Bank Tabungan Negara
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau biasa disingkat menjadi BTN, adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang terutama menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR). Pemerintah Indonesia memegang mayoritas saham perusahaan ini melalui Danantara. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2023, BTN memiliki total 737 jaringan kantor,[3] dengan rincian 6 Kantor Wilayah, 81 Unit Kantor Cabang, 541 Kantor Cabang Pembantu. Sedangkan untuk jaringan perbankan syariah, BTN memiliki 34 Kantor Cabang Syariah dan 75 Kantor Cabang Pembantu Syariah di seluruh Indonesia. BTN juga memiliki 3.789 ATM dan CRM.[1] Sejarah BTN (Sebelum 1950)Gedung Postspaarbank di Weltevreden (kini Gambir) pada tahun 1925–1930 Gedung Postspaarbank di Harmonieplein (1938) Kantor BTN di Kebumen BTN didirikan pada 16 Oktober 1897 dengan pengukuhan pendirian bank bernama resmi (bahasa Belanda: Postspaarbank) yang berkantor di sebuah gedung dengan arsitektur zaman Belanda di ujung Molenvliet West 1 (sekarang Jalan Gajah Mada No.1). Melihat minat masyarakat yang semakin kuat terhadap jasa perbankan mulai tahun 1928 hingga 1934, Postspaarbank terus memperluas jaringannya dengan membuka 4 kantor cabang baru di Makassar, Surabaya, Jakarta dan Medan. Era transformasi bank ini dimulai sejak 1930 yang ditandai dengan dimulainya penggunaan mesin akuntansi elektronik. Pada masa awal pendudukan Jepang, pembekuan operasi perbankan di wilayah Hindia Belanda terjadi melalui sejumlah proses yang dimulai dengan pemanggilan manajemen bank oleh penguasa baru yang dilakukan di Bandung pada 4 Maret 1942. Tentara Jepang secara resmi melikuidasi bank dan mengubah nama Postspaarbank menjadi Kantor Tabungan Tjokin Kjokoe (Jepang: 貯金局 , Hepburn: Chokin-kyoku, Nihon-shiki/Kunrei-shiki: Tyokin-kyoku) (Biro Deposito) pada 1 April 1942. Namun dalam perjalanannya, Tyokin Kyoku tidak sesukses Postspaarbank karena kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang sangat memprihatinkan sehingga Tyokin Kyoku tidak berhasil menjalankan misinya dan berhenti beroperasional pada Agustus 1945 setelah Jepang menyerah kepada Sekutu. Setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, pihak berwenang Indonesia mengubah nama Tyokin Kyoku menjadi Kantor Tabungan Pos. Pembukaan Kantor Tabungan Pos ini diprakarsai oleh Darmosoetanto selaku direktur pertamanya. Pada masa awal kemerdekaan, Kantor Tabungan Pos memiliki peran yang sangat besar yakni dengan memfasilitasi penukaran uang Jepang dengan Oeang Republik Indonesia (ORI). Namun kemerdekaan yang sesungguhnya belum dapat dimiliki sepenuhnya oleh bangsa Indonesia, Belanda kembali melancarkan agresi militernya di Indonesia. Agresi ini praktis melumpuhkan Kantor Tabungan Pos karena keadaan tersebut membuat bank ini tidak mampu bekerja secara normal karena kantor pusat dan kantor cabangnya di seluruh Indonesia dikuasai oleh Belanda sejak 19 Desember 1946. Akibat dari mulai beroperasionalnya kembali Postspaarbank di Indonesia pada 1 Mei 1946, Kantor Tabungan Pos atau yang kini dikenal dengan BTN tutup. Beberapa tahun berselang tepatnya pada 1949 Kantor Tabungan Pos kembali beroperasional setelah pemerintah Indonesia mengganti namanya menjadi Bank Tabungan Pos Republik Indonesia yang kemudian kembali mengubah namanya menjadi Bank Tabungan Pos menyusul pemberlakuan Undang-Undang Darurat No.9/1950. Undang-undang ini berisi mengenai perubahan UU Postspaarbank, sekaligus penggantian nama Postspaarbank menjadi Bank Tabungan Pos.