Chen Fu Zhen Ren

Efigi Gongzu Chen Fu Zhen Ren pada Klenteng Tik Liong Tian, Rogojampi, Banyuwangi
Acara kirab membawa efigi Chen Fu Zhen Ren, Banyuwangi tahun 2013

Chen Fu Zhen Ren (Hanzi= 陈府真人; Hokkien= Tan Hu Cin Jin) adalah salah satu leluhur etnis Tionghoa (Tionghoa) yang dipuja di wilayah Banyuwangi dan sekitarnya. Selain dipuja oleh peranakan Tionghoa yang menetap di Indonesia, Gongzu Chen Fu Zhen Ren juga dipuja oleh sebagian etnis Bali dan Jawa terutama yang memeluk kepercayaan Kejawen.

Klenteng-klenteng yang memuja Chen Fu Zhen Ren sebagai panutan utama mereka tersebar di wilayah Pulau Jawa, Bali, hingga Pulau Lombok. Namun, Chen Fu Zhen Ren juga dikenal hingga ke Jawa Barat dan Mancanegara. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa warga Tionghoa dari Banyuwangi dan sekitarnya yang menetap di Jawa Barat serta masih memiliki sanak keluarga di daerah asal mereka. Selain itu, umat Klenteng Chen Fu Zhen Ren juga secara periodik melakukan kirab ke berbagai daerah, misalnya mengunjungi TITD Hwie Ing Kiong di Madiun, dengan membawa rupang sang Dewa dalam sebuah arak-arakan. Jalur perdagangan serta penelitian akademis juga berperan besar membawa nama Chen Fu Zhen Ren hingga ke Singapura, RRT, Belanda, dan sebagainya.

Etimologi

Nama Chen Fu Zhen Ren menyandang gelar Zhenren, bila diterjemahkan menjadi Manusia Sejati Tan. Istilah Zhen Ren (atau Cin Jin menurut dialek Hokkien) memiliki arti Manusia Sejati, sementara Chen (Hokkien: Tan) merupakan nama keluarga atau Marga.

(pinyin=Chén)[1]

Sebagai kata benda digunakan sebagai nama marga; nama negara bagian para periode Musim Semi dan Musim Gugur (770-475 SM); dan "Chen dari Dinasti Selatan" (557-589 M).
Sebagai kata kerja memiliki arti "mengeluarkan", "menunjukkan", "menampilkan", "menceritakan", "menegaskan", "menjelaskan", "Mengatakan", "tua", "kuno".

(pinyin=fǔ)[1]

"kedudukan pemerintahan", "repositori pemerintah" (arsip), "kediaman resmi", "rumah besar", "istana presidensial", "rumah Anda" (sebutan kehormatan), "prefektur" (dari masa Dinasti Tang hingga Dinasti Qing).

真人 (pinyin=zhēnrén)[1]

"manusia yang sesungguhnya", "dalam daging", "guru spiritual Taoisme".

Sejarah tertulis

Hanya ada dua sumber tertulis yang mengisahkan kehidupan Chen Fu Zhen Ren, sementara sumber-sumber lain tidak ditulis melainkan diturunkan secara lisan. Sumber pertama adalah biografi singkat yang tertuang dalam prasasti pendirian Klenteng Liong Coan Bio di Probolinggo. Sumber kedua berasal dari dokumen Melayu yang disimpan di KITLV, Leiden, Belanda. Dokumen tersebut berhasil disalin oleh seorang cucu dari pengurus Klenteng Hoo Tong Bio Banyuwangi (nama penyalin tidak berhasil diidentifikasikan) pada tahun 1880 saat ia berada di Buleleng, Bali.[2]

Prasasti di Probolinggo menuliskan asal usul dia sebagai berikut:

Keluarga Tan Hu Cinjin datang dari Chaozhou, propinsi Guangdong. Saat ia masih anak-anak, ia anak yang rajin, berbakti pada ibunya bersama dengan kedua kakak laki-lakinya; ia taat aturan, tahu sopan santun, dan seorang pengrajin yang berbakat. Ia membangun sebuah istana di Bali dan hidup kekal di pelabuhan Blambangan.

Tulisan Melayu mengisahkan perjalanan hidup Chen Fu Zhen Ren saat dia masih sebagai manusia hingga legenda yang terjadi setelah dia meninggalkan dunia. Kisah hidup Chen Fu Zhen Ren dibawah ini merupakan ringkasan dari salinannya yang dibuat oleh Penulis Aku (Buleleng, 2 Juni 1880).[2]

Masa kehidupan sebagai manusia

Dalam tulisan ini, Chen Fu Zhen Ren disebutkan bernama Tan Cin Jin (menurut dialek Hokkien). Ia adalah kakak tertua dan memiliki dua adik pria yang datang ke Indonesia bersama-sama. Tan Cin Jin menjadi kapten dari kapal bertiang satu (Perahu Sloop). Pada suatu ketika mereka mengadakan perjalanan dari Batavia menuju Bali, tetapi perahu mereka naas di Selat Bali. Tan Cin Jin terdampar di pantai Blambangan, adik keduanya hilang di laut, sementara yang ketiga terdampar di pantai Bali. Umat Klenteng Chen Fu Zhen Ren meyakini bahwa adik kedua dia menjadi Dewa di Pantai Watu Dodol dan disebut Ji Kongco (Kakek Buyut Kedua) sementara yang ketiga menjadi harimau dan disebut Sa Kongco (Kakek Buyut Ketiga). Itulah sebabnya masyarakat setempat, terutama suku Fujian (Hokkian), percaya bahwa harimau tidak akan memangsa mereka yang telah dianggap sebagai cucu-cucunya.

