Astra AB dulu adalah sebuah perusahaan farmasi internasional yang berkantor pusat di Södertälje, Swedia. Perusahaan ini dibentuk pada tahun 1913 dan digabung dengan Zeneca Group asal Britania Raya pada tahun 1999 untuk membentuk AstraZeneca.[1] Perusahaan ini fokus mengembangkan produk terapeutik untuk kelainan gastrointestinal, kardiovaskular, dan respiratori, serta pengendalian nyeri. Pada saat digabung, Astra merupakan perusahaan farmasi terbesar di Swedia. Astra juga mengoperasikan Astra Tech, sebuah produsen alat kesehatan, dan memasarkan produk farmasi yang dikembangkan oleh perusahaan lain, seperti agen anti-infektif.
Sejarah
Ide pendirian industri farmasi di Swedia telah didiskusikan oleh sejumlah apoteker asal Swedia sejak pertengahan dekade 1890-an,[2] karena pada saat itu, justru produk farmasi asal Jerman dan Swiss lah yang mendominasi di Swedia. Pada tahun 1913, Astra akhirnya didirikan di Södertälje dan berencana memproduksi sekitar 40 sediaan farmasi. Knut Sjöberg kemudian ditunjuk menjadi CEO dari perusahaan ini.[3]
Pada tahun 1918, AB Svensk färgämnesindustri (ASF) membeli Astra, karena ASF bertekad menjadi perusahaan kimia besar di Swedia, agar dapat bersaing langsung dengan perusahaan serupa di Eropa. Namun, ASF kemudian terlilit masalah keuangan dan akhirnya dilikuidasi pada tahun 1920. Astra lalu di-bailout dan diakuisisi oleh pemerintah Swedia melalui Vin- & Spritcentralen yang memonopoli produksi minuman keras di Swedia. Astra kemudian disiapkan untuk memonopoli produksi farmasi di Swedia, namun mendapat sejumlah penolakan, sehingga akhirnya pengusaha Erik Kistner membentuk sebuah konsorsium untuk membeli Astra dengan harga 1 krona Swedia. Konsorsium tersebut meliputi bankir Jacob Wallenberg, dan sejak saat itu, keluarga Wallenberg pun terus memegang saham perusahaan ini.
Di bawah kepemimpinan CEO Börje Gabrielsson, Astra berhasil mencetak laba mulai tahun 1929 dan terus tumbuh. Pada dekade 1930-an, Astra mulai mengadakan riset sendiri dalam skala kecil. Sulfonamida Sulfathiazole merupakan salah satu hasil riset Astra. Pada tahun 1939, perusahaan ini mengakuisisi Tika, dan pada tahun 1942, perusahaan ini mengakuisisi pabrik farmasi milik Paul G. Nordström di Hässleholm. Nama pabrik tersebut kemudian diubah menjadi Hässle, dan beroperasi sebagai salah satu divisi dari Astra. Kedua akuisisi tersebut pun menjadikan Astra sebagai perusahaan farmasi terkemuka di Swedia.
Pada dekade 1940-an, Astra meluncurkan dua jajaran produk, yakni penisilin dan anestetik, awalnya dalam bentuk Xylocain, yang diperkenalkan di Swedia pada tahun 1948.
Laba dari kedua jajaran produk tersebut kemudian digunakan untuk mendanai pengembangan obat baru. Sejumlah obat yang diperkenalkan oleh Astra pada dekade 1960-an berasal dari divisi Hässle, yang telah dipindah dari Hässleholm ke Gothenburg pada tahun 1954 untuk memfasilitasi kolaborasi dengan Universitas Gothenburg dan Fakultas Kedokterannya. Salah satu ilmuwan yang terlibat dalam kolaborasi dengan Astra di Gothenburg adalah Arvid Carlsson, yang kemudian menerima Hadiah Nobel. Dengan semangat yang sama, Astra Draco juga didirikan di Lund, di mana Universitas Lund berada. Riset di Hässle menghasilkan sejumlah obat untuk melawan kondisi kardiovaskular, seperti Aptin pada tahun 1967 dan Seloken pada tahun 1975. Produk lain buatan Hässle yang sangat laku adalah Losec untuk melawan kondisi gastroesofagus, yang diperkenalkan pada tahun 1988.
Obat yang tidak dikembangkan oleh Astra, namun didistribusikan oleh Astra di Swedia, adalah Neurosedyn, sebuah obat penenang tanpa resep. Obat tersebut dikembangkan di Jerman oleh Grünenthal dengan nama Contergan dan juga dijual dengan nama Thalidomide di negara lain. Pada akhir tahun 1961, obat tersebut diduga menyebabkan sejumlah cacat lahir di Jerman, sehingga akhirnya dilarang dijual di Jerman. Tiga minggu kemudian, obat tersebut juga dilarang dijual di Swedia. Kemudian terungkap bahwa sekitar seratus bayi di Swedia menderita cacat, karena ibunya secara sengaja meminum obat tersebut saat hamil. Secara keseluruhan, obat tersebut menyebabkan cacat lahir pada sekitar 10.000 bayi di seluruh dunia. Setelah serangkaian sidang pada dekade 1960-an, sebuah kesepakatan akhirnya berhasil dicapai pada tahun 1969, di mana Astra harus membayar sejumlah kompensasi kepada para korban. Kejadian tersebut pun menyebabkan diubahnya pemikiran mengenai keamanan dalam pengembangan obat, serta hingga saat ini masih dianggap sebagai tragedi dan skandal terburuk dalam sejarah farmasi Swedia.
Pada tahun 1983, Astra menghentikan produksi obat neurofarmakologisnya, Zelmid, karena ada kekhawatiran mengenai efek sampingnya. Zelmid adalah sebuah selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), dan walaupun merupakan pelopor di bidang SSRI, Astra tidak melanjutkan pengembangan obat dengan mekanisme SSRI. Eli Lilly and Company asal Amerika Serikat kemudian memperkenalkan obat SSRI bernama Prozac dan ternyata sangat laku. Walaupun kalah di bidang SSRI, pada dekade 1990-an, Astra tetap merupakan salah satu perusahaan terbesar di Stockholm Stock Exchange, berkat laba besar dari Losec.
Karena makin meningkatnya biaya pengembangan obat baru dan adanya persepsi bahwa industri farmasi harus lebih terkonsolidasi, Astra pun mulai mencari mitra. Pada tanggal 9 Desember 1998, rencana penggabungan dengan Zeneca resmi diumumkan. Walaupun sempat mendapat sejumlah kritik, sebanyak 96,4% pemegang saham Astra setuju dengan penggabungan yang akhirnya selesai pada tahun 1999 tersebut.
Referensi