Eduard Douwes Dekker

Eduard Douwes Dekker
Lahir(1820-03-02)2 Maret 1820
Amsterdam, Belanda
Meninggal19 Februari 1887(1887-02-19) (umur 66)
Ingelheim am Rhein, Jerman
Pekerjaan
KebangsaanBelanda

Eduard Douwes Dekker (2 Maret 1820 – 19 Februari 1887), atau yang dikenal pula dengan nama pena Multatuli (dari bahasa Latin multa tuli "banyak yang aku sudah derita"), adalah penulis Belanda yang terkenal dengan Max Havelaar (1860), novel satirisnya yang berisi kritik atas perlakuan buruk para penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia Belanda.

Eduard memiliki saudara bernama Jan yang merupakan kakek dari tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, Ernest Douwes Dekker yang dikenal pula dengan nama Danudirja Setiabudi.

Masa kecil

Eduard dilahirkan di Amsterdam. Ayahnya adalah seorang kapten kapal yang cukup besar dengan penghasilan cukup sehingga keluarganya termasuk keluarga mapan dan berpendidikan.

Eduard kemudian disekolahkan di sekolah Latin yang nantinya bisa meneruskan jenjang pendidikan ke universitas. Pada awalnya Eduard menempuh pendidikan dengan lancar karena Eduard merupakan murid yang berprestasi dan cukup pandai. Namun lama kelamaan Eduard merasa bosan sehingga prestasinya merosot. Hal ini membuat ayahnya langsung mengeluarkannya dari sekolah dan ia ditempatkan di sebuah kantor dagang.

Menjadi pegawai kecil

Bagi Eduard, penempatannya di sebuah kantor dagang membuatnya merasa dijauhkan dari pergaulan dengan kawan-kawannya sesama keluarga berkecukupan; ia bahkan ditempatkan di posisi yang dianggapnya hina sebagai pembantu di sebuah kantor kecil perusahaan tekstil. Di sanalah dirinya merasa bagaimana menjadi seorang miskin dan berada di kalangan bawah masyarakat. Pekerjaan ini dilakukannya selama empat tahun dan meninggalkan kesan yang tidak terlupakan selama hidupnya. "Dari hidup di kalangan yang memiliki pengaruh kemudian hidup di kalangan bawah masyarakat membuatnya mengetahui bahwa banyak kalangan masyarakat yang tidak memiliki pengaruh dan perlindungan apa-apa", seperti yang diucapkan Paul van 't Veer dalam biografi Multatuli.

Ke Hindia Belanda

Rumah sakit Natal, Mandailing Natal, dulu kantor dan kediaman Douwes Dekker
Patung Eduard Dekker di Amsterdam, Belanda.

Ketika ayahnya pulang dari perjalanan, dilihatnya perubahan kehidupan dan keadaan dalam diri Eduard. Hal ini memunculkan niat pada ayahnya untuk membawanya dalam sebuah perjalanan. Pada saat itu, di Hindia Belanda terdapat kesempatan untuk mencari kekayaan dan jabatan, juga bagi kalangan orang-orang Belanda yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah. Karena itu, pada tahun 1838 Eduard pergi ke pulau Jawa dan pada 1839 tiba di Batavia sebagai seorang kelasi yang belum berpengalaman di kapal ayahnya. Dengan bantuan dari relasi-relasi ayahnya, tidak berapa lama Eduard memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri (ambtenaar) di kantor Pengawasan Keuangan Batavia. Tiga tahun kemudian dia melamar pekerjaan sebagai ambtenaar pamong praja di Sumatera Barat dan oleh Gubernur Jendral Andreas Victor Michiels ia dikirim ke kota Natal yang saat itu terpencil sebagai seorang kontrolir.

Diberhentikan

Kehidupan di kota yang terpencil tersebut, bagi Eduard justru lebih menyenangkan. Sebagai ambtenaar pemerintahan sipil yang cukup tinggi di sana, ditambah usianya yang masih cukup muda, ia merasa memiliki kekuasaan yang tinggi. Dalam jabatannya ia mengemban tugas pemerintahan dan pengadilan, dan juga memiliki tugas keuangan dan administrasi. Namun ternyata ia tidak menyukai tugas-tugasnya sehingga kemudian ia meninggalkannya. Atasannya yang kemudian mengadakan pemeriksaan, menemukan kerugian yang besar dalam kas pemerintahannya.

