Akses internet

Akses internet adalah kemampuan suatu individu atau kelompok untuk tersambung ke jaringan internet menggunakan terminal komputer, komputer, atau perangkat lainnya. Akses ini kemudian digunakan untuk mendapatkan layanan tertentu, seperti surat elektronik dan World Wide Web. Akses internet dijual oleh penyedia jasa internet (ISP) yang menawarkan konektivitas dengan teknologi dan kecepatan transfer data yang bervariasi. Beberapa organisasi, termasuk lembaga pemerintahan, mulai menyediakan akses nirkabel dan jaringan tetap secara gratis.

Ketersediaan akses internet awalnya cukup terbatas. Pada 1990, hanya 0,049 persen populasi dunia yang dapat mengakses internet, dengan setengahnya berasal Amerika Serikat.[1] Namun pada awal abad ke-21, negara-negara berkembang mulai dapat menggunakan teknologi pita lebar yang cepat. Hingga 2014, sebanyak 41 persen populasi dunia memiliki akses ke internet,[2] teknologi pita lebar hampir dapat digunakan di seluruh dunia, dan kecepatan koneksi rata-rata global melebihi satu megabit per detik.[3]

Sejarah

Internet pertama kali dikembangkan oleh United States Departement of Defense Advanced Research Projects Agency (ARPANET) pada 1969[4] menggunakan pendanaan dari pemerintah Amerika Serikat untuk mendukung proyek di lingkungan pemerintahan, perguruan tinggi, dan laboratorium penelitian di negara itu. Seiring berjalannya waktu, internet juga digunakan oleh perguruan tinggi besar dan perusahaan teknologi di negara lain.[5][6] Pada 1995, penggunaan internet semakin meluas seiring dengan dicabutnya pelarangan internet untuk kegiatan komersial.[7]

Akses internet pita lebar atau umum disebut sebagai broadband, didefinisikan sebagai "akses internet yang selalu tersedia dan lebih cepat daripada akses internet putar-nomor (dial-up) tradisional",[8][9] sehingga dapat menjangkau beragam jenis teknologi. Inti dari teknologi ini adalah sirkuit digital complementary MOS (CMOS).[10][11] Koneksi pita lebar umumnya menggunakan kemampuan jaringan eternet yang ada dalam komputer pengguna atau menggunakan kartu ekspansi NIC.

Pada 1990-an, program infrastruktur informasi nasional di Amerika Serikat membuat akses internet peta lebar menjadi masalah kebijakan publik.[12] Pada 2000, sebagian besar akses internet di rumah-rumah masih menggunakan akses dial-up, sementara sebagian besar sektor bisnis dan sekolah telah menggunakan koneksi pita lebar. Saat itu, terdapat 150 juta pelanggan yang masih menggunakan akses dial-up di 34 negara OECD[13] dan kurang dari 20 juta pelanggan yang telah menggunakan pita lebar. Pada 2005, koneksi pita lebar telah berkembang dan akses dial-up mengalami penurunan, ditandai dengan samanya jumlah pelanggan kedua sistem tersebut, yakni 130 juta pelanggan. Pada 2010, sekitar 90% akses internet di negara-negara OECD telah menggunakan akses pita lebar. Pelanggan akses pita lebar naik menjadi 300 juta pelanggan, sementara pelanggan akses dial-up menjadi hanya 30 juta pelanggan.[14]

Ketersediaan

Tingkatan akses konektivitas internet

Selain rumah, sekolah, dan tempat kerja, internet dapat pula diakses dari tempat umum seperti perpustakaan, warung internet, atau tempat lainnya yang menyediakan komputer dan koneksi internet. Beberapa perpustakaan telah menyediakan suatu tempat bagi para pengunjung untuk menyambungkan laptop mereka ke jaringan area lokal (LAN).[15] Beberapa tempat umum lainnya, seperti bandara, menyediakan akses internet nirkabel di beberapa titik tertentu untuk penggunaan dalam waktu singkat.[16] Beberapa tempat juga menyediakan akses internet melalui komputer yang membutuhkan koin.

Kedai kopi, pusat perbelanjaan, dan tempat-tempat lainnya menawarkan akses nirkabel ke jaringan komputer yang disebut sebagai hotspot. Jaringan ini dapat digunakan oleh pengunjung dengan cara menyambungkannya ke perangkat nirkabel seperti laptop, ponsel, atau PDA. Layanan seperti ini dapat disediakan secara gratis maupun berbayar. Beberapa pemancar hotspot Wi-Fi dapat digabungkan menjadi sebuah sistem sehingga bisa melayani tempat yang lebih luas, seperti keseluruhan wilayah kampus, taman, atau bahkan kota.[17]

Kecepatan

Laju bit (bit rate) untuk modem dial-up berkisar antara 110 bit/detik pada akhir 1950-an hingga 33-64 kbit/detik pada akhir 1990-an. Koneksi dial-up umumnya membutuhkan kabel telepon tersendiri. Kompresi data dapat meningkatkan laju efektif bita untuk koneksi modem dial-up dari 220 menjadi 320 kbit/detik.[18][19] Namun, keefektifan kompresi data bergantung pada jenis data yang dikirimkan, kondisi kabel telepon, dan faktor-faktor lainnya.[20]

