Gembala Sapi dan Gadis Penenun adalah tokoh yang ditemukan dalam mitologi Tiongkok dan muncul secara eponim dalam sebuah legenda rakyat Tiongkok romantis. Legenda ini mengisahkan percintaan antara Zhinü (織女; gadis penenun, yang melambangkan bintang Vega) dan Niulang (牛郎; si gembala sapi, yang melambangkan bintang Altair).[1] Percintaan mereka tidak direstui, sehingga mereka diasingkan ke sisi yang berlawanan di Sungai Perak (melambangkan Galaksi Bima Sakti).[1][2] Sekali dalam setahun, pada hari ke-7 bulan ke-7 kalender Imlek, sekawanan burung kucica akan membentuk jembatan untuk menyatukan kembali sepasang kekasih tersebut selama satu hari.[1] Terdapat banyak variasi mengenai cerita ini.[1] Referensi paling awal yang diketahui tentang mitos yang terkenal ini berasal dari lebih dari 2600 tahun yang lalu, yang diceritakan dalam sebuah puisi dari Puisi Klasik.[3]
Kisah Gembala Sapi dan Gadis Penenun telah dirayakan dalam Festival Qixi di Tiongkok sejak Dinasti Han.[4] Kisah ini juga telah dirayakan dalam festival Tanabata di Jepang, dan festival Chilseok di Korea.
Cerita ini sekarang dianggap sebagai salah satu dari Empat Cerita Rakyat Terkenal Tiongkok, yang lainnya adalah Legenda Siluman Ular Putih, Meng Jiang Nü, dan Liang Shanbo dan Zhu Yingtai.
Kesusastraan
Kisah tersebut telah disinggung dalam banyak karya sastra. Salah satu yang paling terkenal adalah puisi oleh Qin Guan (1049-1100) pada masa Dinasti Song:
鵲橋仙
- 纖雲弄巧,飛星傳恨,銀漢迢迢暗渡。 金風玉露一相逢,便勝卻人間無數。 柔情似水,佳期如夢,忍顧鵲橋歸路。 兩情若是久長時,又豈在朝朝暮暮。
Pertemuan melintasi Galaksi Bima Sakti
- Melalui berbagai bentuk awan lembut, pesan sedih dari bintang jatuh, sebuah perjalanan sunyi melintasi Bima Sakti, suatu pertemuan Gembala Sapi dan Gadis Penenun di tengah angin musim gugur keemasan dan embun berkilau- berkilau, jauh melebihi pertemuan yang tak terhitung di dunia fana. Perasaan lembut seperti air, momen suka cita tidak nyata seperti mimpi, bagaimana hati seseorang bisa kembali ke jembatan yang terbuat dari kucica? Jika kedua hati itu bersatu untuk selamanya, mengapa kedua orang itu harus tinggal bersama-hari demi hari, malam demi malam? [6]
Pengaruh dan variasi
Cerita dengan variasi yang berbeda juga populer di bagian lain Asia. Di Asia Tenggara, cerita ini telah digabungkan ke dalam kisah Jataka yang menceritakan kisah Manohara, bungsu dari tujuh putri Raja Kinnara yang tinggal di Gunung Kailash dan jatuh cinta dengan Pangeran Sudhana.[7][8] Di Sri Lanka, versi lain dari legenda Manohara sangat populer di mana Pangeran Sudhana adalah seorang kinnara yang tertembak sebelum dihidupkan kembali oleh Śakra, padanan Buddhis dari Kaisar Giok.[9][10][11]
Di Korea, cerita ini berkisar pada kisah Jingnyeo, gadis penenun yang jatuh cinta pada Gyeonu, penggembala. Di Jepang, ceritanya berkisar pada percintaan antara para dewa, Orihime dan Hikoboshi. Di Vietnam, kisah ini dikenal sebagai Ngưu Lang Chức Nữ dan berkisar pada cerita Chức Nữ dan Ngưu Lang.
Galeri
-
Zhinü dengan pemintal di tangannya, dilukis oleh Zhang Ling, Dinasti Ming
-
Zhinü menyeberangi Sungai Langit, sebagaimana dilukis oleh
Gai Qi, 1799
-
Zhinü seperti yang digambarkan di langit-langit Stasiun Muxuyuan, Nanjing.
-
Zhinü dan Niulang, oleh pelukis Jepang
Tsukioka Yoshitoshi.
-
Lukisan penciptaan Sungai Langit (Bimasakti), dilukis oleh Guo Xu, Dinasti Ming
Referensi
Bibliografi