippi mengambil alih posisi pelatih Juventus pada awal musim 1994–1995.[44] Ia langsung mengantarkan Juventus menjuarai Serie A untuk pertama kalinya sejak pertengahan tahun 1980-an di musim tersebut, lengkap dengan gelar juara Coppa Italia.[83] Pemain bintang mereka saat itu adalah Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli dan pemain muda berbakat bernama Alessandro Del Piero. Lippi kemudian memimpin Juventus untuk menjuarai Liga Champions Eropa pada musim berikutnya, dengan mengalahkan Ajax Amsterdam melalui drama adu penalti, setelah skor imbang 1–1 pada babak normal. Fabrizio Ravanelli menyumbangkan satu gol untuk Juve di pertandingan tersebut.[84]
Setelah berhasil bangkit dan menjuarai Liga Champions, Juventus tidak lantas tinggal diam. Mereka kembali merekrut pemain-pemain bintang, seperti Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi dan Edgar Davids. Mereka pun berhasil menjuarai Serie A di musim 1996–1997 dan 1997–1998, Piala Super UEFA 1996,[85] dan Piala Interkontinental 1996.[86] Juventus juga berhasil mencapai final Liga Champions pada tahun 1997 dan 1998, tetapi harus takluk oleh Borussia Dortmund (Jerman) dan Real Madrid (Spanyol).[87][88]
Lippi sempat digantikan oleh Carlo Ancelotti selama dua setengah musim.[89] Ia kembali pada tahun 2001, menyusul pemecatan terhadap Ancelotti, dan langsung merekrut nama-nama besar, seperti Gianluigi Buffon, David Trezeguet, Pavel Nedvěd, dan Lilian Thuram. Mereka sukses menjuarai Serie A pada musim 2001–2002 dan 2002–2003.[45] Pada tahun 2003, terjadi All Italian Final di Liga Champions, tetapi Juventus harus kalah dari Milan lewat adu penalti setelah pertandingan di waktu normal berakhir tanpa gol.[90] Di akhir musim berikutnya, Lippi ditunjuk untuk menjadi pelatih tim nasional Italia, membuat ia harus mengakhiri salah satu periode kepelatihan paling sukses sepanjang sejarah Juventus.[81]
Skandal "Calciopoli"
Fabio Capello menjadi pelatih Juventus pada tahun 2004, dan membawa klub tersebut meraih dua gelar Serie A secara berturut-turut.[91]
Namun, pada bulan Mei 2006, Juventus merupakan salah satu dari lima klub Serie A yang dihubungkan dengan skandal pengaturan skor. Karena kasus tersebut, mereka pun ditempatkan di posisi terbawah untuk musim tersebut, dan harus terdegradasi ke Serie B untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. Gelar juara yang mereka raih pada musim 2004–2005 dicopot, dan posisi teratas untuk musim 2005–2006 diserahkan kepada Inter Milan.[13]
Pada tahun 2010, Juventus mempertimbangkan untuk mengajukan banding terhadap pencopotan gelar juara mereka di musim 2004–2005 dan 2005–2006, setelah melihat hasil persidangan yang berkaitan dengan skandal tersebut.[93] Tuduhan terhadap mantan General Manager Juventus Luciano Moggi, yang dianggap melakukan tindakan kriminal, ditolak sebagian oleh Mahkamah Agung Italia pada tanggal 23 Maret 2015.[94] Juventus pun menggugat FIGC untuk membayar ganti rugi sebesar €443 juta atas kerugian yang mereka terima akibat degradasi ke Serie B pada tahun 2006. Presiden FIGC Carlo Tavecchio menawarkan diskusi untuk mengembalikan gelar juara Juventus, asalkan Juventus mau menarik gugatan tersebut.[95] Pada tanggal 9 September 2015, Mahkamah Agung Italia mengeluarkan dokumen setebal 150 halaman yang menjelaskan keputusan akhir terkait kasus itu. Meski sebagian tuduhan terhadap Moggi dibatalkan (tanpa persidangan baru), pengadilan tetap menyatakan bahwa Moggi secara aktif terkait dengan kasus kecurangan yang menguntungkan Juventus dan dirinya sendiri.[96] Pada tahun 2016, pengadilan TAR menolak permintaan kompensasi dari Juventus.[97]
Kembali ke Serie A
Saat kembali ke Serie A pada musim 2007–2008, Juventus menunjuk mantan manajer ChelseaClaudio Ranieri sebagai pelatih.[98] Mereka berhasil meraih posisi ketiga di akhir musim, dan berhak untuk berlaga di Liga Champions musim 2008–2009 lewat babak kualifikasi ketiga. Juventus berhasil mencapai fase grup, dan mengalahkan Real Madrid baik di pertandingan kandang maupun tandang.[99] Sayangnya, mereka harus takluk dari Chelsea pada babak gugur. Karena serangkaian hasil buruk, Ranieri akhirnya dipecat dan digantikan oleh Ciro Ferrara sebagai pelatih sementara di dua pertandingan terakhir Serie A musim 2008–2009.[100] Ferrara kemudian terpilih sebagai pelatih tetap untuk musim berikutnya.[101]
Kiprah Ferrara tidak diwarnai dengan kesuksesan. Juventus harus tersingkir dari Liga Champions dan Coppa Italia, serta hanya berhasil menempati posisi ke-6 di klasemen Serie A, pada akhir bulan Januari 2010. Hasil buruk tersebut membuat Ferrara akhirnya dipecat dan digantikan oleh Alberto Zaccheroni sebagai pelatih sementara.[102]
Pada musim 2010–2011, posisi Jean-Claude Blanc sebagai Presiden klub digantikan oleh Andrea Agnelli. Langkah pertama yang dilakukan Agnelli setelah menjadi Presiden adalah mengganti Zaccheroni dengan pelatih SampdoriaLuigi Del Neri, dan mengganti Direktur Olahraga mereka Alessio Secco dengan Giuseppe Marotta.[103] Sayangnya, Del Neri juga gagal mengubah peruntungan Juventus dan dipecat. Mantan pemain Juventus yang baru saja membawa Siena promosi ke Serie A, Antonio Conte, ditunjuk untuk mengisi posisi Del Neri. Pada bulan September 2011, Juventus memindahkan kandang mereka ke Juventus Stadium.[104]
Bersama Conte sebagai pelatih, Juventus meraih hasil yang diharapkan. Mereka tak terkalahkan sepanjang musim 2011–2012 di Serie A. Di paruh kedua musim, mereka praktis hanya bersaing dengan Milan untuk memperebutkan posisi pertama. Juventus memenangkan gelar tersebut di pekan ke-37 setelah mengalahkan Cagliari 2–0, dan Milan kalah dari Internazionale dengan skor 4–2. Setelah kemenangan 3–1 atas Atalanta di pekan terakhir, Juventus pun resmi menjadi tim pertama yang mengakhiri Serie A tanpa terkalahkan (dalam kompetisi yang menggunakan format 38 pertandingan).[105] Beberapa prestasi lain yang juga mereka raih saat itu adalah kemenangan tandang terbesar saat mengalahkan Fiorentina dengan skor 5–0, rekor pertahanan terbaik di Serie A (hanya kebobolan 20 kali, paling sedikit dalam format liga yang digunakan saat ini), yang juga merupakan rekor pertahanan terbaik kedua di antara liga-liga besar Eropa.[106]
Pada musim 2013–2014, Juventus meraih scudetto ketiga secara berturut-turut bersama Antonio Conte. Di musim tersebut, mereka bahkan berhasil mengumpulkan rekor poin terbanyak (102) dengan 33 kemenangan. Itu adalah gelar ke-30 sepanjang sejarah Juventus. Mereka pun berhasil mencapai babak semi final di Europa League, tetapi harus tereliminasi oleh Benfica yang pada pertandingan kedua bermain dengan 10 orang dan menerapkan pertahanan catenaccio. Mereka pun gagal melaju ke babak final yang berlangsung di kandang mereka sendiri, Juventus Stadium.[107][108]
Di akhir musim, Antonio Conte memutuskan untuk mundur dan digantikan oleh Massimiliano Allegri.[109]
Era Allegri
Di bawah kepemimpin mantan pelatih Milan tersebut, Juventus berhasil meraih gelar juara Serie A sebanyak lima kali berturut-turut. Bila ditambah dengan gelar juara yang diraih bersama Conte, maka mereka telah menjadi scudetto selama delapan kali berturut-turut. Bersama Allegri, Juventus berhasil masuk ke babak final Liga Champions sebanyak dua kali, meski selalu gagal di dua kesempatan tersebut.[110]
Pada musim pertama Allegri, 2014–2015, Juventus berhasil meraih gelar Serie ke-31 dan gelar juara Coppa Italia ke-10.[111] Mereka pun mengalahkan Real Madrid di babak semi final Liga Champions dengan agregat 3–2, dan berhak untuk menghadapi Barcelona dalam babak final yang berlangsung di Berlin. Ini adalah pertama kalinya Juventus berhasil masuk ke babak final Liga Champions sejak musim 2002–2003.[112] Sayangnya, Juventus harus takluk 1–3 lewat gol cepat Ivan Rakitić, yang diikuti oleh gol balasan Alvaro Morata di menit ke-55. Barcelona kembali unggul berkat gol Luis Suárez di menit ke-70, diikuti dengan gol Neymar di menit akhir lewat skema serangan balik.[113]