Chen Fu Zhen Ren kemudian menuju Kerajaan Blambangan. Dituliskan bahwa Ketika itulah mulai baharu ada orang Tiongkok di negri Blambangan, yang menurut C. Salmon dan M. Sidharta diartikan bahwa pada waktu itu orang Tionghoa baru saja mulai menetap di kerajaan Blambangan. (Menurut Babad Blambangan yang ditulis oleh Raden Haryo Notodiningrat dan Ottolander, 1915, masyarakat Tionghoa mulai menetap di Blambangan pada tahun 1631[3]). Meskipun tulisan Melayu tidak menyebutkan kapan hal tersebut terjadi, tetapi disebutkan bahwa pada saat itu Kerajaan Blambangan berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mengwi. Hal tersebut menjadi dasar bagi kedua peneliti untuk menyimpulkan bahwa kedatangan Chen Fu Zhen Ren di Blambangan terjadi setelah tahun 1729, yaitu setelah Kerajaan Buleleng dikalahkan Kerajaan Mengwi.[4]

Tan Cin Jin diterima oleh Raja Blambangan yang kemudian memerintahkannya membangun sebuah istana di Macanputih (kini berada di wilayah Probolinggo). Dikisahkan bahwa istananya begitu sempurna sehingga kabar bahwa Raja Blambangan memiliki arsitek berbakat sampai ke telinga Raja Mengwi. Pada saat itu, Raja Mengwi hendak mengadakan sebuah pesta besar serta membangun istana baru, sehingga Raja Blambangan mengutus Tan Cin Jin ke Mengwi. Awalnya Tan Cin Jin menolak karena mengetahui bahwa ia akan dikhianati, tetapi Raja Blambangan terus memaksa bahkan bersumpah bahwa jika Tan Cin Jin mengalami musibah di sana, Kerajaan Blambangan tidak akan diberkahi selama beberapa generasi. Tan Cin Jin akhirnya berangkat ke Mengwi dan segera membangun istana baru.

Saat istana selesai baru separuh, para pegawai istana datang menghadap Raja Mengwi dan berkata bahwa raja percuma menyewa si pemahat Tionghoa karena pekerjaannya sangat mudah sementara upahnya mahal. Masyarakat Bali sendiri mampu melakukan pekerjaan yang sama dan upahnya tidak semahal itu. Raja Mengwi bingung karena telanjur berjanji akan membayar upahnya, apalagi ia telah memanggilnya dari tempat yang jauh. Para pegawai istana menganjurkan raja untuk membunuhnya karena Tan Cin Jin hanya seorang diri (sebatang kara). Raja Mengwi kemudian mengutus dua orang dari kasta Brahmana untuk membunuhnya.

Kedua orang ajudan raja mengundang Tan Cin Jin ke pantai untuk menikmati hiburan. Sesampai di pantai, mereka bingung dan terdiam karena menyadari bahwa korban mereka sebenarnya tidak bersalah. Tan Cin Jin menyuruh mereka untuk melaksanakan perintah raja. Namun, karena dirinya tidak bersalah, pembunuhan tersebut akan menjadi peringatan bahwa tidak lama lagi Kerajaan Mengwi dan Blambangan akan hancur. Kedua ajudan tersebut ketakutan dan memohon maaf, selain mereka juga tidak sanggup membunuh Tan Cin Jin. Keduanya tidak berniat kembali, sebab raja pasti akan membunuh mereka karena gagal melaksanakan perintahnya. Tan Cin Jin mengajak keduanya ke Blambangan.

Dalam kisah, Tan Cin Jin dikatakan berjalan kaki melintasi laut. Kedua sandalnya digunakan kedua ajudannya untuk mengambang. Sesampai di pantai Blambangan, mereka naik ke puncak Gunung Sembulungan dan moksa (menghilang) di sana.

[3]Masa kehidupan setelah Menjadi roh suci

40-50 tahun kemudian, dikatakan bahwa saat itu banyak sekali orang Tionghoa yang menetap di Blambangan dan empat perkampungan Tionghoa terbentuk di Banyualit, Kedaleman, Lateng dan Kesatrian, kisah Chen Fu Zhen Ren kembali muncul. Peneliti C. Salmon dan M. Sidharta meyakini bahwa kisah ini terjadi tidak sampai 50 tahun kemudian, sebab menurut perkiraan mereka, Tan Cin Jin tiba di Blambangan setelah tahun 1729 (setelah Mengwi menguasai Blambangan) dan tahun kehancuran Blambangan (berdasarkan tulisan ini) adalah pada tahun 1765. Pada masa itu (Abad XVII), terdapat lalu lintas budak yang penting antara Bali dan Batavia, termasuk lalu lintas perbudakan terpenting di Asia.[5]

Suatu hari datang perahu layar besar dari Badung menuju Batavia membawa 60-70 orang budak laki-laki dan perempuan, besar dan kecil, sangat sederhana dan rendahan, semuanya diikat dengan rantai besi dari leher hingga kaki mereka. Pada saat perahu tersebut sampai di seberang Gunung Sembulungan, seolah-olah perahu layar tersebut telah meninggalkan tempat itu untuk satu siang dan satu malam, dan memiliki angin yang baik dan memiliki kekuatan yang bagus, tetapi tiba-tiba pada pagi harinya perahu itu kembali lagi ke tempat yang sama. Hal tersebut terjadi hampir sebulan sehingga perbekalan hampir habis dan orang-orang di dalam perahu ketakutan (khawatir bahwa) hidup mereka akan berakhir. Di antarabudak yang berasal dari kasta Ksatria, yang mana telah dijual dan tangan, kaki, serta lehernya terikat oleh rantai besi, tiba-tiba salah satunya terbebas meskipun kuncinya masih terkunci. Ia mengalami trance, menari-nari dan berbicara kepada kapten kapal dalam bahasa Tionghoa:

"Hey Kapten, kau seharusnya tahu bahwa aku adalah Kongco dengan nama Tan Cin Jin. Aku tinggal di puncak Gunung Sembulungan. Bawa aku ke wilayah Blambangan, sehingga aku dapat tinggal di sana selamanya."