[4] pada 9 Februari 1950. Tanggal bersejarah tersebut kemudian ditetapkan menjadi hari ulang tahun BTN. Periode NKRISetelah Indonesia merdeka pada tahun 1949, bank ini memulai fase operasional baru dalam sejarahnya. Pada masa itu, ekonomi Indonesia sebagian besar masih dikuasai oleh perusahaan Belanda di bidang produksi, distribusi, jasa-jasa, asuransi, perbankan dan sebagainya. Salah satu hal yang diatur dalam UU Darurat No 9 tahun 1950 adalah mengenai perubahan nama Postspaarbank menjadi Bank Tabungan Pos dan mulai berlaku sejak 9 Februari 1950. Pada tahun 1950 Bank Tabungan Pos kembali beroperasional dan dipimpin oleh Darmosoetanto[5] selaku Direktur. Melalui UU No.36 tahun 1953[6] Bank Tabungan Pos dikukuhkan sebagai badan hukum dibawah Kementerian Perhubungan dan diizinkan untuk membuka Kantor Cabang. Kemudian, sepuluh tahun berselang tepatnya pada tahun 1963 berdasarkan Perpu No. 4 tahun 1963 Bank Tabungan Pos mengubah namanya menjadi Bank Tabungan Negara yang ditandai dengan perpindahan dari Kementerian Perhubungan Darat, Pos Telekomunikasi, dan Pariwisata ke Menteri Urusan Bank Sentral.[7][8] Tahun 1965 terjadi perubahan radikal dalam dunia perbankan, Penetapan Presiden No. 8 tahun 1965[9] berisi tentang keinginan pemerintah dalam mengintegrasikan bank-bank umum dan Bank Tabungan Negara ke dalam Bank Sentral. Bank pemerintah yang ikut dilebur adalah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN), Bank Umum Negara (BUNEG) dan Bank Negara Indonesia (BNI). Sebagai pelaksanaan Penetapan Presiden No.17 tahun 1965[10] mulai tanggal 17 Agustus 1965 kantor-kantor bekas Bank Tabungan Negara berubah nama menjadi Bank Negara Indonesia (BNI) Unit V. Sepanjang tahun 1965 hingga 1968 ekonomi perbankan di Indonesia masih belum stabil yang ditandai dengan perubahan-perubahan Penpres. Tiga tahun berselang Bank Negara Indonesia (BNI) Unit V dipisahkan kembali dari Bank Tunggal, kemudian melalui UU No. 20 tahun 1968 dibuka kembali Bank Tabungan Negara yang disingkat dengan BTN.[11] Jejak Langkah Bank Tabungan NegaraBeberapa tahun berselang tepatnya tahun 1971 BTN mulai melakukan kerjasamanya dengan Perum Pos dan Giro untuk melaksanakan program Tabungan Pembangunan Nasional (Tabanas) dan Tabungan Asuransi Berjangka (Taska). Pada tahun 1974 berdasarkan Surat Menteri Keuangan No. B49/MK/IV/1/1974 tepatnya pada tanggal 29 Januari 1974 menunjuk dan menugaskan BTN sebagai wadah pembiayaan atau kredit bagi pembeli rumah. Menurut Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat (1978-1983) Cosmas Batubara, BTN ditunjuk menjadi penyalur KPR karena BTN merupakan bank untuk menghimpun tabungan. Sehingga Pemerintah berharap, masyarakat Indonesia akan rajin menabung untuk membayar cicilan rumah melalui BTN. Dua tahun berselang setelah pemberian tugas tersebut sekitar September 1976, Biro Kredit Perumahan (BKP) mendapatkan nasabah pertama mereka yakni pemilik PT. Tanah Mas bernama Djamin Ceha yang merupakan pengembang di Semarang. Djamin Ceha membawa surat dari Gubernur Jawa Tengah pada masa itu yang berisi permintaan bantuan pembiayaan dari BTN untuk pembangunan perumahan bagi karyawan Pemda Jateng yang dibangun oleh PT. Tanah Mas di Semarang. Pada tahun yang sama tepatnya 10 Desember 1976 lahir KPR pertama di Indonesia yang ditandai dengan penandatanganan akad kredit pemberian KPR untuk 10 karyawan Kanwil Agraria di Jawa Tengah. Sejak pertama kali direalisasikan pada 1976, penyaluran KPR BTN terus meningkat baik dari sisi jumlah debitur maupun nilai kreditnya. Transformasi BTNBank Tabungan Negara dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang sangat pesat, setelah