Pada tanggal 25 April 2016, Juventus mendapatkan gelar ke-32 mereka dan yang kelima secara berturut-turut. Terakhir kali mereka menjuarai Serie A sebanyak lima kali berturut-turut adalah di musim 1930–1931 hingga 1934–1935. Mereka berhasil memastikan titel juara setelah Napoli takluk dari Roma, membuat Juventus tak lagi bisa terkejar secara matematis, meski liga masih menyisakan tiga pertandingan lagi. Pada tanggal 21 Mei, Juventus kembali meraih Coppa Italia yang ke-11 dan dua kali secara berturut-turut. Hal ini membuat Juventus menjadi tim pertama di Italia yang berhasil mengawinkan gelar Serie A dan Coppa Italia selama dua musim berturut-turut.[114][115][116]
Pada tanggal 17 Mei 2017, Juventus menjuarai Coppa Italia ke-12 setelah menang 2–0 atas Lazio di babak final. Mereka pun menjadi tim pertama di Italia yang berhasil menjuarai Coppa Italia selama tiga kali berturut-turut.[117] Empat hari kemudian, Juventus memastikan diri sebagai tim pertama di Italia yang berhasil menjuarai liga selama enam kali berturut-turut.[118] Pada tanggal 3 Juni 2017, Juventus kembali lolos ke babak final Liga Champions kedua mereka selama tiga tahun terakhir. Sayangnya, mereka kembali gagal setelah kalah 1–4 dari juara bertahan Real Madrid. 10 menit sebelum peluit akhir dibunyikan, terjadi insiden kerusuhan di Turin yang menyebabkan dua orang meninggal dan ribuan orang lainnya cedera. Hal ini disebabkan aksi perampokan dengan semprotan merica yang disalahartikan sebagai serangan bom, sehingga kepanikan pun terjadi.[119][120]
Pada musim 2017–2018, Juventus kembali meraih gelar Coppa Italia yang keempat secara berturut-turut setelah mengalahkan Milan dengan skor 4–0 di babak final.[121] Mereka pun berhasil meraih gelar juara ketujuh secara berturut-turut.[122]
Pada awal musim 2018–2019, Juventus memecahkan rekor transfer termahal untuk pemain di atas 30 tahun, dan rekor transfer termahal oleh klub asal Italia, ketika mereka merekrut pemain berusia 33 tahun Cristiano Ronaldo. Mereka menggaet Ronaldo dari Real Madrid dengan biaya €112 juta.[123] Ronaldo pun menjadi pemain kunci yang membawa Juventus kembali meraih gelar juara di Serie A, kedelapan secara berturut-turut.[124] Di akhir musim, Juventus memberhentikan Allegri, dan merekrut mantan pelatih Napoli Maurizio Sarri yang baru saja berhasil membawa Chelsea menjuarai Europa League.[125]
Pada tanggal 8 Agustus 2020, Juventus memecat Sarri usai kegagalan di Liga Champions. Sehari kemudian, mereka menunjuk Andrea Pirlo sebagai penggantinya.[126]
Sejarah Terkini (2020–sekarang)
Pada tanggal 8 Agustus 2020, Maurizio Sarri dipecat dari posisi manajernya, satu hari setelah Juventus tersingkir dari Liga Champions UEFA 2019–20 oleh Lyon.[127] Pada hari yang sama, mantan pemain Andrea Pirlo diumumkan sebagai pelatih baru dengan menandatangani kontrak selama dua tahun.[128] Pada Supercoppa Italiana 2020, yang diadakan pada Januari 2021, Juventus memenangkan gelar kesembilan mereka setelah mengalahkan Napoli dengan skor 2–0.[129] Dengan kemenangan Inter Milan di Serie A 2020–21, rangkaian sembilan gelar juara berturut-turut Juventus berakhir; klub berhasil meraih posisi keempat pada hari terakhir liga, yang memberikan Juventus kualifikasi untuk Liga Champions musim berikutnya.[130] Pada final Coppa Italia 2021, Juventus memenangkan gelar ke-14 mereka.[131] Pada tanggal 28 Mei, Juventus memecat Pirlo dari posisi pelatihnya,[132][133] dan mengumumkan kembalinya Allegri sebagai manajer setelah absen selama dua tahun dengan kontrak selama empat tahun.[134] Meskipun Allegri menganggap meraih gelar scudetto sebagai target musim ini,[135] Juventus meraih posisi keempat di liga.[136] Setelah kalah 4–2 setelah perpanjangan waktu dari Inter Milan dalam final Coppa Italia 2022, musim Juventus F.C. musim 2021–22 menjadi musim pertama sejak 2010–11 di mana klub tersebut tidak memenangkan trofi.[136]
Pada musim 2022–23, Juventus meraih satu kemenangan dan lima kekalahan dalam grup Liga Champions mereka, mencapai skor terburuk sepanjang sejarah (3 poin) dan jumlah kekalahan terbanyak dalam fase grup kompetisi tersebut.[137] Dengan selisih gol yang lebih baik daripada Maccabi Haifa yang berada di posisi keempat, tim tersebut finis di peringkat ketiga dan turun ke Liga Europa,[137] di mana mereka kalah 2–1 dari Sevilla setelah perpanjangan waktu di Stadion Ramón Sánchez Pizjuán dalam semifinal.[138] Pada tanggal 28 November 2022, seluruh dewan direksi mengundurkan diri dari jabatan masing-masing, termasuk Andrea Agnelli sebagai presiden, Pavel Nedvěd sebagai wakil presiden, dan Maurizio Arrivabene sebagai CEO.[139][140][141] Kepresidenan Agnelli merupakan yang paling sukses dalam sejarah klub, dengan meraih 19 gelar.[142][143]Exor, pemegang saham pengendali klub, menunjuk Gianluca Ferrero sebagai ketua baru sebelum rapat pemegang saham pada tanggal 18 Januari 2023.[144]
Dua hari setelah dibebaskan oleh Pengadilan Banding FIGC pada April-Mei 2022,[145][146][147] Juventus dikurangi 15 poin sebagai hukuman atas pelanggaran keuntungan modal,[148] sebagai bagian dari penyelidikan terkait anggaran 2019-2021 selama pandemi COVID-19 yang dimulai pada November 2021.[149] Ini lebih berat daripada pengurangan poin yang direkomendasikan oleh jaksa FIGC, yang mengatakan bahwa Juventus "sekarang harus finis di belakang Roma, di luar area Piala Eropa".[150][151] Hukuman ini menimbulkan kehebohan dan protes di kalangan pendukung Juventus,[152] yang membatalkan atau mengancam untuk melakukannya, langganan Sky Sport dan DAZN mereka.[153][154][155] Setelah banding oleh Juventus, keputusan awalnya dibalik pada 20 April 2023,[156] tetapi klub tersebut dikenai hukuman baru, kali ini sebesar sepuluh poin, pada 22 Mei.[157] Dalam penyelidikan FIGC yang disebutkan di atas, pada 29 Mei, Juventus mengajukan patungan atas pencatatan palsu gaji staf mereka;[158][159] permintaan tersebut diterima satu hari setelahnya dan Juventus hanya dikenai denda sebesar €718.240 tanpa ada hukuman lebih lanjut.[160] Juventus menyelesaikan musim Serie A 2022-23 di posisi ketujuh dan lolos ke UEFA Europa Conference League dengan 62 poin.[161]
Warna, logo, dan julukan
Kostum kandang asli Juventus
Juventus bermain dengan kostum berwarna putih dan dasi hitam sejak tahun 1897. Mereka kemudian menggunakan kostum berwarna pink dengan dasi hitam, yang dibuat oleh ayah dari salah satu pemain mereka pada saat itu. Namun setelah dicuci berkali-kali, warna kostum tersebut pun memudar, sehingga pada tahun 1903 klub memutuskan untuk mengganti kostum.[162] Mereka bertanya kepada John Savage, salah seorang pemain mereka yang berasal dari Inggris, apakah ia mempunyai kenalan di Inggris yang bisa menyuplai kostum untuk klub. Savage pun menghubungi temannya yang tinggal di Nottingham, yang merupakan fans dari klub Notts County. Teman Savage tersebut akhirnya mengirimkan kostum hitam putih, seperti kostum yang digunakan Notts County.[45] Kostum tersebut pun terus digunakan Juventus hingga saat ini.[163]
Logo resmi Juventus telah beberapa kali mengalami perubahan dan modifikasi kecil sejak tahun 1920-an. Sebelum tahun 1980-an, logo Juventus berbentuk perisai oval dengan garis hitam putih. Tulisan Juventus di bagian atas perisai berbentuk cekung dengan latar belakang biru yang merupakan simbol kota Turin. Di bagian bawah perisai terdapat gambar zebra dan mahkota emas yang berukuran cukup besar. Pada tahun 1980-an, Juventus sempat menggunakan siluet seekor zebra sebagai logo, sebelum kembali lagi ke bentuk perisai oval khas tim-tim Italia pada tahun 1990.[164]
Pada tahun 2004, Juventus kembali mengubah logo. Mereka tetap menggunakan bentuk perisai oval dengan lima garis hitam putih, tetapi tulisan Juventus di bagian atas dibuat berbentuk cembung dengan sebuah garis lengkung berwarna emas (yang melambangkan kehormatan) di bawahnya. Di bagian bawah, gambar zebra diganti menjadi siluet seekor banteng yang juga merupakan simbol kota Turin. Di atas siluet tersebut, terdapat sebuah mahkota hitam dengan ukuran lebih kecil yang melambangkan Augusta Tourinorum, sebuah kota tua pada era Romawi yang merupakan cikal bakal kota Turin saat ini.[164]
Juventus adalah tim pertama dalam sejarah sepak bola dunia yang menggunakan simbol bintang sebagai tanda bahwa mereka telah menjuarai liga domestik sebanyak sepuluh kali. Mereka mulai memasang simbol bintang di atas logo mereka pada tahun 1958, yang kemudian juga diikuti oleh klub-klub lain.[165]