Pria itu kemudian melompat ke laut dan berjalan dengan hati-hati di atas ombak, sementara kapten kapal mengikuti dengan sampan. Setelah si Ksatria sampai di puncak Gunung Sembulungan, ia menjadi sadar dan menemukan tiga patung: satu besar dan dua kecil. Keduanya kemudian membawa tiga patung tersebut ke Pelabuhan Banyualit.

Di Banyualit, Kapten kapal mengumpulkan warga Tionghoa di sana, dan si Ksatria kembali kesurupan. Ia berbicara dalam bahasa Tionghoa tentang kisah hidupnya di Macanputih dan Mengwi, bagaimana kedua pembunuhnya kini menjadi dua ajudannya untuk selamanya. Kalian para orang Tionghoa di Blambangan, biarlah hal tersebut diketahui ...(kata tidak dapat diidentifikasikan) ada tiga orang lelaki bersaudara, yang di tengah hidup di Batudodol, yang termuda menjadi seekor harimau, dan hidup di dalam hutan Blambangan dan Bali. Aku tidak berniat untuk pindah dari sini, sehingga aku tahu apa yang akan terjadi di wilayah Blambangan dan Mengwi; aku ingin memuaskan hatiku dan menikmati hasil dari Blambangan dan Bali.

Warga Tionghoa menyambut Chen Fu Zhen Ren dan membangun sebuah Klenteng di Lateng. Namun, setelah Blambangan diserang Belanda pada Tahun 1765, pusat kerajaan dipindahkan di Kota Banyuwangi sekarang (sebelumnya berada di sekitar Muncar). Warga Tionghoa ikut bermigrasi dan memindahkan lokasi Klenteng Chen Fu Zhen Ren ke Klenteng Hu Tang Miao yang sekarang.

Penulis Aku menambahkan bahwa pada Tahun 1880 hanya terdapat tiga Klenteng Chen Fu Zhen Ren di Jawa, yaitu di Banyuwangi, Besuki, dan Probolinggo. Sementara di Bali terdapat dua Klenteng, yaitu di Buleleng dan Badung. Selain itu, tiap-tiap rumah orang Tionghoa di Tabanan, Mengwi, Bangli, Gianyar, Klungkung, Karang Asem, dan Sasak juga memiliki altar pribadi untuk Chen Fu Zhen Ren. Tiap tahunnya, penjaga Klenteng Banyuwangi berkeliling di Bali untuk mengadakan Festival Sembahyang Rebutan. Penulis Aku menyatakan:

"Saya memperoleh penjelasan ini dari orang tua saya ...wangi, dari kakek saya dan ... (nama tidak dapat diidentifikasikan) adalah para penjaga kuil Kongco."

Keterangan: kata ...wangi yang tidak terbaca, kini secara umum dianggap di Banyuwangi.

Sejarah lisan dan legenda

Berikut ini merupakan berbagai sejarah dan kisah Chen Fu Zhen Ren yang diturunkan dari mulut ke mulut oleh masyarakat Jawa dan Bali.

Kisah dari Mengwi (Banjar Jawa)

Lokasi Banjar Jawa berada di daerah utara Desa Mengwi, Bali. Penduduk banjar tersebut mengaku berasal dari Jawa dan dibawa ke Bali untuk membangun sebuah istana (puri) dibawah paduan seorang arsitek Tionghoa.

Pada awal tahun 1980-an, seorang berkebangsaan Belanda bernama Henk Schulte Nordholt mendengar kisah dari I Gusti Agung Gede Rai (dari Puri Kleran) dan Ida Bagus Ketut Sindu (dari Mengwi) bahwa Raja Mengwi pernah mengadakan suatu kontes membuat rancangan terbaik untuk istana Mengwi yang baru. Seorang pandita dari Sibang mencobanya, tetapi seorang arsitek Tionghoa dari Blambangan berhasil memenangkannya. Arsitek tersebut membawa orang-orang Jawa untuk membantunya dalam proses pembangunan puri, tetapi hingga 3 hari sebelum batas waktu pembangunan, hanya tembok luar puri yang selesai dibangun. Ajaibnya, puri tersebut berhasil diselesaikan tepat pada waktunya. Penduduk Mengwi pada masa itu merasa takut dan meminta Raja Mengwi untuk membunuh sang arsitek. Namun, sang arsitek berhasil melarikan diri ke Jawa dan menghilang di Watu Dodol dengan ditemani dua orang pengiring yang konon bernama I Gusti Ngurah Subuh dan Ida Bagus Den Kayu.[6]

C. Salmon dan M. Sidharta (1999) juga berhasil memperoleh informasi dari Anak Agung Gede Ajeng Tisna Mangun (dari Puri Gede Mengwi) bahwa Raja Mengwi saat itu bukan meminta sang arsitek untuk menggambar rancangan puri, melainkan rancangan Pura Taman Ayun. Sang arsitek membuat kerangka taman dengan menggali parit pembatas taman kemudian menggambar rancangan serta memberi instruksi tentang tanaman serta pepohonan yang akan ditanam. Arsitek itu kemudian pergi menuju pesisir pantai bersama dua orang yang ditugasi untuk menemaninya dan tidak pernah kembali lagi. Kisah ini diilustrasikan pada bagian depan Klenteng Gong Zu Miao di Tabanan, Bali. Kerancuan timbul karena berdasarkan sejarah, Pura Taman Ayun selesai dibangun pada Tahun 1634, tidak sesuai dengan perkiraan hidup Chen Fu Zhen Ren berdasarkan tulisan Melayu.