dipercaya sebagai Bank yang memberikan pembiayaan atau kredit rumah tepatnya pada tahun 1986 akad kredit IBRD/Bank Dunia untuk BTN dilakukan dengan nominal fantastis yakni sebesar US$ 266.550.000 yang ditanda tangani oleh pemerintah Republik Indonesia. Tahun-tahun selanjutnya BTN terus melebarkan sayapnya seperti pada tahun 1989 BTN pertama kali menerbitkan Obligasi sebesar Rp 50 miliar dengan jangka waktu 5 tahun, awal pelaksanaan kegiatan bank umum juga terjadi pada tahun 1989 melalui Surat Direksi BI No. 22/9/DIR/UPG yang menyatakan bahwa BTN diizinkan untuk menerima simpanan giro dan ikut serta dalam kliring.[12] Pada tahun 1992 BTN secara resmi melaksanakan kegiatan bank umumnya. Pada tahun 1994, BTN memperoleh izin operasi sebagai bank devisa dari Bank Indonesia. Teknologi informasi telah merambah dunia perbankan, BTN merupakan salah satu perbankan di Indonesia yang sudah melakukan implementasi teknologi informasi tersebut pada tahun 2002 dengan sistem online real time berbasis IBM-AS400 yang dilakukan di seluruh kantor cabang BTN. Tak hanya merambah dunia perbankan konvensional BTN memperluas jaringannya dengan membentuk Divisi Syariah (UUS) di Kantor Pusat BTN. Pada tahun 2008 BTN memperoleh sertifikat ISO 9001-2000 untuk layanan kredit jangka menengah atas dengan pola layanan 151.Sekuritisasi KPR pertama di Indonesia satu tahun berselang yakni pada tanggal 12 Februari 2009 dengan nilai Rp 111 miliar dari 5.060 debitur KPR, lima tahun berselang pada 9 Desember 2014 BTN-SMF menandatangani sekuritas terbesar yakni sebesar Rp 1,5 triliun. Pada tahun 2014, BTN meluncurkan layanan perbankan digital. Pada tahun-tahun berikutnya, BTN fokus pada penguatan bisnis perumahan, peningkatan struktur dan fungsi organisasi serta pembaruan visi dan misi perusahaan. Pada tahun 2020, bank ini memperkenalkan visi barunya, yakni menjadi The Best Mortgage Bank in South East Asia pada tahun 2025.[13] Untuk mencapai visi tersebut, bank ini menyatakan bahwa mereka akan berupaya memperkuat fundamentalnya, salah satunya dengan cara memperkuat rasio permodalan. Oleh karena itu, pada awal tahun 2020, bank ini juga meluncurkan Junior Global Bond (Tier 2 Capital) pertamanya. Obligasi subordinasi senilai US$ 300 juta tersebut pun disambut hangat dan oversubscribed hampir 12,3 kali.[14] Pada tahun 2025-2029, BTN memperkenalkan visi baru BTN untuk menjadi mitra utama dalam pemberdayaan finansial keluarga Indonesia. Visi ini lebih luas dibandingkan target sebelumnya yang hanya fokus menjadi bank KPR terbaik di Asia Tenggara, karena BTN berkomitmen menyediakan layanan yang mendukung kebutuhan keluarga, seperti pembayaran listrik, air, dan pendidikan. Untuk mendukung visi ini, BTN fokus pada pendanaan berkelanjutan dengan meningkatkan dana murah (CASA) melalui transformasi digital, termasuk modernisasi cabang menjadi digital store yang mengintegrasikan fungsi teller dan customer service.[15] Pada bulan Maret 2025, pemerintah menyerahkan mayoritas saham perusahaan ini ke Biro Klasifikasi Indonesia, sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding operasional di internal Danantara.[16] Logo BTN1980-an–1992Bergantinya nama Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara membawa banyak perubahan pada bank ini. Nama baru menjadi awal kemunculan logo Bank Tabungan Negara yang dirilis pada tahun 1970, meskipun demikian logo ini tak berlangsung lama yakni setelah sepuluh tahun berselang tepatnya tahun 1980, logo BTN mengalami perubahan. Tahun demi tahun berjalan, perubahan budaya pada perusahaan membawa pergantian logo BTN dari yang lama kepada yang baru hasil dari sayembara yang dimenangkan oleh Rudi Sri Handoko dari Sidoarjo, Jawa Timur. Tahun-tahun berikutnya, BTN terus mengalami perubahan logo yakni tercatat sebanyak tiga kali. Desain, tampilan, dan makna logo berubah sesuai dengan era perbankan baru pada waktu itu. Seiring berjalannya waktu, logo baru itu pun terus mengalami evolusi. 