Juventus meraih gelar ke-30 setelah menjuarai Serie A pada musim 2011–2012. Namun karena gelar juara mereka di musim 2004–2005 dan 2005–2006 dicabut karena dugaan keterlibatan dalam skandal pengaturan skor pada tahun 2006, FIGC menganggap bahwa total gelar juara mereka secara resmi masih berjumlah 28. Juventus pun memutuskan untuk tidak menggunakan simbol bintang sama sekali di musim selanjutnya.[166] Juventus meraih gelar resmi ke-30 mereka pada musim 2013–2014 dan berhak mengenakan tiga bintang, tetapi presiden Andrea Agnelli mengatakan bahwa pihaknya akan berhenti menggunakan simbol tersebut hingga ada tim Italia lain yang menjuarai Serie A sebanyak 20 kali dan berhak mengenakan dua bintang, untuk menunjukkan superioritas Juventus.[167] Namun, pada musim 2015–2016, Juventus kembali menggunakan simbol bintang dan menambahkan bintang ketiga di kostum mereka.[168][169]
Pada bulan Januari 2017, presiden Andrea Agnelli mengumumkan perubahan terbaru untuk logo Juventus. Logo baru tersebut mempunyai tulisan “Juventus” di bagian atas, dengan dua huruf J kapital dengan jenis font yang berbeda dan dipasang bersama, sehingga celah di antara keduanya juga menunjukkan huruf J. Agnelli mengatakan bahwa logo tersebut melambangkan “gaya hidup Juventus”.[170]
Juventus mengumumkan peluncuran sebuah proyek baru khusus untuk penggemar anak-anak yang bernama JKids, pada bulan September 2015. Di waktu yang sama, Juventus juga memperkenalkan sebuah maskot baru untuk para fans yang bernama J. J adalah seekor zebra berbentuk kartun, dengan garis hitam putih berlapis emas di tubuhnya, mata berwarna emas, dan tiga simbol bintang di bagian depan lehernya.[171] J tampil untuk pertama kalinya di Juventus Stadium pada tanggal 12 September 2015.[172]
Sepanjang sejarah, Juventus telah mempunyai beberapa nama julukan. La Vecchia Signora (The Old Lady dalam Bahasa Inggris atau Si Nyonya Tua dalam Bahasa Indonesia) merupakan contoh julukan yang paling terkenal. Kata “tua” dalam julukan tersebut merupakan sebuah permainan kata, karena kata Juventus sendiri justru berarti “muda” dalam Bahasa Latin. Nama Juventus digunakan karena para pemain bintang klub tersebut hingga pertengahan tahun 1930-an relatif berusia muda. Kata “nyonya” dalam julukan tersebut merupakan sebutan yang digunakan para fans ketika menyebut Juventus sebelum era 1930-an.[173]
Juventus juga mendapat julukan La Fidanzata d’Italia (The Girlfriend of Italy dalam Bahasa Inggris atau Sang Kekasih Italia dalam Bahasa Indonesia), karena selama bertahun-tahun mereka mendapat dukungan besar dari para imigran pekerja asal Italia Selatan (khususnya kota Napoli dan Palermo), yang bekerja untuk FIAT di kota Turin sejak tahun 1930-an.[42]
I Gobbi (Si Bungkuk) adalah julukan yang digunakan untuk para suporter Juventus, namun sering digunakan juga untuk para pemain. Asal mula julukan tersebut adalah ketika para pemain Juventus masih menggunakan kostum berukuran besar dengan tali pengait yang terbuka di bagian dada, pada tahun 1950-an. Saat pemain berlari di lapangan, kostum mereka pun mengembang di bagian punggung seperti parasut, sehingga mereka terlihat mirip dengan orang bungkuk.[174]
Himne resmi Juventus berjudul Juve (Storia di un Grande Amore) atau Juve (Kisah Cinta yang Agung) dalam Bahasa Indonesia, yang ditulis oleh Alessandra Torre dan Claudio Guidetti, dinyanyikan oleh Paolo Belli pada tahun 2007.[175] Pada tahun 2016, sebuah film dokumenter tentang Juventus yang berjudul Black and White Stripes: The Juventus Story diproduksi oleh La Villa Brothers.[176] Pada 16 Februari 2018, tiga episode awal dari seri dokumenter berjudul First Team: Juventus dirilis di Netflix. Seri dokumenter tersebut mengikuti kegiatan para pemain baik di dalam maupun di luar lapangan sepanjang musim.[177]
Setelah bermain di Parco del Valentino dan Parco Cittadella pada dua musim perdana (1897 dan 1898), Juventus memainkan pertandingan kandang mereka di Piazza d’Armi Stadium hingga tahun 1908,[179] kecuali pada tahun 1905 (tahun pertama mereka meraih gelar scudetto) dan 1906 saat partai kandang mereka dimainkan di Corso Re Umberto.[180]
Sejak tahun 1909 hingga 1922, Juventus bermain di Corso Sebastopoli Camp, sebelum pindah pada tahun berikutnya ke Corso Marsiglia Camp dan bertahan di sana hingga tahun 1933.[7] Selama rentang waktu tersebut, mereka berhasil memenangkan empat gelar juara liga. Pada akhir tahun 1933, Juventus mulai bermain di Stadio Mussolini yang baru diresmikan menjelang Piala Dunia 1934. Setelah Perang Dunia II, stadion tersebut berganti nama menjadi Stadio Comunale Vittorio Pozzo. Juventus menggunakan stadion tersebut untuk menggelar partai kandang selama 57 tahun, dan memainkan total 890 pertandingan liga.[181]
Sejak tahun 1990 hingga musim 2005–2006, tim asal kota Turin tersebut memainkan partai kandang mereka di Stadion Delle Alpi, yang dibangun untuk Piala Dunia 1990. Sesekali, mereka juga menggunakan stadion lain seperti Renzo Barbera di Palermo, Dino Manuzzi di Cesena, dan San Siro di Milan.[182]
Pada bulan Agustus 2006, Juventus kembali bermain di Stadio Comunale, yang sekarang dikenal sebagai Stadion Olimpico, setelah stadion tersebut direnovasi menjelang Olimpiade Musim Dingin 2006.[183]
Pada bulan November 2008, Juventus mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan dana sekitar €120 juta untuk membangun stadion baru yang bernama Juventus Stadium, di bekas lokasi Stadio Delle Alpi.[11] Berbeda dengan stadion sebelumnya, Juventus Stadium tidak memiliki lintasan lari, dan jarak antara bangku penonton dan tepi lapangan hanya 7,5 meter. Stadion berkapasitas 41.507 penonton tersebut mulai dibangun pada musim semi tahun 2009, dan dibuka secara resmi pada tanggal 8 September 2011, menjelang musim 2011–2012. Sejak tanggal 1 Juli 2017, Juventus Stadium dikenal secara komersial sebagai Allianz Stadium selama enam musim hingga 30 Juni 2023.[184]
Juventus merupakan salah satu klub sepak bola dengan jumlah pendukung terbesar di Italia, dengan jumlah pendukung hampir dua belas juta orang[185] (32.5% dari total tifosi bola di Italia), merujuk pada penelitian yang dilakukan pada Agustus 2008 oleh harian La Repubblica.[30] Selain itu, Juventus juga merupakan salah satu klub dengan jumlah pendukung terbesar di dunia, dengan jumlah fans hampir mencapai 170 juta orang[185] (43 juta orang di Eropa),[185] selebihnya ada di Mediterrania, yang kebanyakkan diisi oleh imigran Italia.[186] Tim Turin ini juga mempunyai grup pendukung yang cukup besar di seluruh dunia, salah satunya di Indonesia yaitu Juventus Club Indonesia.[187]
Tiket-tiket pertandingan kandang Juve memang tidak selalu habis setiap kali Juve bertanding di Seri-A atau Eropa, karena kebanyakan pendukung Juve di Turin justru mendukung tim kesayangan mereka lewat bar-bar atau restoran. Di luar Italia, kekuatan suporter Juventus sangatlah kuat. Juve juga sangat populer di Italia Utara dan Pulau Sisilia, dan menjadi kekuatan besar saat Juve bertanding tandang.[188]
Juventus mempunyai beberapa rival utama di Italia. Pertama adalah klub sekota, FC Torino, di mana setiap pertandingan derbi melawan Torino selalu dijuluki Derby della Mole (Derby dari Torino) yang berawal sejak tahun 1906.[189] Menariknya, Torino sendiri sebenarnya didirikan oleh mantan-mantan pemain Juventus. Rival Juve yang lain di Italia adalah Internazionale, yang bermarkas di kota Milan, ibukota dari provinsi tetangga Lombardia. Pertandingan Juve vs Inter dijuluki sebagai Derby d'Italia (Derby dari Italia).[190] Sampai akhir musim 2006 ketika Juve terlempar ke Seri B, Inter dan Juve merupakan dua tim yang tidak pernah terdegradasi ke Seri B. Dua klub ini juga menjadi klub dengan fans terbesar di Italia, sejak pertengahan 1990-an.[190]
Bersama Juventus, AC Milan adalah klub Italia dengan jumlah trofi paling banyak. Tidak jarang persaingan keduanya harus berlanjut dengan perseteruan antar suporter dan pergerakan harga di bursa saham Italia.[191] Kedua klub tersebut sering bersaing memperebutkan posisi teratas klasamen, sehingga pertandingan antara keduanya bisa sangat menentukan juara liga di musim tersebut.[192] Juventus juga mempunyai rivalitas dengan klub Italia lain, seperti AS Roma,[193] AC Fiorentina,[194] dan Napoli.[195]