Menurut Henk Schick Nordholt, penulis berkebangsaan Belanda, dalam bukunya Negara Mengwi, pada Tahun 1750 Taman Ayun direnovasi. Ahli bangunan yang memantau pada saat itu bernama Hobin Ho.[7]

Kisah dari Klenteng Banyuwangi dan Tabanan

Kisah Chen Fu Zhen Ren dikenal cukup baik oleh umat Klenteng Hu Tang Miao, Banyuwangi, yang merupakan Klenteng tertua di Jawa Timur dan Bali. Dia disebut sebagai Wainanmeng Gongzu (Kakek Buyut dari Blambangan) atau hanya Kongco.[2]

Menurut pengurus Klenteng Banyuwangi, Chen Fu Zhen Ren adalah seorang pengrajin dari Kanton (Guangzhou). Ia diminta untuk membangun istana bagi Raja Kerajaan Singaraja, tetapi banyak orang yang menjadi dengki kepadanya. Maka Chen Fu Zhen Ren melarikan diri menyeberangi Selat Bali.

Chen Fu Zhen Ren menciptakan seekor harimau dari punggung sebelah kanan dan buaya dari punggung sebelah kiri untuk menahan para pengejarnya. Kemudian dia melintasi Selat Bali dengan menunggangi seekor kepiting raksasa. Versi lain mengatakan Chen Fu Zhen Ren kembali ke Blambangan secara gaib, sementara dua prajurit yang menyertainya melintasi Selat Bali di atas kepiting raksasa. Mereka sampai di pantai Banyuwangi dan menetap di sana. Oleh warga Tionghoa yang tinggal di Banyuwangi, dia disapa dengan sebutan Zhenren atau Manusia Sejati.

Legenda Watu Dodol

Makam di Watu Dodol pada Tahun 2011

Chen Fu Zhen Ren adalah seorang arsitek yang memenuhi sayembara Raja Mengwi untuk membangun sebuah taman kerajaan dalam kurun waktu tertentu. Namun, hingga tiga hari dari batas waktu yang ditentukan, arsitek tersebut belum membangun apa-apa. Selama ini Raja Mengwi terus memberinya peringatan, tetapi sang arsitek terlihat acuh. Pada malam pada hari ketiga sebelum batas waktu berakhir, tiba-tiba saja taman istana yang sangat indah muncul begitu saja.[8]

Raja Mengwi memerintahkan untuk menangkap sang arsitek karena takut akan kesaktiannya. Pada malam harinya, dua orang prajurit yang ditugaskan menjaga sang arsitek membawanya kabur ke Blambangan karena mereka menganggap sang arsitek sebenarnya tidak bersalah. Tidak seberapa jauh, pelarian mereka diketahui dan mereka dikejar hingga menyeberangi Selat Bali. Kedua prajurit tersebut bertempur mati-matian melindungi sang arsitek dan akhirnya tewas, sementara sang arsitek yang terkepung berubah menjadi batu berukuran besar dengan bentuk aneh, yaitu bagian atasnya lebih besar dari bawahnya. Penduduk setempat memakamkan kedua prajurit di puncak bukit di dekat batu besar tersebut, yang kemudian dinamakan Watu Dodoldan masih dikeramatkan hingga sekarang.[8]

Pada saat dilakukan pelebaran jalan, pemerintah berusaha untuk memindahkan Watu Dodol tetapi tidak berhasil. Itulah sebabnya kini Watu Dodol berada di tengah-tengah dua ruas jalan raya di sebelah utara Banyuwangi.[8]

Kisah Pedagang Hainan

Tiga patung kayu di Klenteng Hu Tang Miao, Banyuwangi, memiliki kisah lain yang berbeda dari yang dituliskan dalam Tulisan Melayu.[9] Kisah ini menyebutkan seorang pedagang asal Hainan yang terhenti oleh kekuatan supranatural pada saat melintas dekat Muncar. Si pedagang menuju tepi pantai dan menjadi petapa. Suatu hari ia melihat cahaya terang di tengah hutan dan menemukan sebuah kayu terpotong menjadi tiga bagian. Ia membawanya pulang ke Hainan dan mengukirnya. Namun, ukiran kayu tersebut menolak tinggal di Hainan dan minta dibawa kembali ke Blambangan, ditempatkan pada sebuah Klenteng di Banyuwangi.

Kisah arca Klenteng Rogojampi

Watu Dodol

Menurut tradisi lisan, seorang pedagang bernama Lin Jing Feng (1915) bermimpi bahwa Chen Fu Zhen Ren berada di Watu Dodol. Penduduk setempat biasa menyembah dua nisan Muslim yang berbentuk seperti Watu Dodol. Di sana, Lin Jing Feng menemukan sebuah arca batu yang dipercaya merupakan gambaran dari Chen Fu Zhen Ren. Arca batu tersebut kini berada di Klenteng Rogojampi.

