Burung jenjang adalah nama untuk burung besar berparuh, berkaki, dan berleher panjang dari familia Gruidae, ordoGruiformes. Berbeda dengan burung kuntul, burung jenjang terbang dengan leher yang diluruskan.
Burung jenjang merupakan burung yang setia seumur hidup terhadap pasangannya. Burung jenjang berkencan dengan pasangannya dengan mengeluarkan suara yang ribut sambil diiringi gerakan-gerakan seperti menari sehingga terkenal sebagai "dansa" burung jenjang.
Beberapa spesies burung jenjang merupakan burung migran ke tempat yang sangat jauh, sedangkan beberapa spesies yang hidup di iklim panas bukan merupakan burung migran. Burung jenjang hidup berkelompok dan jika jumlahnya cukup dapat membentuk kawanan yang besar.
Di Indonesia, burung jenjang terkenal berkat seni melipat kertas (origami). Lipatan kertas burung jenjang (orizuru) disebut tsuru, sesuai nama Jepang untuk burung ini, atau disebut lipatan kertas burung bangau.
Ciri morfologis
Burung jenjang terdiri dari 2 subordo, 4 genus, dan 15 spesies yang terdapat di seluruh benua kecuali di Antarktika dan Amerika Selatan. Semua spesies mempunyai ciri-ciri berupa paruh, leher, dan kaki yang panjang. Pada burung jenjang ukuran besar, tinggi badan bisa mencapai sekitar 1 meter. Warna bulu bisa hitam, putih, dan merah dengan badan berukuran besar sehingga terlihat sangat mencolok di alam terbuka. Ciri khas lain pada kulit bagian muka bagian tertentu yang tidak ditumbuhi bulu.
Sarang dibangun di atas tanah. Bergantung pada spesies, jumlah telur antara 1 butir hingga 4 butir. Masa pengeraman telur sekitar 30 hari. Anak burung yang baru menetas tidak bisa terbang, tetapi langsung bisa berjalan mengikuti induknya mencari makanan ke sana kemari.
Makanan
Habitat di sawah, danau, rawa, lahan basah, dan padang rumput. Burung jenjang merupakan burung pemangsa yang memakan apa saja, tetapi makanan bisa berubah bergantung pada musim. Mangsa berupa hewan-hewan kecil seperti binatang pengerat, ikan, dan binatang amfibi, walaupun juga memakan biji-bijian dan buah-buahan keluarga beri di akhir musim panas dan musim gugur. Salah satu spesies buah beri disebut Kranberi (cranberry) karena merupakan makanan favorit burung jenjang yang dalam bahasa Inggris disebut Crane.
Konservasi
Pada awal abad ke-21 banyak spesies burung jenjang yang berada di ambang kepunahan. Burung jenjang memerlukan ekosistem ideal yang menyediakan makanan berlimpah agar bisa bertahan hidup. Gerakan pelestarian burung jenjang banyak dilakukan di seluruh dunia karena burung jenjang berada dalam bahaya kepunahan akibat perusakan habitat dan perburuan yang dilakukan sejak awal peradaban manusia.
Di Jepang, lahan basah Kushiro dan sekitarnya yang terletak di Prefektur Hokkaido adalah habitat spesies Grus japonensis (Japanese crane) yang merupakan burung residen (burung penetap). Selain itu, Prefektur Yamaguchi dan kota Izumi di Prefektur Kagoshima adalah habitat musim dingin bagi spesies Grus monacha (Hooded crane) dan spesies Grus vipio (White-naped Crane) yang kedua-duanya merupakan satwa langka yang dilindungi. Spesies Grus grus (Common Crane) dan spesies Grus canadensis (Sandhill Crane) walaupun jarang tetapi kadang-datang datang juga ke Jepang.
Spesies dari Asia Tengah seperti Anthropoides virgo (Demoiselle Crane) dan Balearica pavonina (jenjang mahkota hitam atau Crowned Crane) bermigrasi di musim dingin melintasi pegunungan Himalaya agar sampai di tempat yang lebih hangat di India.
Burung jenjang dan kura-kura adalah lambang panjang umur di Jepang. Burung jenjang juga sering sekali ditampilkan dalam cerita rakyat Jepang. Sejak zaman dulu ada pepatah Jepang yang berbunyi "Burung jenjang hidup seribu tahun, kura-kura hidup sepuluh ribu tahun", walaupun secara pasti tidak pernah ada bukti bahwa burung jenjang bisa hidup sampai 1.000 tahun. Pada umumnya, umur burung jenjang yang dipelihara di kebun binatang bisa mencapai antara 50 tahun sampai 80 tahun, sedangkan di alam bebas rata-rata bisa berumur sampai sekitar 30 tahun.
Pada gambar tradisional di Jepang, burung jenjang sering digambarkan sedang hinggap di dahan pohon pinus, padahal burung jenjang hidup di atas tanah dan tidak pernah hinggap di dahan pohon. Kemungkinan besar pelukis menggambar burung jenjang sebagai pengganti ayam atau burung kuntul yang sedang hinggap di dahan pohon.
Di Jepang ada tradisi seni melipat kertas (origami) menjadi 1.000 ekor burung Jenjang (senbazuru) dengan harapan agar cepat sembuh dari sakit.
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Burung Jenjang.