Karena sikapnya yang mengabaikan peringatan-peringatan dari atasannya, serta adanya kerugian kas pemerintahan Eduard pun diberhentikan sementara dari jabatannya oleh Gubernur Sumatera Barat Jendral Michiels. Setahun lamanya ia tinggal di Padang tanpa penghasilan apa-apa. Baru pada September 1844 ia mendapatkan izin untuk pulang ke Batavia. Di sana ia direhabilitasi oleh pemerintah dan mendapatkan "uang tunggu".

Menikah

Sambil menunggu penempatan tugas, Eduard menjalin asmara dengan Everdine van Wijnbergen, gadis keturunan bangsawan yang jatuh miskin. Pada bulan April 1846, Eduard yang saat itu telah menjabat sebagai ambtenaar sementara di kantor asisten residen Purwakarta, menikah dengan Everdine.

Bekerja kembali

Belajar dari pengalamannya yang buruk saat bertugas sebelumnya di Natal, Eduard bekerja cukup baik sebagai ambtenaar pemerintah, sehingga pada 1846 ia diangkat menjadi pegawai tetap. Pangkatnya kemudian dinaikkan menjadi komis di kantor residen Purworejo. Prestasinya membuatnya diangkat oleh residen Johan George Otto Stuart von Schmidt auf Altenstadt menjadi sekretaris residen menggantikan pejabat sebelumnya. Namun karena Eduard tidak memiliki diploma sebagai syarat ditempatkannya sebagai pejabat tinggi pemerintahan, Eduard tidak mendapatkan kenaikan pangkat yang sesungguhnya. Namun Gubernur Jenderal dapat memberikan pengakuan diploma dalam hal-hal yang dianggap istimewa dengan syarat mampu melaksanakan tugas-tugas pemerintahan. Eduard mengajukan permohonan kepada Gubernur Jenderal dan akhirnya berhasil memperolehnya karena prestasi kerjanya. Keputusan ini diterima dari atasannya, Residen Purworejo. Kegagalan saat bertugas di Natal dianggap sebagai kesalahan pegawai muda yang dapat dimaafkan.

Dalam perjalanan karier selanjutnya, Eduard diangkat menjadi sekretaris residen di Manado akhir April 1849 yang merupakan masa-masa karier terbaiknya. Eduard merasa cocok dengan residen Scherius yang menjadi atasannya sehingga ia mendapat perhatian para pejabat di Bogor, di antaranya karena pendapatnya yang progresif mengenai rancangan peraturan guna perubahan dalam sistem hukum kolonial. Kariernya meningkat menjadi asisten residen, yang merupakan karier nomor dua paling tinggi di kalangan ambtenaar Hindia Belanda saat itu. Eduard menerima jabatan ini dan ditugaskan di Ambon pada Februari 1851.

Benturan dengan Gubernur

Namun, meskipun telah mendapatkan jabatan yang cukup tinggi di kalangan ambtenaar Hindia Belanda, Eduard merasa tidak cocok dengan Gubernur Maluku yang memiliki kekuasaan tersendiri sehingga membuat ambtenaar-ambtenaar bawahannya tidak dapat menunjukkan inisiatifnya. Eduard akhirnya mengajukan cuti dengan alasan kesehatan sehingga mendapatkan izin cuti ke Belanda. Dan pada hari Natal 1852, dia bersama istrinya tiba di pelabuhan Hellevoetsluis dekat Rotterdam.

Pindah ke Lebak

Selama cuti di Belanda, Eduard ternyata tidak dapat mengatur keuangannya dengan baik; hutang menumpuk di sana-sini bahkan ia sering mengalami kekalahan di meja judi. Meskipun telah mengajukan perpanjangan cuti di Belanda, dia dan istrinya akhirnya kembali ke Batavia pada tanggal 10 September 1855. Tidak lama kemudian, Eduard diangkat menjadi asisten residen Lebak di sebelah selatan karesidenan Banten yang bertempat di Rangkasbitung pada Januari 1856. Eduard melaksanakan tugasnya dengan cukup baik dan bertanggung jawab. Namun ternyata, dia menjumpai keadaan di Lebak yang sesungguhnya sangat buruk bahkan lebih buruk daripada berita-berita yang didapatnya.

Pemerasan di Lebak

Bupati Lebak yang pada saat itu menurut sistem kolonial Hindia Belanda diangkat menjadi kepala pemerintahan bumiputra dengan sistem hak waris telah memegang kekuasaan selama 30 tahun. Ternyata dalam keadaaan kesulitan keuangan yang cukup parah lantaran pengeluaran rumah tangganya lebih besar dari penghasilan yang diperoleh dari jabatannya. Dengan demikian, bupati Lebak hanya bisa mengandalkan pemasukan dari kerja rodi yang diwajibkan kepada penduduk distriknya berdasarkan kebiasaan.