Satu lagi rival utama Juventus di Eropa adalah Liverpool FC. Khusus Liverpool, tifosi Juve tidak akan pernah melupakan tragedi kerusuhan Heysel 1985 (final Liga Champions 1985), di mana sekitar 39 orang pendukung Juventus tewas di stadion yang berada di Belgia tersebut.[79]
Himne Juventus
Setiap kali Juventus bertanding di kandang, Juventus stadium akan memutarkan lagu resmi klub yang berjudul Juve (storia di un grande amore) atau Juve (sebuah kisah cinta yang agung). Lagu ini dibuat oleh Alessandra Torre dan Claudio Guidetti, serta dinyanyikan oleh Paolo Belli pada tahun 2007.[196]
Bahasa Italia
Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
Simili a degli eroi
Abbiamo il cuore a strisce
Portaci dove vuoi
Verso le tue conquiste
Dove tu arriverai
Sarà la storia di tutti noi
Solo chi corre può
Fare di te la squadra che sei
Juve, storia di un grande amore
Bianco che abbraccia il nero
Coro che si alza davvero per te
Portaci dove vuoi
Siamo una curva in festa
Come un abbraccio noi
E ancora non ci basta
Ogni pagina nuova sai
Sarà ancora la storia di tutti noi
Solo chi corre può
Fare di te quello che sei
Juve, storia di un grande amore
Bianco che abbraccia il nero
Coro che si alza davvero solo per te
è la Juve storia di quel che sarò
Quando fischia l'inizio
L'inizio è quel sogno che sei
Juve, storia di un grande amore
Bianco che abbraccia il nero
Coro che si alza davvero
Juve per sempre sarà
Juve, storia di un grande amore
Bianco che abbraccia il nero
Coro che si alza davvero
Juve per sempre sarà
Juve... Juve per sempre sarà
Similar to heroes
We've got a striped heart
Take us wherever you want
To your conquests
Where you'll arrive
It will be the story of all of us
Only who runs can
Make of you the team you are
Juve, story of a great love
White that hugs the black
Chant that really stands up for you
Take us wherever you want
We're a celebrating stand
Like a hug to us
And it's still not enough for us
Every new page, you know
Will be the story of all of us
Only who runs can
Make what you are
Juve, story of a great love
White that hugs the black
Chant that really stands up only for you
And Juve, story of what I will be
When blows the start
And the dream that you are starts
Juve, story of a great love
White that hugs the black
Chant that really stands up
Juve will always be
Juve, story of a great love
White that hugs the black
Chant that really stands up
Juve will always be
Juve...Juventus will always be
Seperti para pahlawan
Kami punya hati bergaris
Bawa kami ke mana pun kau mau
Menuju kemenangan-kemenanganmu
Di mana kau sampai
Di situ akan menjadi cerita bagi kami semua
Hanya yang berlari yang akan
Menjadikan tim seperti ini
Juve, sebuah kisah cinta yang agung
Putih yang memeluk hitam
Teriakan yang hanya untukmu
Bawa kami ke mana pun kau mau
Kita akan merayakannya
Seperti sebuah pelukan
Dan itu masih belum cukup
Setiap lembaran baru
Akan menjadi cerita kita semua
Hanya yang berlari yang akan
Menjadikan timmu seperti itu
Juve, sebuah kisah cinta yang agung
Putih yang memeluk hitam
Teriakan yang hanyalah untukmu
Dan Juve, akan menjadi apa kisah ini
Saat peluit dibunyikan
Maka dimulai pula mimpi yang kau buat
Juve, sebuah kisah cinta yang agung
Putih yang memeluk hitam
Teriakan yang benar-benar terdengar
Juve untuk selamanya
Juve, sebuah kisah cinta yang agung
Putih yang memeluk hitam
Teriakan yang benar-benar terdengar
Juve untuk selamanya
Juve... Juventus untuk selamanya
Pembinaan pemain muda
Para pemain muda dari Juventus telah dikenal sebagai salah satu barisan pemain muda terbaik di Eropa, terutama di Italia.[197] Meski tidak semua pemain muda Juventus mampu masuk ke tim utama, beberapa di antara mereka justru sukses saat bergabung dengan klub lain. Di bawah asuhan pelatih Vincenzo Chiarenza, skuat Primavera (U-20) menikmati beragam prestasi, di antaranya adalah merajai kompetisi di berbagai tingkat usia dari tahun 2004 sampai 2006.[198]
Seperti klub Eredivisie Belanda, Ajax Amsterdam dan beberapa klub Liga Premier Inggris, Juventus juga mengoperasikan beberapa klub sepak bola satelit dan sekolah sepak bola di beberapa negara di dunia (misal: Amerika Serikat, Kanada, Yunani, Arab Saudi, Australia dan Swiss) serta beberapa kamp sepak bola di beberapa negara lainnya untuk mencari pemain-pemain muda berbakat.[199]
Barisan pemain muda Juventus juga dikenal karena kontribusinya ke tim nasional Italia, baik tim senior maupun junior. Di antara pemain-pemain muda Juventus yang berbakat antara lain: Gianpiero Combi saat Piala Dunia 1934, Pietro Rava saat Olimpiade 1936 dan Piala Dunia 1938, Giampiero Boniperti, Roberto Bettega, bintang Piala Dunia 1982Paolo Rossi, dan yang terkini adalah Domenico Criscito dan Claudio Marchisio yang menjadi sebagian kecil dari mantan pemain akademi Juventus yang sukses di level internasional.[200]
Sepanjang sejarah, Juventus memiliki banyak pemimpin yang dikenal dengan istilah Presiden. Beberapa di antara mereka ada yang menjadi presiden sekaligus pemilik (karena berasal dari keluarga Agnelli), sebagian lagi ada yang merupakan presiden kehormatan. Berikut ini adalah daftar lengkapnya:[204]
Sebagai klub Italia tersukses di abad ke-20 dan klub tersukses sepanjang sejarah sepak bola Italia,[23] Juventus telah menjuarai kompetisi Serie A sebanyak 36 kali dan membuat rekor juara beruntun sebanyak sembilan kali berturut-turut sejak musim 2011–2012 hingga 2019–2020.[206] Mereka juga menjuarai Coppa Italia, kompetisi sistem gugur tingkat teratas di negara tersebut, sebanyak 15 kali dan menjadi tim pertama yang mempertahankan trofi tersebut setelah menjadi juara pada musim 1959–1960. Juventus pun menjadi klub pertama yang berhasil memenangkan kompetisi tersebut empat musim berturut-turut antara musim 2014–2015 hingga 2017–2018.[207] Selain itu, Juventus juga merupakan pemegang rekor juara Supercoppa Italiana terbanyak yaitu sebanyak sembilan kali.
Secara total, Juventus telah menjuarai 69 kompetisi resmi, lebih banyak dibandingkan klub Italia lainnya: 58 trofi domestik dan 11 kompetisi resmi internasional,[208] yang membuat mereka menjadi klub Italia tersukses kedua di kompetisi Eropa.[209] Juventus menempati posisi kelima di Eropa dan kesebelas di dunia dalam hal jumlah titel internasional yang diakui asosiasi konfederasi sepak bola dan FIFA.[210] Pada tahun 1977, klub asal kota Turin tersebut menjadi klub Eropa Selatan pertama yang menjuarai UEFA Cup, dan menjadi klub pertama sepanjang sejarah sepak bola Italia yang sukses meraih gelar internasional dengan skuad yang berisi pemain lokal.[211] Juventus juga menjadi klub Italia pertama yang meraih titel European Supercup pada tahun 1984, dan menjadi tim Eropa pertama yang menjuarai Intercontinental Cup pada tahun 1985 sejak kompetisi tersebut direstrukturisasi oleh UEFA dan CONMEBOL lima tahun sebelumnya.[212]
Klub ini sangat spesial karena telah berhasil menjuarai seluruh kompetisi konfederasi resmi.[213][214] Berkat prestasi menjuarai tiga kompetisi utama yang digelar UEFA, klub pertama yang melakukannya di bawah kepemimpinan pelatih yang sama, Juventus pun mendapat The UEFA Plaque dari UEFA pada tanggal 12 Juli 1988.[215][216]
Klub asal kota Turin ini menempati posisi ketujuh, yang teratas di antara klub asal Italia, dalam daftar Klub Terbaik FIFA Abad 20 yang diumumkan pada tanggal 23 Desember 2000.[217]
Juventus pun didapuk sebagai Worl’s Club Team of the Year sebanyak dua kali pada tahun 1993 dan 1996,[218] dan menempati peringkat ketiga dalam rangking All Time Club World (periode 1991-2009) yang dirilis IFFHS.[219]
Alessandro Del Piero memegang rekor sebagai pemain Juve yang paling banyak tampil dengan 705 penampilan. Ia mengambil alih posisi tersebut dari legenda Juve, Gaetano Scirea, pada tanggal 6 April 2008 dalam pertandingan melawan Palermo.[220] Del Piero juga merupakan pemain Juventus yang paling sering bermain di Serie A dengan 478 penampilan. Di semua kompetisi resmi, Del Piero merupakan pemain dengan jumlah gol terbanyak bagi Juventus sejak bergabung pada tahun 1993, dengan 290 gol.[221]Giampiero Boniperti, yang merupakan pencetak gol terbanyak klub sejak tahun 1961, kini berada di peringkat kedua dengan 179 gol.[222]