Pengalaman kaum spiritualis

  • Bulan Mei 2010. Istri seorang paranormal dari Bali dimasuki Roh Suci yang bersuara halus serta menggunakan bahasa mandarin. Roh tersebut menyatakan bahwa dia adalah pemimpin tempat tersebut. Menurut pengamatan spiritual, Roh tersebut selanjutnya memasuki altar Chen Fu Zhen Ren.[10]

Penelitian spiritualis

Kedua peneliti dan spiritualis Indrana Tjahjono dan Mas Soepranoto mengeluarkan sebuah hipotesis bahwa Chen Fu Zhen Ren adalah seorang kaisar ke II Dinasti Ming, yaitu Kaisar Zhu Yunwen, yang dikudeta pamannya sendiri dan menghilang. Dugaan tersebut berasal dari adanya aksesoris mahkota kaisar yang disimpan di Klenteng Hu Tang Miao, Banyuwangi. Diperkirakan bahwa simbol mahkota tersebut pernah dipakai pada arca Chen Fu Zhen Ren sekitar tahun 1950 sampai 1960an. Selain itu, ukiran pada arca tertua Chen Fu Zhen Ren terdapat ukiran naga. Bagi Bangsa RRT, ukiran atau sulaman naga tidak dapat dikenakan oleh sembarangan orang. Hanya kaisar atau panglima yang boleh memakainya. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dapat dijatuhi hukuman mati karena dianggap melakukan makar terhadap kaisar. Sebagai Zhenren (Manusia Sejati), Chen Fu Zhen Ren diyakini tidak akan mengenakan sesuatu yang bukan haknya.[7]

Kaisar Zhu Yunwen bertahta selama tiga tahun sebelum dikudeta pada tahun 1403. Zhu Yunwen menghilang, diduga melarikan diri ke Samudera Selatan. Kaisar Yung Lo khawatir Zhu Yunwen akan merebut kembali tahtanya. Ia mengirim tiga panglima, yaitu Wan Lian Fu ke Campa, Yan Qin ke Jawa, dan Cheng Ho dalam tujuh pelayarannya.[11]

Konon, dalam pelayaran Cheng Ho yang ke tujuh (1433), ia singgah di Blambangan dan bertemu dengan Kaisar Zhu Yunwen. Pada saat itu, Kaisar Yung Lo telah wafat. Kedua peneliti memberikan kemungkinan bahwa peristiwa ini melahirkan nama Blambangan. Warga Tionghoa menyebut Kota Banyuwangi (Blambangan) sebagai Wai Nan Meng (Hokkien: Hway Lam Bang) yang artinya Impian di Luar Batas Selatan, merujuk kepada harapan Cheng Ho untuk bertemu kaisar telah tercapai di tempat tersebut.[7]

Peristiwa kudeta Kaisar Zhu Yunwen pada tahun 1403 dengan pembangunan Pura Taman Ayu pada tahun 1627 serta perkiraan pembangunan Istana di Blambangan pada tahun 1700an menimbulkan permasalahan tersendiri. Kelompok spiritualis percaya bahwa rentang tahun yang begitu jauh justru menunjukkan kebesaran dari Chen Fu Zhen Ren.

Daftar sembilan klenteng utama Chen Fu Zhen Ren

  1. TITD Hu Tang Miao (Hoo Tong Bio), Jl Ikan Gurami 54, Banyuwangi, Jawa
  2. TITD Bao Tang Miao (Poo Tong Bio), Jl Teratai No 1, Besuki, Jawa
  3. TITD Long Quan Miao (Liong Coan Bio), Jl WR Supratman 127 Probolinggo, Jawa
  4. TITD De Long Dian (Tik Liong Tian), Jl Raya 69, Rogojampi, Jawa
  5. Vihara Dharma Cattra (Kong Co Bio), Jl Melati 18, Tabanan, Bali
  6. Vihara Dharmayana (Leeng Gwan Bio), Jl Blambangan, Kuta, Bali
  7. TITD Ling Yen Gong (Ling Gwan Kiong), Jl Erlangga 65, Singaraja, Bali
  8. TITD Cung Ling Bio, Jl Udayana, Negara, Bali
  9. Vihara Bodhi Dharma (Pao Hwa Kong), Jl Yos Sudarso 180, Ampenan, Lombok

Kultus

Chen Fu Zhen Ren dikenal bagi para pemujanya sebagai Kakek Leluhur yang ramah dan murah hati, memiliki tutur kata lembut dan santun. Ia digambarkan sebagai seorang tua yang memiliki tubuh sehat, berpakaian putih, berambut putih, dan berjanggut panjang berwarna putih. Banyak umat yang menanyakan masalah kehidupan maupun pengobatan kepada Chen Fu Zhen Ren, yang bagi umat Konghucu keakuratannya dipercaya setara dengan Kongco dari Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban. Beberapa umat yang mengalami kebaikan Chen Fu Zhen Ren meninggalkan kenang-kenangan berupa tulisan (papan nama atau sepasang papan sajak Dui Lian) atau cenderamata pada Klenteng yang memuja dia.[2]

Prasasti dari Klenteng Hu Tang Miao, Banyuwangi

  • Dui Lian bertanggal Tianyun Xinhai (Musim Dingin 1911/1912).

Tan melalui kebajikannya telah naik ke Surga; Cin dengan tindakannya yang hebat melindungi kemanusiaan.

  • Dui Lian batu bertanggal Guangxu 24 (Musim Dingin 1898/1899) yang disumbangkan oleh umat dari Guangzhou, yaitu Chen Guanjie dan Chen Ciutong, yang mengeklaim diri mereka sebagai keturunan dari Chen Fu Zhen Ren.

Kebaikan Kong adalah sempurna, kemurahan hatinya menakjubkan, ia mendukung seribu penghuni rumah; Hati Co itu jujur, hukum-hukumnya sempurna, ia melindungi sepuluh ribu keluarga.