Eduard Douwes Dekker menemukan fakta bahwa kerja rodi yang dibebankan pada rakyat distrik telah melampaui batas bahkan menjumpai praktik-praktik pemerasan yang dilakukan oleh Bupati Lebak dan para pejabatnya dengan meminta hasil bumi dan ternak kepada rakyatnya. Kalaupun membelinya, itupun dengan harga yang sangat murah.

Belum satu bulan Eduard Douwes Dekker ditempatkan di Lebak, dia menulis surat kepada atasannya, residen C.P. Brest van Kempen dengan penuh emosi atas kejadian-kejadian di wilayahnya. Eduard meminta agar bupati dan putra-putranya ditahan serta situasi yang tidak beres tersebut diselidiki. Dengan adanya desakan dari Eduard tersebut, timbullah desas-desus bahwa pejabat sebelumnya yang digantikannya meninggal karena diracun. Hal ini membuat Eduard merasa dirinya dan keluarganya terancam. Sebab lainnya adalah adanya berita kunjungan bupati Cianjur ke Lebak, yang ternyata masih keponakan bupati Lebak, yang kemudian membuat Eduard mengambil kesimpulan akan menimbulkan banyak pemerasan kepada rakyat.

Atasannya, Brest van Kempen sangat terkejut dengan berita yang dikirimkan Eduard sehingga mengadakan pemeriksaan di tempat, tetapi menolak permintaan Eduard. Dengan demikian Eduard meminta agar perkara tersebut diteruskan kepada Gubernur Jendral A.J. Duymaer van Twist yang terkenal beraliran liberal. Namun, meskipun maksudnya terlaksana, Eduard justru mendapatkan peringatan yang cukup keras. Karena kecewa, Eduard mengajukan permintaan pengunduran diri dan permohonannya dikabulkan oleh atasannya.

Kembali ke Eropa

Sekali lagi, Eduard kehilangan pekerjaan akibat bentrok dengan atasannya. Usahanya untuk mencari pekerjaan yang lain menemui kegagalan. Bahkan saudaranya yang sukses berbisnis tembakau malah meminjamkan uang untuk pulang ke Eropa dan bekerja di sana. Istri dan anaknya sementara ditinggalkan di Batavia.

Di Eropa, Eduard bekerja sebagai redaktur sebuah surat kabar di Brusel, Belgia namun tidak lama kemudian dia keluar. Kemudian usahanya untuk mendapatkan pekerjaan sebagai juru bahasa di Konsulat Prancis di Nagasaki juga menemui kegagalan. Usahanya untuk menjadi kaya di meja judi justru membuatnya menjadi semakin melarat.

Mulai menulis

Sampul cetakan pertama Max Havelaar tahun 1860.

Namun cita-cita Eduard yang lain, yaitu menjadi pengarang, berhasil diwujudkannya. Ketika kembali dari Hindia Belanda, dia membawa berbagai manuskrip diantaranya sebuah tulisan naskah sandiwara dan salinan surat-surat ketika dia menjabat sebagai asisten residen di Lebak. Pada bulan September 1859, ketika istrinya didesak untuk mengajukan cerai, Eduard mengurung diri di sebuah kamar hotel di Brussel dan menulis buku Max Havelaar yang kemudian menjadi terkenal.

Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1860 dalam versi yang diedit oleh penerbit tanpa sepengetahuannya namun tetap menimbulkan kegemparan di kalangan masyarakat khususnya di kawasan negerinya sendiri. Pada tahun 1875, terbit kembali dengan teks hasil revisinya. Namanya sebagai pengarang telah mendapatkan pengakuan, yang berarti lambat laun Eduard dapat mengharapkan penghasilan dari penerbitan karyanya.

Ketika menerbitkan novel Max Havelaar, ia menggunakan nama samaran 'Multatuli'. Nama ini berasal dari bahasa Latin dan berarti "'Aku sudah menderita cukup banyak'" atau "'Aku sudah banyak menderita'"; di sini, "aku" dapat berarti Eduard Douwes Dekker sendiri atau rakyat yang terjajah. Setelah buku ini terjual di seluruh Eropa, terbukalah semua kenyataan kelam di Hindia Belanda, walaupun beberapa kalangan menyebut penggambaran Dekker diberlebih-lebihkan.

