Finlandia memiliki ekonomi campuran yang sangat terindustrialisasi, dengan pendapatan per kapita yang sejajar dengan Prancis, Jerman, Swedia atau Britania Raya. Sektor ekonomi terbesar adalah jasa dengan 65.7 persen, diikuti oleh manufaktur dan pengilangan 31.4 persen. Ekonomi primer menyumbang 2,9 persen.[13]
Mengacu pada perdagangan internasional, sektor ekonomi kunci adalah manufaktur. Industri terbesar adalah[14]elektronik (21,6 persen), mesin, kendaraaan, dan produk logam lainnya (21.1 persen), kehutanan (13.1 persen), dan kimia (10.9 persen). Finlandia memiliki sumber daya kayu dan berbagai mineral serta air tawar. Kehutanan, pabrik kertas, dan agrikultur (penyumbang pajak 2 miliar euro per tahunnya) sensitif secara politik bagi penduduk pedesaan. Kawasan Helsinki Raya menyumbang sepertiga produk domestik bruto.
Finlandia sangat terintegrasi dengan ekonomi global, dan perdagangan internasional menyumbang sepertiga PDB. Uni Eropa menyumbang 60% total perdagangan.[15] Partner dangan terbesar adalah Jerman, Rusia, Swedia, Inggris, Amerika Serikat, Belanda dan Tiongkok.[15] Aturan dagang diatur oleh Uni Eropa, dimana Finlandia biasanya menyetujui perdagangan bebas, kecuali agrikultur. Finlandia satu-satunya negara Nordik yang bergabung dengan zona Euro; Denmark dan Swedia tetap memakai mata uang lamanya, sedangkan Islandia dan Norwegia bukan anggota Uni Eropa.
Sejarah
Finlandia awalnya merupakan negara yang relatif miskin yang rentan terhadap perubahan ekonomi. Sampai 1930-an, ekonomi Finlandia bergantung pada pertanian. Sampai akhir 1950-an, lebih dari 40% keluaran tetap pada sektor primer.
Liberalisasi
Seperti negara Nordik lainnya, Finlandia telah meliberalisasi sistem regulasi ekonominya sejak akhir 1980-an. Pasar produk dan keuangan dimodifikasi. Beberapa perusahaan negara diprivatisasi dan beberapa tarif pajak diubah.[16]
Pada tahun 1991 ekonomi Finlandia mengalami resesi parah. Hal ini disebabkan oleh overheating (disebabkan karena perubahan hukum perbankan tahun 1986 yang menyebabkan kredit lebih mudah), pasar yang tertekan dengan partner dagang utama (terutama dengan Swedia dan Soviet), pertumbuhan dagang yang melambat dengan partner dagang lain, dan hilangnya perdagangan bilateral dengan Soviet. Pasar saham dan harga rumah jatuh hingga 50%.[17] Pertumbuhan pada 1980-an didasarkan pada hutang, dan ketika telah jatuh tempo, PDB turun hingga 13% dan angka pengangguran naik dari nyaris nol sampai seperlima angkatan kerja. Total lebih dari 10 miliar euro digunakan untuk bailout bank-bank gagal, menuju dilakukannya konsolidasi sektor perbankan.[18]
Uni Eropa
Finlandia bergabung dengan Uni Eropa tahun 1995. Bank sentral diberikan kewajiban target inflasi sampai Finlandia bergabung dengan zona euro.[17] Pertumbuhannya kemudian menjadi salah satu yang tertinggi di antara anggota OECD.
Finlandia adalah 1 dari 11 negara yang bergabung padafasa ketiga Persatuan Ekonomi dan Moneter Uni Eropa, mengadopsi euro sebagai mata uang negara pada 1 Januari 1999. Mata uang markka (FIM) ditarik dari peredaran dan digantikan euro (EUR) mulai awal 2002.
Sekitar 70-80% ekuitas di Bursa Saham Helsinki dimiliki oleh entitas asing.[25] Perusahaan besar mendapatkan sebagian besar pendapatannya dari luar negeri, dan sebagian besar karyawan mereka adalah karyawan di luar negeri. Hnya sekitar 15% penduduk berinvestasi di pasar saham, dibandingkan 20% di Prancis dan 50% di Amerika.[24]
Meski beberapa privatisasi telah berakhir, namun tetap ada beberapa badan usaha milik negara. Pemerintah menjaganya sebagai aset strategis atau karena mereka sebagai monopoli natural. Beberapa di antaranya Neste Oil, VR Group (kereta), Finnair, VTT (penelitian) dan Itella (pos). Pemerintah dapat memiliki saham 100%, 51% atau kurang dari 50%.