Gangsir[6] (Tarbinskiellus portentosus, sin. Brachytrupes portentosus) adalah sejenis jangkrik besar yang hidup dengan menggali lubang di tanah. Jangkrik ini berpotensi sebagai hama tanaman pertanian, tetapi juga acap ditangkap untuk dikonsumsi orang. Serangga ini menyebar di Asia Selatan hingga Tenggara, termasuk Indonesia. Dalam bahasa Jawa hewan ini dikenal sebagai gasir, dan dalam bahasa Inggris ia disebut big head cricket, large brown cricket atau short-tail cricket.
Pengenalan
Jangkrik yang bertubuh besar dan kekar. Panjang badan antara 37-44 mm. Kepalanya besar dan cenderung persegi, dengan sungut peraba yang panjang.[7] Pasangan kaki ketiga merupakan kaki pelompat yang kokoh namun relatif pendek; kekar, dengan banyak duri di sisi belakangnya. Tubuh berwarna cokelat hingga cokelat gelap di sisi atas, dan keputih-putihan di sisi bawahnya.
Gangsir betina memiliki sayap depan (tegmina) yang halus permukaannya, dan dengan ovipositor panjang serupa jarum di ujung belakang abdomennya. Gangsir jantan dengan tegmina yang berpola kerut-merut yang berfungsi untuk mengerik, dan tanpa ovipositor. Gangsir jantan bertubuh sedikit lebih besar daripada yang betina.[8]
Ekologi
Gangsir biasa didapati di tepi-tepi lapangan berumput. Hewan ini menggali lubang hingga sedalam 30-60 cm, di mana ia berdiam dan baru keluar di malam hari.[7] Gangsir jantan mengerik dengan bunyi mendesir di muka lubangnya, yang beresonansi sehingga suaranya terdengar keras.
Dari suatu percobaan di laboratorium, diketahui bahwa daur hidup gangsir ini sekitar 333 hari. Terdapat 7 tahapan instar setelah telur menetas sebelum gangsir menjadi hewan dewasa. Betina gangsir rata-rata menghasilkan 123 butir telur. Telur-telur ini menetas setelah kurang lebih 56 hari. Nisbah kelamin gangsir jantan dengan betina adalah 1: 1,5.[8]
Manfaat dan kerugian
Gangsir diketahui bersifat omnivor, meskipun makanannya terutama adalah berbagai jenis tumbuhan. Di lahan-lahan pertanian, gangsir dapat menjadi hama bagi aneka jenis tanaman. Khususnya pada tanaman muda (semai), gangsir menggerek bagian batang hingga putus dan membawa ranting-ranting yang hijau beserta daunnya ke lubangnya untuk dimakan.[9] Serpihan ranting dan daun sering terlihat bercampur dengan butiran tanah yang menggunduk di mulut lubangnya.
Akan tetapi gangsir juga acap ditangkap orang sebagai bahan pangan, terutama di wilayah Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Khususnya di Thailand, jangkrik ini biasa dikonsumsi orang[11] dan dijual di pasar-pasar.
^Lichtenstein, A.A.H. 1796. Catalogus Musei zoologici ditissimi Hamburgi, d III (Februar 1796). Auctionis lege distrabendi. Sectio Tertia. Continens Insecta. 222 pp. Hamburg :Schniebes G.F. (Germany).
^Kirby, W.F. 1906. A Synonymic Catalogue of Orthoptera (Orthoptera Saltatoria, Locustidae vel Acridiidae)2: 22Diarsipkan 2023-06-10 di Wayback Machine.. London :Printed by order of the Trustees [by Longman & co.]
Matsumura, S. 1910. "Die schädlichen und nützlichen Insekten vom Zuckerrohr Formosas". Zeitschrift für wissenschaftliche Insektenbiologie, b. VI: 103Diarsipkan 2023-04-15 di Wayback Machine.. Husum:Friedr. Petersen