Antara tahun 1862 dan 1877, Eduard menerbitkan Ideën (Gagasan-gagasan) yang isinya berupa kumpulan uraian pendapat-pendapatnya mengenai politik, etika dan filsafat, karangan-karangan satir dan impian-impiannya. Sandiwara yang ditulisnya, di antaranya Vorstenschool (Sekolah para Raja), dipentaskan dengan sukses.

Walaupun kualitas literatur Multatuli diperdebatkan, ia disukai oleh Carel Vosmaer, penyair terkenal Belanda. Ia terus menulis dan menerbitkan buku-buku berjudul Ideen yang terdiri dari tujuh bagian antara tahun 1862 dan 1877, dan juga mengandung novelnya Woutertje Pieterse serta Minnebrieven pada tahun 1861 yang walaupun judulnya tampak tidak berbahaya, isinya adalah satir keras.

Akhir hayat

Akhirnya Eduard Douwes Dekker merasa bosan tinggal di Belanda. Pada akhir hayatnya, dia tinggal di Jerman bersama seorang anak Jerman yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Eduard Douwes Dekker tinggal di Wiesbaden, Jerman, di mana ia mencoba untuk menulis naskah drama. Salah satu dramanya, Vorstenschool (diterbitkan di 1875 dalam volume Ideën keempat) menyatakan sikapnya yang tidak berpegang pada satu aliran politik, masyarakat atau agama. Selama dua belas tahun akhir hidupnya, Eduard tidaklah mengarang melainkan hanya menulis berbagai surat-surat.

Eduard Douwes Dekker kemudian pindah ke Ingelheim am Rhein dekat Sungai Rhein sampai akhirnya meninggal 19 Februari 1887.

Pengaruh dalam sastra Hindia Belanda dan Indonesia

Multatuli telah mengilhami bukan saja karya sastra di Indonesia, misalnya kelompok Angkatan Pujangga Baru, tetapi ia telah menggubah semangat kebangsaan di Indonesia. Semangat kebangsaan ini bukan saja pemberontakan terhadap sistem kolonialisme dan eksploitasi ekonomi Hindia Belanda (misal tanam paksa) melainkan juga kepada adat, kekuasaan dan feodalisme yang tak ada habisnya menghisap rakyat jelata. Bila Multatuli dalam Max Havelaar dapat dikatakan telah mempersonifikasikan dirinya sebagai Max yang idealis dan akhirnya frustrasi, Muhammad Yamin lebih berfokus pada si kaum terjajah, misalnya dalam puisinya yang berjudul Hikajat Saidjah dan Adinda Dalam sisi filosofis frustrasi yang dihadapi Max serta Saidjah dan Adinda adalah sama pada hakikatnya; keduanya putus asa dan terbelenggu dalam rantai sistem yang hanya bisa terputuskan melalui revolusi.

Dalam budaya populer

  • Max Havelaar ISBN 0-14-044516-1 – buku ini telah diangkat menjadi film yang dibuat tahun 1976 (sumber:[1] ) dan baru dirilis di Indonesia pada tahun 1988 dengan judul yang sama, disutradarai oleh Alphonse Marie Rademaker dan melibatkan beberapa artis Indonesia, misalnya Rima Melati. Film ini tidak populer di Indonesia, bahkan sempat dilarang beredar oleh pemerintahan Orde Baru setelah beberapa saat diputar di gedung bioskop.

Museum Multatuli terletak di Amsterdam di Korsjespoortsteeg 20, tempat lahir Eduard Douwes Dekker. Selain di Amsterdam, Museum Multatuli juga telah dibuka pada 11 Februari 2018 di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Indonesia.[1]

Karya-karyanya

Referensi

  1. ^ "10 Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Museum Multatuli". Historia. 14 Februari 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Juni 2020. Diakses tanggal 3 Februari 2022. 

Pranala luar

Read other articles:

Giroskop laser cincin, atau ring laser gyroscope (RLG) terdiri dari ring laser yang memiliki dua mode kontra-menyebarkan melalui jalan yang sama untuk mendeteksi rotasi. Ini beroperasi pada prinsip efek Sagnac yang menggeser nulls pola gelombang berdiri intern dalam menanggapi rotasi sudut. Interferensi antara counter-menyebarkan balok, diamati secara eksternal, mencerminkan pergeseran dalam pola gelombang berdiri, dan dengan demikian rotasi. Referensi Canterbury Ring Laser Research Group Di...

