Kelompok ini mempromosikan ideologi teroris Islam.[8] Direktur Pusat Internasional untuk Kajian Ekstremisme dengan Kekerasan mengatakan bahwa mereka "bertujuan untuk menyebarkan gerakan jihad global ke Sri Lanka dan untuk menebarkan kebencian, ketakutan, dan perpecahan dalam masyarakat."[8]
Sejarah
NTJ diyakini memisahkan diri dari Jemaah Tauhid Sri Lanka (SLTJ), juga sebuah organisasi Islamis garis keras, pada atau sekitar tahun 2016.[11]
Kepemimpinan NTJ telah dikecam oleh beberapa organisasi Muslim Sri Lanka pada tahun 2016 karena mengadvokasi indoktrinasi fundamentalis ekstrim terhadap anak-anak dan karena bentrokan dengan para biarawan Buddhis.[4] Salah satu pemimpinnya, Abdul Razik, ditangkap karena menghasut rasisme.[8]
Moulvi Zahran Hashim, seorang imamIslamis radikal yang diyakini sebagai dalang pengeboman Sri Lanka, berkhotbah di akun Facebook pro-NIIS, yang dikenal sebagai media "Al-Ghuraba", dan di YouTube.[13][14]
NTJ pertama kali diketahui oleh kepolisian Sri Lanka ketika seorang petugas polisi mengirim pengumuman kepada pihak berwenang memperingatkan tentang kemungkinan serangan terhadap gereja-gereja 10 hari sebelum pengeboman Paskah Sri Lanka 2019 pada 21 April 2019. Laporan itu mengatakan bahwa "NTJ berencana untuk melancarkan serangan bunuh diri yang menargetkan gereja-gereja pentingterk serta komisi tinggi India di Kolombo".[15] Perdana menteri, Ranil Wickremesinghe, mengatakan bahwa para pejabat pemerintah tidak menerima laporan tersebut dan bahwa mereka akan "menginvestigasi mengapa tindakan pencegahan yang memadai tidak dilakukan."[8]
Setelah serangan itu, Menteri Kesehatan Rajitha Senaratne mengonfirmasi dalam sebuah konferensi pers tanggal 22 April 2019 bahwa ketujuh pengebom bunuh diri dalam serangan yang hampir bersamaan tersebut adalah warga negara Sri Lanka yang terkait dengan NTJ, tetapi mengatakan bahwa ada hubungan luar negeri yang dicurigai.[16] Para pejabat sebelumnya menyalahkan kelompok Islamis lokal, "Tauhid Nasional", tetapi koresponden Al Jazeera Samer Allawi mengatakan pihak berwenang telah membantah secara resmi menuding kelompok tersebut yang bertanggung jawab.[17]Negara Islam Irak dan Syam (NIIS) telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.[18]