Pertandingan resmi perdana yang diikuti oleh Juventus adalah kompetisi Third Federal Football Championship, yang merupakan pendahulu dari Serie A, melawan Torinese di mana Juve kalah 0–1.[223] Kemenangan terbesar yang berhasil diraih Juve adalah saat melawan Cento dengan skor 15–0 di putaran kedua Coppa Italia pada musim 1926–1927.[224] Di Serie A sendiri, Fiorentina dan Fiumana adalah dua klub yang dikalahkan Juve dengan skor besar, masing-masing klub kalah dari Juve dengan skor 11–0 di musim 1928–1929.[225][226] Kekalahan terbesar diderita Juventus saat mereka menjalani musim 1911–1912 (melawan AC Milan kalah dengan skor 1–8) dan musim 1912–1913 (melawan rival sekota AC Torino kalah dengan skor 0–8).[227]
Perekrutan Gianluigi Buffon dari Parma dengan nilai transfer €52 juta (100 miliar lira) adalah yang terbesar sepanjang masa untuk seorang penjaga gawang hingga tahun 2008.[228][229][230][231] Pada tanggal 20 Maret 2016, Buffon membuat sejarah baru di Serie A dalam hal periode terlama tidak kebobolan gol (974 menit) dalam “Derby della Mole di musim 2015–2016.[232]
Pada tanggal 26 Juli 2016, penyerang Argentina Gonzalo Higuaín menjadi pemain termahal ketiga sepanjang masa dan menjadi transfer termahal untuk klub Italia sepanjang masa,[233] saat ia direkrut Juventus dengan nilai transfer €90 juta dari Napoli.[234]
Pada tanggal 8 Agustus 2016, Paul Pogba kembali ke klub asalnya, Manchester United, dengan nilai transfer tertinggi sepanjang masa sebesar €105 juta. Angka tersebut melampaui nilai transfer pemegang rekor sebelumnya, Gareth Bale.[235]
Pada tanggal 10 Juli 2018, Cristiano Ronaldo menjadi transfer terbesar untuk klub asal Italia dengan nilai €100 juta dari Real Madrid.[236]
Secara keseluruhan, Juventus merupakan klub yang paling banyak menyumbang pemain untuk timnas Italia sepanjang sejarah.[239] Si Nyonya Tua menjadi satu-satunya klub yang selalu menyumbangkan pemain sejak Piala Dunia 1934.[240] Juve juga menyumbang beberapa pemain untuk kesuksesan tim nasional Italia di Piala Dunia, yang bertepatan dengan dua periode emas klub asal Turin tersebut, yaitu era Quinquennio d'Oro (The Golden Quinquennium), dari tahun 1931 sampai 1935,[241] dan Ciclo Leggendario (The Legendary Cycle), dari tahun 1972 hingga 1986.[242]
Berikut ini adalah daftar pemain Juventus yang dipanggil masuk ke dalam skuat tim Azzuri Italia saat mereka memenangi gelar juara dunia:[243]
Dua orang pemain Juve pun berhasil memenangkan gelar Sepatu Emas untuk Italia di Piala Dunia, yang pertama adalah Paolo Rossi pada Piala Dunia 1982[244] dan Salvatore Schillaci pada Piala Dunia 1990.[245] Selain membantu Italia menjuarai Piala Dunia, dua pemain Juventus, Alfredo Foni dan Pietro Rava, juga berhasil mengantarkan Italia merebut medali emas dalam Olimpiade musim panas tahun 1936.[246] Pemain Juve lainnya, Sandro Salvadore, Ernesto Càstano dan Giancarlo Bercellino juga menjadi bagian dari tim nasional Italia yang memenangkan kejuaraan Eropa tahun 1968.[247]
Juventus juga berperan dalam menyumbang pemain-pemain hebat untuk tim nasional negara lain. Zinedine Zidane dan Didier Deschamps adalah dua pemain Juventus saat Prancis menjuarai Piala Dunia 1998, demikian juga Blaise Matuidi di Piala Dunia 2018. Adrien Rabiot , Leandro Paredes dan Ángel Di María adalah Pemain Juventus yang bermain di laga Final Piala Dunia 2022 dengan Adrien Rabiot mewakili Prancis sementara Leandro Paredes dan Ángel Di María mewakili Argentina. Juventus pun menjadi klub yang menyumbang pemain juara dunia terbanyak (25 orang).[248] Tiga orang pemain Juventus juga berhasil menjuarai Kejuaraan Eropa dengan negara selain Italia, seperti Luis del Sol yang menjadi juara pada tahun 1964 bersama Spanyol, serta Michel Platini dan Zinedine Zidane pada tahun 1984 dan 2000 bersama Prancis.[249]
Sejak 20 Juni 1967, Juventus Football Club telah tercatat sebagai perusahaan publik terbatas[252] dan terdaftar di Bursa Saham Italia (Borsa Italiana) pada tanggal 3 Desember 2001.[253]
Per 20 Desember 2015, distribusi saham Juventus adalah 63,8% milik EXOR N.V yang dimiliki oleh keluarga Agnelli, 5% milik Lindsell Train Ltd. dan 31,2% milik pemegang saham yang lain (masing-masing kurang dari 2%).[254][255] Pada tanggal 5 Juli 2016, Lindsell Train Ltd menaikkan kepemilikannya menjadi 10%, sehingga menurunkan saham EXOR menjadi hanya 60%.[256][257]
Sejak tahun 2012, Jeep yang merupakan merk mobil yang diakuisisi FIAT setelah krisis finansial dunia tahun 2000-an, menjadi sponsor baru Juventus.[258]
Bersama Lazio dan Roma, Juventus menjadi satu dari tiga klub yang tercatat di Bursa Efek Italia Borsa Italiana. Klub tersebut juga terdaftar di bursa saham afiliasi Borsa Italiana, yaitu London Stock Exchange. Juventus pun menjadi satu-satunya klub sepak bola di Italia yang pernah menjadi anggota dari STAR (segmen saham untuk perusahaan unggulan di tingkat menengah yang siap dengan pengawasan ketat).[259] Namun, Juventus harus keluar dari segmen tersebut setelah hasil tidak memuaskan di laporan keuangan tahun 2011.[260]
Lokasi latihan Juventus saat ini dimiliki oleh Campi di Vinovo S.p.A, yang berada di bawah naungan Juventus Football Club S.p.A. dengan kepemilikan saham 71,3%.[261] Pada tahun 2003, Juventus membeli lahan dari anak perusahaannya tersebut dan kemudian menutupnya.[262] Sejak saat itu, Juventus tidak memiliki satu pun anak perusahaan.
Sejak tanggal 1 Juli 2008, Juventus telah menerapkan sistem manajemen keselamatan untuk para karyawan dan atlet yang sesuai dengan ketentuan internasional OHSAS 18001:2007[263] dan sistem manajemen keselamatan di bidang medis yang sesuai dengan standar ISO 9001:2000.[264]
Juventus pun merupakan salah satu pendiri Asosiasi Klub Eropa (ECA), menyusul dibubarkannya G-14, sebuah grup yang terdiri atas klub-klub elit Eropa yang juga didirikan oleh Juventus.[32]
Menurut Deloitte Football Money League, sebuah riset yang dirilis perusahaan konsultan Deloitte pada tanggal 17 Januari 2014, Juventus adalah klub sepak bola dengan pendapatan tertinggi ke-9 di seluruh dunia, dengan perkiraan pemasukan €272,4 juta, yang tertinggi di antara klub Italia.[265] Klub tersebut juga menempati posisi ke-9 dalam daftar klub sepak bola paling kaya yang dirilis oleh Forbes, dengan perkiraan nilai US$850 juta, membuat mereka menjadi klub terkaya kedua di Italia.[266]
Juventus mendapat tambahan modal pada tanggal 28 Juni 2008 senilai €104,8 juta.[267] Mereka menderita kerugian senilai €927 ribu di musim 2006–2007 dan €20,8 juta di musim 2007–2008,[268] keuntungan bersih sebesar €6,6 juta di musim 2008–2009,[269] serta kerugian €11 juta pada musim 2009–2010.[270] Setelah mengalami kerugian €43,4 juta (belum diaudit) dalam sembilan bulan pertama musim 2010–2011,[271] dewan direksi mengumumkan rencana penambahan modal sebesar €120 juta, yang akan diajukan pada rapat pemegang saham luar biasa di bulan Oktober.[272] Pada akhir musim, Juventus akhirnya mengalami kerugian €95,4 juta.[273]
Pada musim 2012–2013, Juventus berhasil pulih dari kerugian di musim-musim sebelumnya berkat pendapatan besar dari partisipasi mereka pada Liga Champions UEFA, senilai €65,3 juta. Meski harus tersingkir di babak perempat final, tetapi Juventus berhasil mendapatkan pembagian keuntungan yang tinggi karena pemasukan hak siar yang besar dari televisi nasional Italia dan mereka hanya perlu membaginya dengan satu tim Italia lain yang juga masuk ke babak gugur, yaitu Milan.[274] Melanjutkan tren positif dalam hal finansial, musim 2013–2014 ditutup dengan kerugian €6,7 juta, tetapi untuk pertama kalinya Juventus meraih pendapatan operasional yang positif sejak tahun 2006.[275]
Pada musim 2014–2015, berkat hasil sempurna yang mereka raih (empat gelar juara Serie A secara berturut-turut, gelar Coppa Italia ke-10, dan melaju ke babak final CHampions League), Juventus berhasil mendapatkan keuntungan bersih sebesar €2,3 juta.[276]
Ketentuan kontrak asli: Total €139.5 juta / 2015–2021 (6 tahun)[278] Kontrak diperpanjang sebelum waktunya dengan ketentuan yang lebih baik pada akhir musim 2018–2019
Juventus juga menunjukan komitmennya terhadap berbagai masalah kemanusiaan dan sosial.[281] Keterlibatan dan komitmen klub dalam membantu menangani masalah-masalah sosial tentunya datang dari sensitifitas pihak manajemen Juventus terhadap masalah tersebut, yang kemudian berkembang melalui jaringan para penggemar, supporter dan simpatisannya yang tersebar di seluruh dunia.
