Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari List of World Heritage Sites in Madagascar di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan.
(Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel)
Situs pertama di Madagaskar, Cagar Alam Tsingy de Bemaraha, dicantumkan pada daftar tersebut sebagai situs alam berpengaruh di Sesi ke-14 dari Komite Warisan Dunia, yang diadakan di Banff, Kanada pada 1990.[3] Ini disusul oleh pencantuman tahun 2001 dari Bukit Kerajaan Ambohimanga, sebuah desa dan istana kerajaan bersejarah yang memiliki pengaruh budaya dan menampilkan istana-istana terkenal abad ke-19 dan sejumlah pemandangan alam dan arsitektural lainnya dari signifikansi sejarah, politik dan spiritual bagi bangsa Madagaskar. Yang paling terkini, pada tahun 2007, situs alam Hutan hujan Atsinanana ditambahkan pada daftar tersebut, terdiri dari serangkaian enam taman nasional yang dibedakan menurut keragaman hayati mereka yang sangat endemik.[1] Situs keempat, ibu kota penguasa di Madagaskar dari suku Merina pada abad ke-19 di Rova dari Antananarivo, aslinya telah dimajukan untuk dijadikan Situs Warisan Dunia kebudayaan pertama di negara tersebut pada 1995 namun dihancurkan oleh sebuah kebakaran tak lama sebelum pencantumannya diselesaikan.[4]
Selain tiga situs yang disahkan di Madagaskar, tujuh situs lainnya didaftarkan sebagai tentatif dan berada di bawah peninjauan oleh Komite Warisan Dunia UNESCO untuk ditingkatkan menjadi status resmi. Lima situs awalnya dicantumkan dalam daftar tentatif pada 1997: Lanskap Rizikultur dan Hidraulis Betafo, Gedung Kerajaan Tsinjoarivo), Desa Mahafaly di Barat Daya Madagaskar, Tebing dan Gua Isandra, dan Antongona. Pada 2008, dua situs tambahan ditambahkan pada daftar tersebut: Cagar Alam Istimewa Anjanaharibe-Sud (sebuah tempat dari Hutan Hujan Atsinanana) dan Hutan Kering Andrefana.[1]
Tahun: tahun dimana situs tersebut ditambahkan pada Daftar Warisan Dunia
Data UNESCO: nomor rujukan situs dan kriteria yang dicantumkan di bawahnya (kriteria i sampai vi adalah kebudayaan, sementara vii sampai x adalah alam)
Di Cagar Alam Tsingy de Bemaraha, erosi bertahap menghasilkan bidang batu gamping karst khas yang secara lokal dikenal sebagai tsingy. Lanskap tunggal ini disertai dengan hutan kering, danau dan rawa mangrove yang dihuni oleh sejumlah spesies lemur dan burung endemik dan terancam.
Bukit Kerajaan Ambohimanga di dataran tinggi tengah telah menjadi pusat spiritual dan politik bagi suku Merina sejak setidaknya abad ke-16. Rumah dari sejumlah raja (termasuk Andrianampoinimerina, yang mengambil inisiatif yang sukses secara mutlak untuk menyatukan pulau Madagaskar di bawah seorang penguasa tunggal[7]) dan situs-situs yang dirancang dari beberapa ritual kerajaan yang dikeramatkan, bukit dan desa tersebut masih menjadi tempat peziarahan sampai sekarang.
Enam taman nasional yang meliputi Hutan hujan Atsinanana ditempati serangkaian besar flora dan fauna endemik khas pada ekosistem hutan hujan Madagaskar. Kehidupan tumbuhan dan hewan di teman-teman tersebut terancam oleh meningkatnya pertumbuhan populasi manusia yang berujung pada penggundulan dan fragmentasi pada sisa-sisa hutan.
Negara-negara anggota dapat memilih untuk mengisi daftar situs tentatif yang Komite Warisan Dunia dapat mengangkatnya menjadi nominasi untuk daftar Situs Warisan Dunia. Hanya situs-situs yang sebelumnya tercantum pada daftar tentatif negara dari sebuah negara yang dapat dinominasikan untuk Daftar Warisan Dunia. Madagaskar telah mencatat tujuh situs pada daftar tentatifnya. Nama dan deskripsi dari semua situs tentatif dicatat oleh Komite Warisan Dunia UNESCO dalam bahasa yang dipilih oleh negara yang menominasikannya. Situs-situs tentatif di Madagaskar dinamai dan dideskripsikan dalam bahasa Prancis dan secara tak resmi diterjemahkan di bawah ini.[11]
Lanskap sekitaran Betafo, ibu kota salah satu dari empat kerajaan kuno dari suku Betsileo, yang menampilkan lahan padi tradisional dan sistem irigasi yang muncul di daratan tinggi selatan pada abad ke-17.
Rova dari Tsinjoarivo, sebuah kumpulan istana musim panas berkayu dan berlapis tahan yang dibangun oleh Ratu MerinaRanavalona I pada 1834, menawarkan contoh terbaik dari norma-norma arsitektural tradisional dari kalangan andriana (kelas bangsawan) Daratan Tinggi. Beberapa penguasa pulau tersebut menempati tempat tersebut, termasuk Ranavalona I (1840, 1842, 1856), Ranavalona II (1880, 1882) dan Ranavalona III (1890).
Barat daya Madagaskar dihuni oleh suku Mahafaly, yang bertani dan beternak zebu di ekosistem hutan, sebuah lanskap semi-gersang dari wilayah endemik yang meliputi seluruh tumbuhan dari keluarga Didiereaceae. Mahafaly dikenal karena seni pemakaman pada makam-makam batu yang sangat berornamen dan pos nisan kayu ukir (aloalo), yang menjadi lambang pulau Madagaskar.
Tebing granit Isandra yang membentang dari sawah di sekitarnya adalah hasil erosi yang membuat permukaan tebing tersebut memiliki sejumlah gua. Beberapa gua tersebut masuk dalam sebuah desa berbenteng yang dihuni pada abad ke-17 dan ke-18, sementara yang lainnya (dan masih) dipakai untuk memakamkan orang mati.
Bermula pada abad ke-16, dua potong granit di Antongona yang dibentengi dengan parit defensif, tembok batu dan gerbang untuk melindungi bangunan berkayu kerajaan di puncaknya. Pada 1980an, Kementerian Budaya merekonstruksi dua bangunan kayu asli dari situs tersebut dan membuka mereka untuk umum sebagai sebuah museum.
Anjanaharibe-Sud membentang di timur Taman Nasional Marojejy, salah satu dari enam taman yang berada di Situs Warisan DuniaHutan hujan Atsinanana. Sejumlah spesies tumbuhan endemik ditemukan di Anjanaharibe-Sud, dan koridor hutan Betaolana menghubungkan taman tersebut dengan Marojejy, membolehkan kehidupan liar di kedua taman tersebut mengakses persebaran teritorial yang lebih besar.
Kota Hulu Antananarivo adalah sebuah situs perkotaan berkualitas khusus yang tak memiliki perbandingan di Afrika sub-Sahara. Perpaduan unsur arsitektural Malagasi khas dan unsur dari keberadaan kolonial telah membentuk arsitektur unik berkualitas tinggi yang masih tersaji dengan baik. Situs tersebut tak hanya dikarakterisasikan oleh arsitekturnya, namun juga bentuk perkotaan spesifik dimana unsur-unsur lanskap memainkan peran penting dan berkontribusi pada pembentukan ensembel perkotaan koheren dari kualitas warisan yang tinggi.[19]