 

 

Capital of the Eastern Roman and Ottoman empires For other uses, see Constantinople (disambiguation). Constantinopolis and Konstantinoupolis redirect here. For the town in ancient Osrhoene, see Constantia (Osrhoene). For the newspaper, see Konstantinoupolis (newspaper). ConstantinopleΚωνσταντινούπολις (Ancient Greek)Constantinopolis (Latin)قسطنطينيه (Ottoman Turkish)Map of Constantinople in the Byzantine period, corresponding to the modern-day Fatih an...

 

 

Miriam Lau Kin-yeeGBS OBE JP劉健儀 Ketua Partai LiberalMasa jabatan8 September 2008 – 9 September 2012 PendahuluJames TienPenggantiVincent Fang (pelaksana tugas)Anggota Dewan Legislatif Hong KongMasa jabatan2 Juli 1998 – 16 Juli 2012 PendahuluParlemen baruPenggantiFrankie YickDaerah pemilihanPerhubunganMasa jabatan22 Februari 1997 – 8 April 1998Daerah pemilihanDewan Legislatif SementaraMasa jabatan11 Oktober 1995 – 27 Juni 1997 PendahuluJ...

Overview of nuclear power in Sweden BarsebäckForsmarkOskarshamnR4RinghalsÅgestaclass=notpageimage| Nuclear power plants in Sweden (view) Active plants Closed plants Unfinished plants The electricity sector in Sweden has three operational nuclear power plants with 6 operational nuclear reactors, which produce about 29.8% of the country's electricity.[1] The nation's largest power station, Forsmark Nuclear Power Plant, has three reactors producing 3.3 GW and 14% of Swed...

 

 

Fishing industry in RussiaRussia has a coastline of 37,653 km (23,396 mi).[1]General characteristics (2005 unless otherwise stated)EEZ area7,566,673 km2 (2,921,509 sq mi)[2]Shelf area5 million square kilometres (1.9×10^6 sq mi)[3]Lake area79,400 km2 (30,700 sq mi)[1]Land area16,995,800 km2 (6,562,100 sq mi)[1]EmploymentPrimary: 100,000+ persons[3]Secondary: 700,000+ persons&...

 

 

American nonprofit businessperson and former journalist Cari TunaTuna in 2016BornMinnesota, U.S.EducationYale University (B.A.)OccupationNonprofit businesspersonKnown forCo-founding Open Philanthropy and Good VenturesSpouse Dustin Moskovitz ​(m. 2013)​ Cari Tuna is an American nonprofit businessperson. Formerly a reporter for The Wall Street Journal, she co-founded and works for the organizations Open Philanthropy and Good Ventures. Education and career Cari ...

No. 5 SquadronActive2 November 1948Country Republic of IndiaBranch Indian Air ForceRolePrecision StrikeBaseAmbala AFSNickname(s)TuskersMotto(s)शक्ति विजयते(Shakti Vijayate)Strength is VictoryAircraft flownAttackSEPECAT Jaguar ISMilitary unit No. 5 Squadron (Tuskers) is a fighter squadron and is equipped with Jaguar IS and based at Ambala Air Force Station under the Western Air Command.[1] History The squadron has retained – and discharged – a primarily ...

 

 

See also: Presiding bishop and Bishop (Latter Day Saints) This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Presiding Bishop LDS Church – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (December 2010) (Learn how and when to remove this message) The Presiding Bishop of the Church of Jesus Christ of Latter-day...

 

 

Spanish footballer In this Spanish name, the first or paternal surname is García and the second or maternal family name is Del Pozo. Recio Recio playing for Málaga in 2015Personal informationFull name José Luis García del Pozo[1]Date of birth (1991-01-11) 11 January 1991 (age 33)[1]Place of birth Málaga, SpainHeight 1.83 m (6 ft 0 in)[1]Position(s) MidfielderTeam informationCurrent team CórdobaNumber 14Youth career MálagaSenior career...

Hubungan Israel-Turki Israel Turki Hubungan Israel–Turki terbentuk pada Maret 1949[1] ketika Turki menjadi negara mayoritas Muslim pertama (sebelum Iran pada tahun 1950[2]) yang mengakui Negara Israel.[3][4] Hubungan kedua negara pada tahun 1958 termasuk pertemuan antara David Ben-Gurion dan Adnan Menderes yang membahas tentang aliansi pinggiran. Sejak itu, Israel menjadi pemasok utama senjata ke Turki. Kerja sama militer, strategis, dan diplomatik antara Tu...