  • Panel bertanggal Xianfeng Renxu oleh Xu Tianfu (pelopor pendiri Klenteng Long Quan Miao, Probolinggo).

Kemurahan Hatinya yang Bercahaya Menyinari Semua Benda.

  • Panel bertanggal Guanxu Guimao (Musim Dingin 1903/1004)

Ia memberi Kesehatan yang Bagus pada Rakyat.

  • Panel bertanggal Minguo 13 (1924).

Bila Ada Doa Pastilah Ada Jawaban.

Prasasti dari Klenteng Bao Tang Miao, Besuki

  • Prasasti Shen Ling Hai Guo

Kemanjuran Dewa melindungi negara-negara maritim.

  • Prasasti Zun Dao De

Dia menghormati yang saleh.

  • Prasasti bertanggal Guangxu Guimao (1903) oleh sebuah perusahaan di Surabaya, menyebutkan Chen Fu Zhen Ren adalah pelindung warga Tionghoa dan penduduk asli.

Kebaikan Kong membenamkan orang China dan penduduk asli, setiap orang mendapat bagian keuntungan, penduduk mendoakan dia seperti sebelumnya; bantuan Co menyelubungi orang-orang Fukien (Fujian) dan Canton (Kanton), empat orang yang berjasa telah menyelesaikan pekerjaan yang baik, pengorbanan musim gugur secara beraturan diperbaharui.

  • Prasasti bertanggal Guangxu Guimao (1903) oleh penduduk Xin An, Guangdong, menyebutkan berkah Chen Fu Zhen Ren sampai ke Negara Barat.

Jalan Kong mewujudkan kebahagiaan penuh, penduduk Timur sadar akan hal ini dan telah diubah; bantuan Co dapat menyebar ke mana-mana, pedagang barat Yi mendapat keuntungan dari kebaikannya.

Prasasti dari Klenteng Long Quan Miao, Probolinggo

  • Prasasti bertanggal Tongzhi Dingmao oleh keturunan bernama Chen Zhen Fang.

Kong telah disebut sebagai Orang Benar, di pedesaan di sebelah Selatan penduduk Probolinggo diselubungi kebaikannya; Co dianggap sebagai seseorang yang bijaksana, orang-orang, dan pegawai-pegawai negeri menerima bantuannya.

Prasasti dari TITD Ling Yen Gong, Singaraja

  • Dui Lian bertanggal Tongzhi Guiyou (1873) oleh Qiu Wen Sheng.

Karunia Kong seperti hujan yang turun terus-menerus, bantuannya yang besar membasahi semua tempat; kebaikan Co seperti gunung yang tertutup awan, berkatnya yang besar memberi kebahagiaan dan damai.

Dewa itu Manjur.

  • Prasasti yang disumbangkan oleh Zheng Zhen Xiang yang diangkat menjadi Kapten pada tahun 1884.

Gong itu Termasyur.

  • Prasasti yang disumbangkan Kapten Chen Cheng Xuan (1889).

Pengobatannya Mulia.

  • Prasasti oleh Chen Jie Chun (1905).

Kebaikannya yang Cemerlang itu Harum.

  • Prasasti bertahun 1905 oleh Wang Lian Zhou.

Kong memberikan kebajikannya; orang China dan pribumi diuntungkan karenanya. Co menyediakan resep obat; pria dan wanita memuja dia.

  • Prasasti bertanggal Guang Xu 2 (1876) oleh Qian Chao Qing (pemilik perusahaan perkapalan Rili Zhuang, Hainan)

Keanggunannya menyelubungi Bangsa Hainan.

  • Prasasti bertanggal Guang Xu 11 (1885) oleh pemilik perusahaan Jinbaoji Zhuang, Hainan.

Kebaikan yang Dia anugerahkan pada kita tidak ada batasnya.

  • Prasasti bertanggal Guang Xu 24 (1898) oleh dua umat dari Wen Chang, Hainan.

Tempat Tinggalnya Memberi Kebahagiaan.

  • Prasasti bertanggal Guang Xu 26 (1900) oleh 3 umat dari Qiongnan.

Keanggunannya Tiada Batasnya.

  • Prasasti bertanggal Guang Xu Yimao (1879) oleh pemilik perusahaan Jiang Fuji, Singapura.

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ a b c MDBG. Unduh=3 Februari 2014. Chinese-English Dictionary.
  2. ^ a b c d Salmon, Claudine dan Sidharta, Myra. 24 Juni 2000. Kebudayaan Asia-Dari Kapten Hingga Nenek Moyang yang Didewakan: Pemujaan Terhadap Kongco di Jawa Timur dan Bali (Abad ke-18 dan 20).
  3. ^ a b Arifin, Winarsih Partaningrat. Babad Blambangan. Yogyakarta, École française d'Extrême-Orient & Yayasan Benteng Budaya, 1995, hal. 252 dan 278 untuk ringkasan dalam bahasa Indonesia. Sumber: Salmon dan Sidharta, 2000.
  4. ^ Henk Schulte Nordholt. The Spell of Power, A History of Balinese Politics, 1650-1940, Leiden, Penerbit KITVL, 1996, hal. 30-32. Sumber: Salmon dan Sidharta, 2000.
  5. ^ A. Van der Kraan. Bali; Slavery and Slave Trade, dalam edisi A.J.S. Reid, Slavery, Bondage and Dependency in Southease Asia, St. Lucia, Penerbit University of Queensland, 1983, hal. 315-340; Schulte Nordholt, 1980, Matht, mensen en middelen; Patronen en dynamiek in de Balische politik ca. 1700-1840, Doctoraalscriptie Vrijie Universiteit Amsterdam, hal. 32-54. Sumber: Salmon dan Sidharta, 2000.
  6. ^ I Nyoman Gde Suardana (2 Februari 2003). "Kong Tjo di Vihara Dharmayana, Kuta". Bali Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2003-11-17. Diakses tanggal 25 Oktober 2015. 
  7. ^ a b c Indrana Tjahjono dan Mas Soepranoto. 2010. Kongco Tan Hu Cin Jin. Banyuwangi.
  8. ^ a b c Dewa-Dewi Kelenteng, Penerbit: Kelenteng Sam Po Kong, Semarang.
  9. ^ Moetirko, Riwayat Klenteng, Vihara, Lithang, Tempat Ibadah Tridharma Se-Jawa, Semarang, Sekretariat Empeh Wong Kam Fu, 1980, hal. 293. Sumber: Salmon dan Sidharta, 2000.
  10. ^ Indrana Tjahjono dan Mas Soepranoto. 2010. Kongco Tan Hu Cin Jin. Banyuwangi. Hal. 20.
  11. ^ Gan Kok Hwie dan Kwa Tong Hay. 600 th Pelayaran Muhibah ZHENG H (262 th Tay Kak Sie). KAISAR YANG HILANG, Hal. 57. Sumber: Tjahjono dan Soepranoto, 2010.