Dalam beberapa tahun terakhir komitmen-komitmen sosial Juventus telah berhasil menjangkau beberapa daerah dan membuat Juventus meraih penghargaan "Scudetto della Solidarieta" dari majalah VITA. Beberapa inisiatif Juventus dalam hal kemanusiaan adalah:
Fatti e Progetti per i Giovani yaitu sebuah perencanaan dalam pengembangan taraf hidup generasi muda yang mendorong meraka belajar hal-hal yang berguna.[281]
Pembangunan sebuah “Asylum” untuk mengenang Edoardo Agnelli, bekerja sama dengan Vicenza Voluntary Groups, dengan tujuan untuk memberikan tempat penampungan bagi kaum ibu yang berada dalam kesulitan.[281]
Proyek "Growing Together at The Sant’Anna", dengan tujuan meningkatkan nilai pendanaan bagi proyek perbaikan ruang perawatan bayi yang baru lahir pada Rumah sakit Saint Anna.[281]
Catatan
^The literal translation of bianconeri is "whiteblacks". However, "black and whites" is also commonly used.
^The founding date of Juventus is unknown; conventionally, 1 November 1897 is used.[1][2]
^Hingga tahun 1921, divisi utama sepak bola Italia adalah Kejuaraan Sepak Bola Federal. Sejak itu, berubah menjadi Serie A.
^"The story of a legend". Juventus Football Club S.p.A. official website. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 September 2020. Diakses tanggal 29 August 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Buon compleanno, Juventus Stadium!" (dalam bahasa Italia). Juventus FC. 8 September 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 September 2016. Diakses tanggal 8 September 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Deloitte Sports Business Group (Januari 2017). Deloitte Touche Tohmatsu Ltd., ed. Planet Football(PDF). Deloitte Football Money League 2017. hlm. 5. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 19 November 2017.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Juventus Football Club" (dalam bahasa Italia). Borsa Italiana S.p.A. 14 April 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 January 2015.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Giovanni Arpino (3 Desember 1969). "Quando si dice Juventus..." (dalam bahasa Italia). La Stampa. hlm. 19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-22. Diakses tanggal 23 Januari 2011.
^"Old Lady sits pretty". Union des Associations Européennes de Football. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-21. Diakses tanggal 26 Juni 2003.
^ ab"Europe's club of the Century". International Federation of Football History & Statistics. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-24. Diakses tanggal 10 September 2009.
^ ab"Agreement heralds new era in football". Union des Associations Européennes de Football. 21 Januari 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Maret 2013. Diakses tanggal 22 Januari 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"History of the UEFA Cup". Union des Associations Européennes de Football. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-10-25. Diakses tanggal 5 April 2008.
^"Giovanni Trapattoni". Union des Associations Européennes de Football. 31 Mei 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-03. Diakses tanggal 27 Desember 2010.
^ ab"Un dilema histórico"(PDF) (dalam bahasa Spanish). El Mundo Deportivo. 23 September 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-20. Diakses tanggal 23 September 2008.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Kompetisi utama untuk klub UEFA adalah Piala Champions, Piala Winners, dan Piala UEFA. Memenangkan ketiga trofi tersebut dikenal dengan istilah "Grand Slam", yang juga berhasil diraih oleh dua klub lain selain Juventus pada tahun 1985, yaitu Ajax Amsterdam pada tahun 1992 dan Bayern Munich pada tahun 1996.
^"Legend: UEFA club competitions". Union des Associations Européennes de Football. 21 Agustus 2006. Archived from the original on 2010-01-31. Diakses tanggal 26 Februari 2013.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link) "1985: Juventus end European drought". Union des Associations Européennes de Football. 8 Desember 1985. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-08. Diakses tanggal 26 Februari 2013.
^"We are the champions". Fédération Internationale de Football Association. 2005-12-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-04-30. Diakses tanggal 2009-10-28.
^ abc"Storia della Juventus Football Club". magicajuventus.com (dalam bahasa Italia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Januari 2008. Diakses tanggal 8 Juli 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abcdKesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama JFC History
^ abcdefModena, Panini Edizioni (2005). Almanacco Illustrato del Calcio – La Storia 1898–2004.
^"Italy – International matches 1930–1939". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 January 2009. Diakses tanggal 4 January 2009.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"1934 FIFA World Cup Italy". FIFA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 September 2020. Diakses tanggal 13 September 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"08/05/1938 Juventus-Torino 2-1". JuWorld.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 October 2020. Diakses tanggal 15 October 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"28/06/1942 Juventus-Milan 4-1". JuWorld.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 October 2020. Diakses tanggal 15 October 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"14/10/1945 Juventus-Torino 2-1". JuWorld.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 October 2020. Diakses tanggal 15 October 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"The Return of the Agnellis". The Offside Juventus. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 November 2020. Diakses tanggal 10 June 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Tanti auguri, Presidente!" (dalam bahasa Italia). Juventus Football Club S.p.A. official website. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Juli 2009. Diakses tanggal 3 Juli 2009.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Italy – International matches 1970–1979". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 February 2009. Diakses tanggal 4 January 2009.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Italy – International matches 1980–1989". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 February 2009. Diakses tanggal 4 January 2009.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Albo d'oro Serie A TIM". Lega Nazionale Professionisti Serie A (dalam bahasa Italia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-10-18. Diakses tanggal 21 Mei 2012.
^"Italy National Team". World Football (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-12-13. Diakses tanggal 15 Oktober 2020.
^"16/05/1984 Porto-Juventus 1-2". JuWorld.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2020. Diakses tanggal 15 October 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Ancelotti si presenta:"Non farò rivoluzioni" [Ancelotti presents himself: "I won't cause revolutions"]. la Repubblica (dalam bahasa Italia). 9 Februari 1999. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-08. Diakses tanggal 21 Mei 2013.
^"28/05/2003 Juventus-Milan 0-0". JuWorld.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 October 2020. Diakses tanggal 15 October 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Penale Sent. Sez. 3 Num. 36350 Anno 2015"(PDF) (dalam bahasa Italia). Federazione Italiana Giuoco Calcio. 24 Maret 2015. hlm. 138. Diarsipkan dari versi asli(pdf) tanggal 2016-01-15. Diakses tanggal 10 September 2015.
^"Via Ranieri, ecco Ferrara" (dalam bahasa Italia). Union des Associations Européennes de Football. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-09. Diakses tanggal 19 Mei 2009.
^"Juventus: Allegri gantikan Conte" (dalam bahasa Indonesia). BBC Indonesia. 16 Juli 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-23. Diakses tanggal 15 Oktober 2020.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Juventus.com. "¡Buena suerte, Andrea Pirlo! – Juventus". Juventus.com (dalam bahasa Spanyol). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 September 2021. Diakses tanggal 28 Mei 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Selamat kembali, Max!". Juventus F.C. 28 Mei 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Oktober 2021. Diakses tanggal 28 Mei 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Juve, konferensi pers Allegri". sport.sky.it (dalam bahasa Italia). 27 Juli 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Mei 2023. Diakses tanggal 29 Mei 2023.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"nha cai uy tin". uytinbet.com/. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-10. Diakses tanggal 29 June 2023.
