Arifin Bey lahir dari keluarga Minang di Padang Panjang. Ketika Indonesia berada di bawah pendudukan Jepang, ia pergi ke Jepang sebagai mahasiswa beasiswa selama Perang Pasifik. Arifin bersama Hasan Rahaya merupakan duawarga Indonesia yang selamat di Hiroshima, ketika kota tersebut dilanda bom atom. Pada tahun 1954, ia pindah ke Amerika Serikat dan bertugas di bagian penerangan PBB. Pada tahun 1961, ia menyelesaikan studi di Georgetown University, mendapatkan gelar Ph.D. dalam ilmu politik internasional. Dari tahun 1961 sampai 1967 ia menjadi editor harian Herald edisi Bahasa Indonesia. Ia ditugaskan sebagai anggota dewan di Kedutaan Besar Indonesia Tokyo pada 1967. Kemudian ia pindah ke RADA, sebuah organisasi militer yang mendukung penelitian Bahasa Indonesia. Dia juga mengajar di Universitas Tsukuba dan menjabat sebagai wakil rektor Universitas Bung Hatta.
Putrinya, Mulyati Bey mendirikan taman kanak-kanak Islam Arif Mulya di Bukit Modern, Tangerang Selatan.
Karya
Beyond civilizational dialogue: a multicultural symbiosis in the service of world politics, Published by Paramadina in cooperation with The Japan Foundation, Jakarta, 2003