Pranala luar

Read other articles:

Zhang Daoling, Guru Langit pertama. Berikut adalah daftar Guru Langit, yaitu pemimpin gerakan Taois Zhengyi Dao (kelanjutan dari Wudoumi Dao atau Jalan Lima Gantang Beras).[1] Nomor Nama Nama Tionghoa Tahun 1 Zhang Daoling 张道陵 Abad ke-2 M 2 Zhang Heng [zh] 张衡 ?-179 3 Zhang Lu 张鲁 ?-215 4 Zhang Sheng 张盛 5 Zhang Zhaocheng 张昭成 6 Zhang Jiao 张椒 7 Zhang Hui 张回 8 Zhang Jiong 张迥 9 Zhang Fu 张符 10 Zhang Zixiang 张子祥 ca. 600 11 Zhang Tongx...

 

 

Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.Cari sumber: Kelok 44 – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR (Desember 2021) Kelok 44 saat dilewati rombongan Tour de Singkarak Kelok 44 atau Kelok Ampek Puluh Ampek adalah kelokan yang terdapat di Kabupaten ...

 

 

AllacapanMunisipalitasPeta menunjukkan lokasi Allacapan, CagayanNegara FilipinaProvinsiCagayan Data sensus penduduk di Allacapan Tahun Populasi Persentase 199523.997—200026.9602.53%200729.8211.40% Allacapan adalah munisipalitas yang terletak di provinsi Cagayan, Filipina. Pada tahun 2007, munisipalitas ini memiliki populasi sebesar 29.821 jiwa atau 5.260 rumah tangga. Pembagian wilayah Allacapan terbagi menjadi 27 barangay, yaitu: Bessang Binobongan Bulo Burot Capagaran (Brigida) Capalutan ...

American politician For other people with the same name, see John Collins. John F. CollinsPortrait of Collins in the 1960sMayor of BostonIn officeJanuary 4, 1960[1] – January 1, 1968[2]Preceded byJohn HynesSucceeded byKevin WhiteMember of theMassachusetts SenateIn office1951–1955Preceded byChester A. Dolan Jr.Succeeded byJames W. Hennigan Jr.Constituency5th SuffolkMember of theMassachusetts House of RepresentativesIn office1949–1951Preceded byVincent A. Mannerin...

 

 

1924 1932 Élections législatives françaises de 1928 604 députés à la Chambre des députés 22 et 29 avril 1928 Type d’élection Élections législatives Corps électoral et résultats Inscrits 11 557 764 Votants 9 469 861   81,94 %  1,3 AD – Raymond Poincaré Voix 2 196 243 23,19 %   11,5 Députés élus 180  47 FR – Louis Marin Voix 2 082 041 21,99 %   13,4 Déput�...

 

 

Essex-class aircraft carrier of the US Navy For other ships with the same name, see USS Hancock. CV-19 redirects here. For the disease, see COVID-19. USS Hancock off Pearl Harbor, 1968 History United States NameHancock NamesakeJohn Hancock BuilderFore River Shipyard Laid down26 January 1943 Launched24 January 1944 Commissioned15 April 1944 Decommissioned9 May 1947 Recommissioned15 February 1954 Decommissioned30 January 1976 General characteristics Class and typeEssex-class aircraft carrier Di...

This article does not cite any sources. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Senboku District, Osaka – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (December 2009) (Learn how and when to remove this template message) Location of Senboku District in Osaka Senboku (泉北郡, Senboku-gun) is a district located in Osaka Prefecture, Japan. As of 2009, the dis...

 

 

Синелобый амазон Научная классификация Домен:ЭукариотыЦарство:ЖивотныеПодцарство:ЭуметазоиБез ранга:Двусторонне-симметричныеБез ранга:ВторичноротыеТип:ХордовыеПодтип:ПозвоночныеИнфратип:ЧелюстноротыеНадкласс:ЧетвероногиеКлада:АмниотыКлада:ЗавропсидыКласс:Пт�...

 

 

Winnie-the-Pooh Winnie the Pooh (versi 1926)PengarangA. A. MilneIlustratorE. H. ShepardNegaraBritania RayaBahasaInggrisPenerbitMethuen & Co. Ltd. (London)Tanggal terbit14 Oktober 1926 Winnie-the-Pooh atau umumnya disingkat menjadi Pooh Bear dan pernah disebut dengan Edward Bear, adalah karakter beruang fiksi yang diciptakan oleh A.A. Milne. Buku pertama mengenai karakter ini adalah Winnie-the-Pooh (1926), lalu diikuti dengan The House at Pooh Corner (1928). Pada 1997, Perserikatan Ba...