^"13 seasons of records". Juventus F.C. (dalam bahasa Inggris). 15 January 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 February 2023. Diakses tanggal 2023-05-21.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Corsa, Antonio (29 January 2023). "What's the deal with... the capital gains? 🇬🇧". AntonioCorsa.it. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 February 2023. Diakses tanggal 3 February 2023. [Quote from Sergio Santoro, former president of the FIGC's Federal court and member of Italy's Council of State] 'I find it unusual that the president of the court that handed down the sentence in January 2023 is the same one who, in May 2022, issued the sentence of acquittal in the same trial. ... We don't know if the court has decided to sanction Juventus and its directors for the capital gains affair. If this were the case, it would be a decision in contrast with the precedents of intra-federal justice in matters of capital gains. We need to understand the reasons for this sudden change in jurisprudence. Furthermore, if the penalty imposed is a consequence of capital gains violations, it is unclear how this violation could have been committed by a single company. The capital gain is realized by at least two subjects, while in the case in question no other companies appear to have been punished for this offence.'Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Vaciago, Guido (26 November 2021). "Juve, inchiesta plusvalenze. Milan e Inter assolte nel 2008". Tuttosport (dalam bahasa Italia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 January 2023. Diakses tanggal 28 January 2023. Tentu ada preseden yang juga cukup dekat dalam waktu: Milan dan Inter berakhir di pengadilan pada 2008 untuk anggaran 2004, yang berakhir dalam pengawasan Pihak Berwenang karena keuntungan modal biasa. Namun, mereka dibebaskan karena 'fakta tersebut tidak merupakan kejahatan'. Masalahnya adalah definisi ilmiah dari nilai pemain di pasar transfer. Singkatnya, tidak ada parameter yang tepat untuk menentukan bahwa penilaian tersebut 'palsu', mengingat jumlah faktor dan kondisi yang dapat mempengaruhinya. Tiga belas tahun setelah dibebaskan dari Milan [klub], penyelidikan ini menghadirkan kembali pertanyaan kuno tentang keuntungan modal di kantor jaksa, seperti [presiden FIFA] Infantino, hanya beberapa minggu yang lalu, mengemukakan hipotesis tentang pengenalan algoritma matematika untuk menentukan peringkat pemain.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Porzio, Francesco (22 January 2023). "Juventus penalized 15 points from Serie A standings; 11 execs banned for mishandling transfer finances". CBS Sports. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 January 2023. Diakses tanggal 20 January 2023. Juventus have formally submitted an appeal to the penalty. The 15-point penalty is harsher than the nine-point deduction recommended by an FIGC prosecutor earlier in the day. This all comes after the club's recent financial statements were under scrutiny by prosecutors and Italian market regulator CONSOB in the past months for alleged false accounting and market manipulation. ... The investigation led to the board stepping down in November, which also marked the end of an era for Agnelli and Nedved. The club acknowledged the so-called 'salary maneuvers' from the 2019–20 and 2020–21 fiscal years, adding that 'the complexity of such profiles on valuation elements may be subject to different interpretations.'Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Pavan, Massimo (21 January 2023). "Tastiera Velenosa – Una nuova Calciopoli, ma forse pure peggio nei modi". TuttoMercatoWeb (dalam bahasa Italia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 January 2023. Diakses tanggal 22 January 2023. Selama penyampaian pembelaannya, pengacara Juventus Nicola Apa meminta agar prosedur pembatalan ditolak karena masalah formal. Jaksa penuntut umum diduga melampaui batas waktu untuk menyampaikan permintaan tersebut. Seperti yang terungkap dari artikel pers, jaksa penuntut umum telah menghubungi jaksa Turin pada 26 Oktober dan pada 27 Oktober berita tentang kunjungan utusan jaksa ke Turin telah menyebar. Jadi fakta-fakta baru pertama kali akan masuk ke dalam milik jaksa penuntut umum pada akhir Oktober. Dan kode keadilan olahraga memerintahkan batas waktu 30 hari untuk menyampaikan permintaan pembatalan, yang tiba, bagaimanapun, hanya pada tanggal 22 Desember, yaitu 56 hari kemudian.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Juventus reveal star-less shirts". football-italia.net. Football Italia. 11 July 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 August 2016. Diakses tanggal 16 June 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Juventus launches JKids". juventus.com. 10 September 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 September 2015. Diakses tanggal 10 September 2015.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Venite ad incontrare J allo Stadium!" (dalam bahasa Italia). juventus.com/it. 16 September 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 October 2015. Diakses tanggal 16 September 2015.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Daniele Solavaggione (30 September 2016). "Arriva "Bianconeri - Juventus Story"". La Stampa (dalam bahasa Italia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 February 2018.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Juventus places: Delle Alpi Stadium". Juventus F.C. official website. Archived from the original on 2008-01-21. Diakses tanggal 2008-03-12.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"Call it Allianz Stadium". juventus.com. 1 June 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 June 2017. Diakses tanggal 1 June 2017.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"I club esteri". Centro Coordinamento Juventus Club DOC official website (dalam bahasa Italia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-09-26. Diakses tanggal 2008-11-01.
^"Supporters by region" (dalam bahasa Italia). calcioinborsa.com. Archived from the original on 2007-02-05. Diakses tanggal 2007-02-05.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"First Team Men". Juventus.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 June 2020. Diakses tanggal 1 September 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Albo d'oro TIM Cup". Lega Nazionale Professionisti Serie A (dalam bahasa Italia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Mei 2012. Diakses tanggal 21 Mei 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Football Europe: Juventus F.C."Union des Associations Européennes de Football. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Desember 2006. Diakses tanggal 26 Desember 2006.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Italian Football Federation: Profile". Union des Associations Européennes de Football. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Oktober 2010. Diakses tanggal 23 Oktober 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Confermato: I più titolati al mondo!" (dalam bahasa Italia). A.C. Milan S.p.A. official website. 30 Mei 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 Juni 2013. Diakses tanggal 19 Juni 2013.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"UEFA Europa League: Facts & Figures". Union des Associations Européennes de Football. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Mei 2007. Diakses tanggal 14 Mei 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Legend: UEFA club competitions". Union des Associations Européennes de Football. 21 Agustus 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Januari 2010. Diakses tanggal 26 Februari 2013.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"La primera final italiana". La Vanguardia (dalam bahasa Spanish). 15 Mei 2003. hlm. 55. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Juni 2012. Diakses tanggal 15 November 2009.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"The 'Top 25' of each year (since 1991)". International Federation of Football History & Statistics. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Januari 2008. Diakses tanggal 3 Januari 2008.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Acquistato Buffon". Juventus FC (dalam bahasa Italia). 3 Juli 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 Desember 2014. Diakses tanggal 6 April 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Juve land £23m Buffon". BBC Sport. BBC. 4 Juli 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Juni 2010. Diakses tanggal 6 April 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Buffon sets new Serie A record". Football Italia. 20 Maret 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2016. Diakses tanggal 3 April 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Higuain joins Juventus". juventus.com. 26 Juli 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Juli 2016. Diakses tanggal 26 Juli 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Cristiano Ronaldo signs for Juventus!". juventus.com (Siaran pers). 10 Juli 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Juli 2018. Diakses tanggal 10 Juli 2018.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)"Salinan arsip". Archived from the original on 2018-07-31. Diakses tanggal 2020-06-08.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"Juve players at the World Cup". Juventus F.C. official website. Archived from the original on 2007-09-30. Diakses tanggal 2009-08-23.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Norman Hubbard (14 Maret 2012). "Clubs' World Cup". ESPN. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-17. Diakses tanggal 14 Maret 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"European Championship". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Juli 2012. Diakses tanggal 8 Juni 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"SHARE CAPITAL AND OWNERSHIP". juventus.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Juli 2016. Diakses tanggal 5 Juli 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Juventus Football Club". Borsa Italiana S.p.A. official website. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Juli 2011. Diakses tanggal 5 Januari 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Coaching and Medical Staff". Juventus Football Club S.p.A. official website. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Agustus 2009. Diakses tanggal 25 Agustus 2009.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"The Deloitte Football Money League 2014"(PDF). Deloitte Touche Tohmatsu. 17 Januari 2014. hlm. 5; 8–9; 23. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 7 September 2014. Diakses tanggal 23 September 2014.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Reports and Financial Statements at 30 June 2007"(PDF). Juventus Football Club S.p.A. official website. 26 Oktober 2007. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 6 Juni 2015. Diakses tanggal 1 Agustus 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Reports and Financial Statements at 30 June 2008"(PDF). Juventus Football Club S.p.A. official website. 28 Oktober 2008. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 6 Juni 2015. Diakses tanggal 1 Agustus 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Annual Financial Report at 30 June 2010"(PDF). Juventus Football Club S.p.A. official website. 28 Oktober 2010. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2 Mei 2015. Diakses tanggal 1 Agustus 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Interim management statement at 31 March 2011"(PDF). Juventus Football Club S.p.A. official website. 11 Mei 2011. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 6 Juni 2015. Diakses tanggal 1 Agustus 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"2010–11 bilancio"(PDF). Juventus Football Club S.p.A. official website (dalam bahasa Italia). 18 Oktober 2011. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 6 Juni 2015. Diakses tanggal 14 November 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Board approves draft financial statements"(PDF). Juventus Football Club S.p.A. official website. 11 September 2015. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 16 Oktober 2015. Diakses tanggal 11 September 2015.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Arpino, Giovanni; Bàrberi Squarotti, Giorgio; Romano, Massimo (1992). Opere (dalam bahasa Italia dan Piedmont). Milan: Rusconi Editore. ISBN88-18-06084-8.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Canfari, Enrico (1915). Storia del Foot-Ball Club Juventus di Torino (dalam bahasa Italia). Tipografia Artale.
Clark, Martin (1996) [1995]. Modern Italy; 1871-1995. 2. Milan: Longman. ISBN0-582-05126-6.
Dolci, Fabrizio (2003). Non omnis moriar: gli opuscoli di necrologio per i caduti Italiani nella Grande Guerra; bibliografia analitica (dalam bahasa Italia). Edizioni di Storia e Letteratura. ISBN88-8498-152-2.Parameter |coauthor= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
Goldblatt, David (2007). The Ball is Round: A Global History of Football. London: Penguin. ISBN978-0-14-101582-8.
Hazzard, Patrick (2001). Fear and loathing in world football. Berg Publishers. ISBN1-85973-463-4.Parameter |coauthor= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
Kuper, Simon (2010). Calcionomica. Meraviglie, segreti e stranezze del calcio mondiale (dalam bahasa Italia). ISBN Edizioni. ISBN88-7638-176-7.Parameter |coauthor= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
Papa, Antonio (1993). Storia sociale del calcio in Italia (dalam bahasa Italia). Bologna: Il Mulino. hlm. 271. ISBN88-15-08764-8.Parameter |coauthor= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
Sappino, Marco (by) (2000). Dizionario biografico enciclopedico di un secolo del calcio italiano (dalam bahasa Italia). 2. Milan: Baldini Castoldi Dalai Editore. ISBN88-8089-862-0.
Tranfaglia, Nicola (1998). Guida all'Italia contemporanea, 1861-1997 (dalam bahasa Italia). 4. Garzanti. ISBN88-11-34204-X.Parameter |coauthor= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
Publikasi lainnya
Graziano, Mirko (9 Oktober 2011). "Azzurro Juve, miniera d'oro". La Gazzetta dello Sport (dalam bahasa Italia). 115 (237).
Papi, Giacomo (8 April 2004). "Il ragazzo che portava il pallone". Diario della settimana (dalam bahasa Italia). 13/14.
"Football Philosophers"(PDF). The Technician. Union des Associations Européennes de Football. 46. 2010. Diarsipkan(PDF) dari versi asli tanggal 2016-03-07. Diakses tanggal 2011-11-07.Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Terminal MenanggalTerminal Penumpang Tipe CPapan Nama Terminal MenanggalLokasiJalan Cipta Menanggal Utara, Kelurahan Menanggal, Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Kodepos 60234Kawasan Selatan Surabaya IndonesiaKoordinat7°20′30″S 112°43′21″E / 7.341726°S 112.722572°E / -7.341726; 112.722572Koordinat: 7°20′30″S 112°43′21″E / 7.341726°S 112.722572°E / -7.341726; 112.722572Pemilik Pemerintah Kota Sur...
