Menurut catatan-catatan legendaris tradisional Muslim Tiongkok, Islam pertama kali dibawa ke Tiongkok oleh sebuah misi yang dikirim oleh Utsman, Khalifah ketiga, pada tahun 651, kurang dari dua puluh tahun setelah kematian NabiMuhammad. Misi dipimpin oleh Sa'ad bin Abi Waqqās, paman dari pihak ibu nabi sendiri. Kaisar Gaozong, kaisar Tang yang menerima utusan tersebut kemudian memerintahkan pembangunan Masjid Peringatan di Kanton, masjid pertama di negara ini, untuk mengenang sang nabi.[1]
Sementara para sejarawan modern mengatakan bahwa tidak ada bukti bahwa Waqqās sendiri pernah berkunjung ke Tiongkok,[1] mereka meyakini bahwa para diplomat dan saudagar Muslim tiba di Tiongkok Tang dalam beberapa dasawarsa dari permulaan Era Muslim.[1] Budaya kosmopolitan Dinasti Tang, dengan kontak intensifnya dengan Asia Tengah dan komunitas-komunitas yang signifikan dari para penduduk saudagar Asia Tengah dan Barat (awalnya non-Muslim) di kota-kota Tiongkok, yang membantu pengenalan Islam.[1]
Kontak awal antara Islam dan Tiongkok
Orang-orang Arab yang pertama kali tercatat dalam catatan-catatan tertulis Tiongkok, di bawah nama Dashi dalam sejarah Dinasti Tang (618-907), (Tashi atau Dashi adalah terjemahan bahasa Tionghoa untuk Tazi—sebutan orang Persia yang digunakan untuk orang Arab).[2] Catatan-catatan yang berasal dari tahun 713 menceritakan tentang kedatangan seorang duta besar Dashi. Permukiman besar Muslim pertama di Tiongkok terdiri dari para saudagar Arab dan Persia.[3]
Sumber-sumber Arab menyatakan Qutaibah bin Muslim secara singkat merebut Kashgar dari Tiongkok dan menarik mundur setelah tercapai sebuah perjanjian[4] tetapi para sejarawan modern sepenuhnya mengabaikan klaim ini.[5][6][7]
Kekhalifahan Umayyah Arab pada tahun 715 M mengalahkan Ikhshid, raja Lembah Fergana, dan mengangkat raja baru Alutar di atas takhta. Raja yang dikalahkan melarikan diri ke Kucha (pusat pemerintahan dari Protektorat Anxi), dan meminta intervensi Tiongkok. Tiongkok mengirim 10.000 prajurit di bawah Zhang Xiaosong ke Ferghana. Dia mengalahkan Alutar dan pasukan pendudukan Arab di Namangan dan mengangkat kembali Ikhshid di atas takhta.[8]
Jenderal Tiongkok Tang Jiahui memimpin Tiongkok mengalahkan serangan Arab-Tibet berikutnya dalam Pertempuran Aksu (717).[9] Serangan di Aksu turut disertai oleh Turgesh Khan Suluk.[10][11] Uch Turfan dan Aksu diserang oleh pasukan Turgesh, Arab, dan Tibet pada 15 Agustus 717. Karluks mengabdi di bawah komando Tiongkok, di bawah Arsila Xian, seorang Qaghan Turk Barat yang mengabdi di bawah Asisten Pelindung Agung Tiongkok Jenderal Tang Jiahui mengalahkan serangan. Al-Yashkuri, komandan Arab dan pasukannya melarikan diri ke Tashkent setelah mereka dikalahkan.[12][13]
^Litvinsky, B. A.; Jalilov, A. H.; Kolesnikov, A. I. (1996). "The Arab Conquest". Dalam Litvinsky, B. A. History of civilizations of Central Asia, Volume III: The crossroads of civilizations: A.D. 250 to 750. Paris: UNESCO Publishing. hlm. 449–472. ISBN978-92-3-103211-0.