1992–1998Perubahan logo kembali terjadi pada tahun 1992 dan secara aktif digunakan hingga tahun 1998. 1998–2024Logo lama Bank Tabungan Negara (BTN[17]) terdiri dari dua elemen utama, yaitu logogram dan logotype. Logogram BTN berupa gambar rumah yang melambangkan rumah impian. Logotype BTN berupa tulisan “BTN” yang menggunakan font sans-serif. 2024–sekarangEvolusi logo baru BTN kembali terjadi tahun 2024. BTN secara resmi memperkenalkan logo baru kepada masyarakat melalui perayaan HUT ke-74 pada tanggal 3 Maret 2024.[18] Perubahan paling mencolok ditunjukkan dengan penggunaan huruf “BTN” secara kapital menjadi huruf kecil “btn”. Modifikasi ini disertai dengan garis merah kecil di atas huruf yang melambangkan optimisme dan mencerminkan relevansi BTN yang modern dan kontemporer. Penggunaan huruf kecil dimaksudkan untuk mewakili kerendahan hati, menunjukkan bahwa BTN mudah didekati dan memahami kebutuhan nasabah untuk mencapai tujuan mereka. Garis merah diatas “btn” menandakan visi progresif bank dan momentum maju yang terus berlanjut. Warna baru logo yaitu Dynamic Blue dan Stability Red. Pemilihan warna tersebut dimaksudkan untuk mewakili bank yang inovatif dan dinamis, berupaya mengembangkan dan menciptakan produk keuangan yang membangun ekosistem keuangan yang inovatif, modern, dan andal. Warna Dynamic Blue melambangkan pendekatan yang lebih hidup dan segar, menunjukkan kepercayaan diri dalam menjangkau audiens yang lebih luas di luar batas negara. Sedangkan, warna Stability Red melambangkan kekuatan dan ketahanan institusi, yang dibangun melalui pengalaman berharga selama bertahun-tahun[19][20] Unit Usaha SyariahBTN Syariah merupakan Strategic Bussiness Unit (SBU) dari BTN yang menjalankan bisnis dengan prinsip syariah, mulai beroperasi pada tanggal 14 Februari 2005 melalui pembukaan Kantor Cabang Syariah pertama di Jakarta. Pembukaan SBU ini bertujuan untuk menyediakan layanan perbankan sesuai prinsip syariah dan sesuai dengan hasil RUPS tahun 2004. Produk yang dihadirkan BTN Syariah, antara lain:
Saat ini, BTN Syariah Merupakan satu-satunya Bank Syariah milik BUMN yang masih beroperasi setelah 3 bank lainnya (Mandiri Syariah, BNI Syariah, dan BRI Syariah) melebur menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI). Pemilik Saham / Struktur OrganisasiStruktur organisasi sejak Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan BTN tanggal 26 Maret 2025[21] Direksi
Dewan Komisaris
Dewan Pengawas Syariah
Daftar Direktur UtamaBerikut daftar direktur Utama BTN:
Produk BTNBerbagai macam produk ditawarkan oleh BTN. Produk BTN terbagi atas BTN Konvensional, BTN Prioritas, dan BTN Syariah. Produk BTN Konvensional terdiri atas produk dana dan komersial. Pada BTN Prioritas terdiri atas produk dana, produk investasi, dan produk proteksi. Sedangkan, pada BTN Syariah terdiri atas produk dana dan kredit konsumer. BTN KonvensionalProduk Dana
Komersial
BTN SyariahProduk Dana
Komersial
BTN PrioritasProduk Dana
Produk Investasi
Produk Proteksi
Digital Banking
BTN ProsperaSlogan
Penghargaan2021Penghargaan Nasional
Penghargaan Internasional
2022Penghargaan Nasional
Penghargaan Internasional
2023Penghargaan Internasional
Penghargaan Internasional
Lihat pulaReferensi
Pranala luar |