Benjamin F. Jonas Senator Amerika Serikat dari LouisianaMasa jabatan4 Maret 1879 – 4 Maret 1885 PendahuluJames B. EustisPenggantiJames B. EustisAnggota Dewan Perwakilan LouisianaMasa jabatan1865-18681876-1879 Informasi pribadiLahirBenjamin Franklin Jonas(1834-07-19)19 Juli 1834Williamsport, KentuckyMeninggal21 Desember 1911(1911-12-21) (umur 77)New Orleans, LouisianaPartai politikPartai DemokratKarier militerPihak Negara Konfederasi AmerikaDinas/cabang Angkatan Darat...
Nova ScotiaCurrent seriesSloganCanada's Ocean PlaygroundSize12 in × 6 in30 cm × 15 cmMaterialAluminumSerial formatABC 123Introduced2011 (2011)AvailabilityIssued byNova Scotia Registry of Motor VehiclesManufactured byWaldale Manufacturing Limited, Amherst, Nova ScotiaHistoryFirst issuedJanuary 1, 1918 (1918-01-01)(pre-provincial plates from 1907 through December 31, 1917)vte The Canadian province of Nova Scotia first required its residents t...
2020 novel by Hervé Le Tellier The Anomaly 2020 Gallimard 'Collection Blanche' editionAuthorHervé Le TellierOriginal titleL'AnomalieTranslatorAdriana HunterCountryFranceLanguageFrenchPublisherÉditions GallimardPublication date20 August 2020Published in English23 November 2021Pages336AwardsPrix Goncourt (2020)ISBN978-2-0728-9509-8OCLC1187223605Dewey Decimal843/.914LC ClassPQ2672.E11455 A86 2020 The Anomaly (French: L'Anomalie) is a 2020 novel by French writer Hervé Le Tellie...
Variant of American football For six-man association football, see Minifootball and Indoor soccer. Six-man football is a variant of gridiron football played with six players per team, instead of the standard eleven or twelve. It is generally played by high schools in rural areas of the United States and Canada. History Six-man football was developed in 1934 by Stephen Epler in Chester, Nebraska, as an alternative means for small high schools to field a football team during the Great Depressio...
Albert Claveille Albert-André Claveille, ministre des Travaux publics (1917) Fonctions Sénateur 11 janvier 1920 – 6 septembre 1921(1 an, 7 mois et 26 jours) Gouvernement IIIe République Biographie Date de naissance 1er janvier 1865 Lieu de naissance Mouleydier Date de décès 6 septembre 1921 (à 56 ans) Lieu de décès Mouleydier Résidence Dordogne modifier Joseph, dit Albert-André Claveille est un ingénieur et homme politique français, né le 1er jan...
Wakil Bupati Musi Rawas UtaraPetahanaH. Innayatullahsejak 26 Februari 2021Masa jabatan5 tahunDibentuk17 Februari 2016Pejabat pertamaH. Devi SuhartoniSitus webwww.muratarakab.go.id Berikut ini adalah daftar Wakil Bupati Musi Rawas Utara dari masa ke masa. No Wakil Bupati Mulai Jabatan Akhir Jabatan Prd. Ket. Bupati 1 H.Devi Suhartoni 17 Februari 2016 26 September 2020 1 [Ket. 1] Drs. H. M.Syarif HidayatM.M. Jabatan kosong 26 September 2020 5 Desember 2020 Ir.Suman Asra Supr...
Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.Cari sumber: Kaligrafi – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR Kaligrafi tulisan latin Kaligrafi, dari bahasa Yunani; καλλι keindahan + γραφος menulis) atau Seni khat adalah seni menulis dengan...
Contrast of one emotion from another Colored intaglio prints by Charles Le Brun and J. Pass depicting the facial expressions of sixteen emotions Part of a series onEmotions Affect Classification In animals Emotional intelligence Mood Regulation Interpersonal Dysregulation Valence Emotions Acceptance Admiration Affection Amusement Anger Angst Anguish Annoyance Anticipation Anxiety Apathy Arousal Awe Belongingness Boredom Confidence Confusion Contempt Contentment Courage Curiosity Depression De...
Pour les articles homonymes, voir Saint-Georges, Saint Georges (homonymie) et Georges. Saint-Georges-d'Espéranche La place de la fontaine en 1905. Héraldique Administration Pays France Région Auvergne-Rhône-Alpes Département Isère Arrondissement Vienne Intercommunalité Communauté de communes des Collines du Nord Dauphiné Maire Mandat Brigitte Groix 2020-2026 Code postal 38790 Code commune 38389 Démographie Gentilé Saint-Georgeois Populationmunicipale 3 483 hab. (2021 ) D...
Questa voce sull'argomento calciatori italiani è solo un abbozzo. Contribuisci a migliorarla secondo le convenzioni di Wikipedia. Segui i suggerimenti del progetto di riferimento. Enrico Cairoli Nazionalità Italia Altezza 187 cm Peso 85 kg Calcio Ruolo Difensore Termine carriera 1974 Carriera Squadre di club1 1961-1964 Siracusa85 (0)1964-1969 Livorno149 (1)1969-1974 SPAL112 (5) 1 I due numeri indicano le presenze e le reti segnate, per le sole partite di campionat...
Vietnamese Buddhist monk Thích Trí QuangThích Trí Quang in 1966Born(1923-12-21)21 December 1923Diêm Điền village, Quảng Bình, French IndochinaDied8 November 2019(2019-11-08) (aged 95)Huế, Thừa Thiên-Huế, Vietnam Thích Trí Quang (chữ Hán: 釋智光) (21 December 1923 – 8 November 2019) was a Vietnamese Mahayana Buddhist monk best known for his role in leading South Vietnam's Buddhist population during the Buddhist crisis in 1963, and in later Buddhist protests aga...
Grand Prix Australia 2019 Lomba ke-1 dari 21 dalam Formula Satu musim 2019← Lomba sebelumnyaLomba berikutnya → Tata Letak Sirkuit Grand Prix Melbourne.Detail perlombaanTanggal 17 Maret 2019Nama resmi Formula 1 Rolex Australian Grand Prix 2019Lokasi Sirkuit Albert ParkMelbourne, Victoria, AustraliaSirkuit Sirkuit jalan raya sementaraPanjang sirkuit 5.303 km (3.295 mi)Jarak tempuh 58 putaran, 307.574 km (191.118 mi)Cuaca CerahPenonton 324,100[1]Posisi polePembala...
Eupogonius ursulus Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Ordo: Coleoptera Famili: Cerambycidae Genus: Eupogonius Spesies: Eupogonius ursulus Eupogonius ursulus adalah spesies kumbang tanduk panjang yang tergolong famili Cerambycidae. Spesies ini juga merupakan bagian dari genus Eupogonius, ordo Coleoptera, kelas Insecta, filum Arthropoda, dan kingdom Animalia. Larva kumbang ini biasanya mengebor ke dalam kayu dan dapat menyebabkan kerusakan pada batang kayu h...
Cet article est une ébauche concernant une personnalité française. Vous pouvez partager vos connaissances en l’améliorant (comment ?) selon les recommandations des projets correspondants. Jacqueline JanetJacqueline Janet dans Paris-Soir du 10 octobre 1937.BiographieNaissance 21 décembre 191916e arrondissement de ParisDécès 11 mars 2016 (à 96 ans)Neuilly-sur-SeineNationalité françaiseFormation Lycée Victor Duruy de ParisActivités Mannequin, participante à un concours ...
History of the feminist movement in Germany Part of a series onFeminism History Feminist history History of feminism Women's history American British Canadian German Waves First Second Third Fourth Timelines Women's suffrage Muslim countries US Other women's rights Women's suffrage by country Austria Australia Canada Colombia India Japan Kuwait Liechtenstein New Zealand Spain Second Republic Francoist Switzerland United Kingdom Cayman Islands Wales United States states Intersectional variants...
Widely revered deity in Germanic mythology This article is about the Germanic deity. For other uses, see Odin (disambiguation). Woden redirects here. For other uses, see Woden (disambiguation). Odin, in his guise as a wanderer, as imagined by Georg von Rosen (1886) Odin (/ˈoʊdɪn/;[1] from Old Norse: Óðinn) is a widely revered god in Germanic paganism. Norse mythology, the source of most surviving information about him, associates him with wisdom, healing, death, royalty, the gall...
Disambiguazione – Se stai cercando il videogioco, vedi Potsworth & Co. (videogioco). Potsworth & Co.serie TV d'animazione Lingua orig.inglese PaeseStati Uniti d'America, Regno Unito AutoreMartin Powell, Vivien Schrager-Powell RegiaRay Patterson ProduttoreDavis Doi SceneggiaturaLane Raichert, Bill Matheny Dir. artisticaScott Jeralds MusicheMichael Tavera StudioHanna-Barbera ReteSyndication 1ª TV1º settembre – 24 novembre 1990 Episod...
Strada europea E60 Ponte nei pressi di Vannes, in Francia Lunghezzacirca 6800 km Direzioneovest-est Stati----------- Estremità ovest Brest Estremità est Passo di Irkeštam Manuale La strada europea E60 è una strada di classe A e, come si evince dal numero, è una dorsale Ovest-Est. In particolare la E60 collega Brest, in Francia, al Passo di Irkeštam, in Kirghizistan (al confine con la Cina). Il tracciato europeo si conclude a Costanza, in Romania, dopo un percorso lungo 3508 km attravers...