 

 

Biografi ini memerlukan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian. Bantulah untuk menambahkan referensi atau sumber tepercaya. Materi kontroversial atau trivial yang sumbernya tidak memadai atau tidak bisa dipercaya harus segera dihapus, khususnya jika berpotensi memfitnah.Cari sumber: Al-Kindi – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini) Ilustrasi Al-Kindi Abu Yusuf Ya'qub bin ...

 

 

يفتقر محتوى هذه المقالة إلى الاستشهاد بمصادر. فضلاً، ساهم في تطوير هذه المقالة من خلال إضافة مصادر موثوق بها. أي معلومات غير موثقة يمكن التشكيك بها وإزالتها. (يوليو 2016) نادي الساحل السعودي الألوان البرتقالي و الأسود المؤسس حبيب مهدي سلمان الخواهر تأسس عام 1399 هـ الملعب عنك ...

  提示:此条目页的主题不是萧。 簫琴簫與洞簫木管樂器樂器別名豎吹、豎篴、通洞分類管樂器相關樂器 尺八 东汉时期的陶制箫奏者人像,出土於彭山江口汉崖墓,藏於南京博物院 箫又稱洞簫、簫管,是中國古老的吹管樂器,特徵為單管、豎吹、開管、邊稜音發聲[1]。「簫」字在唐代以前本指排簫,唐宋以來,由於單管豎吹的簫日漸流行,便稱編管簫爲排簫�...

 

 

World War II starvation in Greece The Great FamineΜεγάλος ΛιμόςCountryGreeceLocationMost of Greece (urban, rural areas, islands)Period1941–1942Total deathsEst. 300,000[1][2] (mortality rate reached a peak in the winter of 1941–1942, and 150,000 just in 1941 alone)[3] Nazi claim at the time: ~70,000ReliefAfter the lifting of the naval blockade, the first humanitarian missions began from Turkey, with a total of 17,500 tons of food aid being supplied from ...

 

 

Series of armed skirmishes between India and Pakistan The neutrality of this article is disputed. Relevant discussion may be found on the talk page. Please do not remove this message until conditions to do so are met. (September 2016) (Learn how and when to remove this message) India–Pakistan border skirmishes (2014–2015)Part of the Indo-Pakistani wars and conflicts and the Kashmir conflictThe Map of Line of Control, 2014Date6 July 2014 (2014-07-06) – 2 November...

Klasifikasi GambangPenciptaEtnis JawaDikembangkanEtnis Tunjung GamelanWarisan Budaya Tak Benda UNESCONegaraIndonesiaDomainKerajinan tradisional, tradisi lisan dan ekspresi, seni drama, pengetahuan dan praktik tentang alam dan alam semesta, praktik sosial, ritual dan acara pestaReferensi01607KawasanAsia dan PasifikSejarah InskripsiInskripsi2021 (sesi ke-16)DaftarDaftar perwakilan Prahil merupakan bagian dari Gamelan Prahil (Jawa: ꦥꦿꦲꦶꦭ꧀) adalah alat musik asal Jawa bagian dari pera...

 

 

العلاقات البنينية الكينية بنين كينيا   بنين   كينيا تعديل مصدري - تعديل   العلاقات البنينية الكينية هي العلاقات الثنائية التي تجمع بين بنين وكينيا.[1][2][3][4][5] مقارنة بين البلدين هذه مقارنة عامة ومرجعية للدولتين: وجه المقارنة بنين كينيا المس�...

 

 

Family history of haemophilia in the family of Queen Victoria This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Family history medicine – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (November 2009) (Learn how and when to remove this message) In medicine, a family history (FH or FHx) consists of informatio...

American computer scientist Edmund Callis Berkeley (February 22, 1909 – March 7, 1988) was an American computer scientist who co-founded the Association for Computing Machinery (ACM) in 1947.[1] His 1949 book Giant Brains, or Machines That Think popularized cognitive images of early computers. He was also a social activist who worked to achieve conditions that might minimize the threat of nuclear war.[2] Biography Two legacies of Edmund C. Berkeley: his 1949 book Giant ...

 

 

US Army's primary R&D arm for armaments and munitions. This article has multiple issues. Please help improve it or discuss these issues on the talk page. (Learn how and when to remove these template messages) This article relies excessively on references to primary sources. Please improve this article by adding secondary or tertiary sources. Find sources: United States Army CCDC Armaments Center – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (Septem...