Trial and error problem solvers with a metaheuristic or stochastic optimization character For the journal, see Evolutionary Computation (journal). Evolution of a population of random images. Each frame in the animation is a generation showing the best fitness individual with a genome made up of the greyscale level of each patch. Evolution follows 1. evaluate fitness, 2. rank individuals and 3. include genes from next highest fitness individual. Fitness is the error difference with an image of...

 

 

Selection of Republican US presidential candidate 1932 Republican Party presidential primaries ← 1928 March 8 to May 20, 1932 1936 →   Candidate Joseph I. France Herbert Hoover George W. Norris Home state Maryland Iowa Nebraska Contests won 7 4 1 Popular vote 1,137,948 861,602 139,514 Percentage 47.5% 36.0% 5.8%   Candidate Jacob Coxey Royal C. Johnson Home state Ohio South Dakota Contests won 1 1 Popular vote 100,844 64,464 Percen...

 

 

1961 studio album by Kenny Clarke, Francy BolandThe Golden 8Studio album by Kenny Clarke, Francy BolandReleased1961RecordedMay 18 & 19, 1961VenueCafé CampiGenreJazzLength48:25LabelBlue NoteProducerPierluigi Gigi CampiKenny Clarke chronology Plays Andre Hodeir(1957) The Golden 8(1961) Jazz Is Universal(1961) The Golden 8 is an album by American jazz drummer Kenny Clarke and Belgian jazz composer and pianist Francy Boland recorded live in Gigi Campi's 'gelateria' in Cologne in 1961...

Scottish Parliament constituency Not to be confused with Glasgow Anniesland (UK Parliament constituency). Glasgow AnnieslandBurgh constituencyfor the Scottish ParliamentGlasgow Anniesland shown within the Glasgow electoral region and the region shown within ScotlandPopulation75,114 (2019)[1]Current constituencyCreated1999PartyScottish National PartyMSPBill KiddCouncil areaGlasgow City Glasgow Anniesland (Gaelic: Glaschu Fearann Anna) is a constituency of the Scottish Parliament (Holyr...

 

 

Third-level administrative divisions of Ukraine This article is about the administrative division in Ukraine. For the use in Poland, see Gromada. For the use in Belarus, see Hramada. For the former division, see Amalgamated hromada. For other uses, see Hromada (disambiguation). Part of a series on theSubdivisions of Ukraine First level 1 autonomous republic 24 oblasts 2 cities with special status Second level 136 raions Third level 1469 hromadas This sidebar: viewtalkedit A hromada (Ukrainian...

 

 

السجلات الأكاشية (بالإنجليزية: Akashic records)‏ عبارة عن مكتبة ضخمة هائلة توثق كافة الأحداث في حياة الشخص بل للكون كله تعرف تلك السجلات أيضا باسم كتاب الحياة ويفترض أن الأثير هو من قام بانشاءها،أن لفظ أكاشا لفظة سنسكريتية معناها السماء أو الأثير.[1][2] بين الحقيقة والخيال...

Turkish dish of poached eggs Çılbır with duck-fat sautéed ramps Çılbır is a Turkish dish of poached eggs with yogurt (often with garlic mixed in).[1] There are records of çılbır being eaten by Ottoman sultans as far back as the 15th century.[2] It is now common to serve the dish topped with melted butter infused with Aleppo pepper,[3] for which paprika can be substituted. In several Balkan countries such as Bosnia and Herzegovina, Montenegro and Serbia, the T...

 

 

Last Prime Minister of Yugoslavia from 1989 to 1991 Ante MarkovićMarković in 199027th Prime Minister of YugoslaviaPresident of the Federal Executive CouncilIn office16 March 1989 – 20 December 1991President Raif Dizdarević (1989) Janez Drnovšek (1989–1990) Borisav Jović (1990–1991) Sejdo Bajramović (1991) Stjepan Mesić (1991) Branko Kostić (1991) Deputy Aleksandar Mitrović Živko Pregl (1989–1991) Preceded byBranko MikulićSucceeded by Aleksandar Mitrović (acting) O...

 

 

This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: 1555 in India – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (July 2013) (Learn how and when to remove this message) List of events ← 1554 1553 1552 1555 in India → 1556 1557 1558 Centuries: 15th 16th 17th 18th Decades: 1530s 1540s 1550s 1560s 1570s ...

1957 film by Walter Lang Desk SetOriginal cinema posterDirected byWalter LangScreenplay byPhoebe EphronHenry EphronBased onDesk Set1955 playby William MarchantProduced byHenry EphronStarringSpencer TracyKatharine HepburnCinematographyLeon ShamroyEdited byRobert SimpsonMusic byCyril J. MockridgeDistributed by20th Century-FoxRelease date May 1, 1957 (1957-05-01) (US) Running time103 minutesCountryUnited StatesLanguageEnglishBudget$1,865,000[1]Box office$1.7 million (U...

 

 

Prawn soupPrawn mee with whole shrimpTypeSoupServing temperatureHotMain ingredientsPrawnsVariationsChupe de camarones, kaeng som kung, Penang Prawn Mee, rækjusúpa, shrimp chowder, tom yum goong  Media: Prawn soup Prawn soup, also referred to as shrimp soup, is a soup dish prepared using freshwater or saltwater prawns as a primary ingredient. Several varieties of the dish exist in various areas of the world, including Penang prawn mee in Malaysia, Peruvian chupe de camarones, Thai k...