Teknologi pita lebar memungkinkan laju bita yang lebih cepat dibandingkan dial-up dan umumnya tidak mengganggu penggunaan telepon. Terdapat beberapa versi mengenai batas laju bita untuk pita lebar. Per tahun 2003, ITU menetapkan pita lebar sebagai koneksi yang memiliki laju data minimum sebesar 1,5 Mbit/detik hingga 2 Mbit/detik.[21] Pada 2015, Komisi Komunikasi Federal (FCC) Amerika Serikat menggolongkan "pita lebar dasar" ketika laju data unduh (dari internet ke pengguna) mencapai 25 Mbit/detik dan laju data unggah (dari pengguna ke internet) mencapai 3 Mbit/detik.[22] Tren peningkatan batas definisi ini terjadi seiring dengan meningkatnya laju data layanan internet di dunia.[23]

Laju data yang tercantum di iklan atau sumber informasi lainnya umumnya ditentukan dari laju unggah maksimum. Meskipun pada kenyatannya, laju data maksimum ini tidak selalu dapat digunakan oleh konsumen.[24] Pada akhir Juni 2016, kecepatan internet rata-rata di dunia tercatat sebesar 6 Mbit/detik.[25] Kecepatan ini bergantung pada beberapa faktor seperti kondisi alam, cuaca, konstruksi bangunan, penempatan antena, dan interferensi dari sumber gelombang radio lainnya.

Kepadatan jaringan

Pengguna internet dapat menggunakan akses internet dari infrastruktur jaringan yang sama. Informasi yang bisa diakses melalui internet sangat banyak dan luas. Cara mengukur jumlah informasi dalam internet adalah sekitar lima exabytes sehari. Jumlah ini setara dengan 40.000 film berdurasi dua jam per detik.[26] Ketika sebagian besar pengguna menggunakan layanan berbagi berkas peer-to-peer (P2P) dan siaran daring video, mereka membutuhkan laju data yang besar dalam waktu yang bersamaan. Hal ini bisa menyebabkan kepadatan jaringan dan menurunnya performa koneksi. Ketika kondisi ini terjadi, penyedia layanan internet (ISP) dapat menurunkan ketersediaan lebar pita untuk kelas pengguna atau layanan tertentu.[27] Metode ini berguna untuk meningkatkan kualitas layanan bagi sektor yang membutuhkan koneksi cepat, contohnya sektor kesehatan, keamanan, dan sejenisnya. Meskipun demikian, penggunaan metode ini secara berlebihan dapat menimbulkan persepsi buruk mengenai keadilan dan kenetralan jaringan.[28]

Gangguan dan pemadaman

Gangguan dan pemadaman internet dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Gangguan pada kabel komunikasi bawah laut dapat menyebabkan pemadaman total atau perlambatan koneksi di wilayah yang luas, seperti ketika sistem kabel Jawa-Sumatra-Kalimantan mengalami gangguan pada pertengahan tahun 2021. Negara terbelakang cukup rentan mengalami masalah ini karena negara-negara tersebut biasanya tidak memiliki banyak jaringan kabel berkapasitas besar. Selain kabel bawah laut, kabel di darat juga rentan menyebabkan gangguan internet. Pada 2011, seorang wanita yang mencari besi tua memotong kabel internet bawah tanah sehingga mengganggu jaringan internet di Armenia.[29]

Selain gangguan fisik, akses internet juga dapat mengalami gangguan akibat kebijakan pemerintah dan kesalahan manusia. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menyatakan jika pemutusan jaringan internet dengan alasan ketertiban umum atau keadaan bahaya seringkali dilakukan hanya melalui suatu siaran pers.[30] Pada 2011, sekitar 93%[31] jaringan internet di Mesir dipadamkan oleh pemerintah untuk mencegah mobilisasi protes antipemerintah.[32] Pada 25 April 1997, jaringan internet mengalami gangguan akibat gabungan kesalahan manusia dan galat perangkat lunak di Virginia.[33]

Harga dan pengeluaran

Keterjangkauan akses pita lebar pada 2011
Peta ini menampilkan ikhtisar keterjangkauan pita lebar, melibatkan hubungan antara pendapatan rata-rata tahunan per kapita dan biaya langganan layanan pita lebar (data tahun 2011). Sumber: Information Geographies at the Oxford Internet Institute.[34]

Akses internet bergantung dari harga internet dan sumber daya yang dapat digunakan untuk membayarnya. Diperkirakan sekitar 40% populasi dunia memiliki kurang dari US$20 per tahun untuk membayar keperluan teknologi informasi komunikasi (TIK).[35] Sekitar 30% masyarakat termiskin di Meksiko menghabiskan sekitar US$35 per tahun (US$3 per bulan) untuk keperluan TIK, sementara 22% masyarakat termiskin di Brazil, menghabiskan US$9 per tahun (US$0,75 per bulan). Masyarakat Amerika Latin menganggap internet sebagai hal yang "mewah" apabila harganya melebihi US$10 per bulan untuk tiap orangnya.[35]

Kesenjangan digital

Akses internet memungkinkan biaya yang murah dan efektif dalam mengakses sumber daya, kolaborasi, dan pendidikan jarak jauh.[36] Namun, akses tersebut tidak tersebar dengan baik di beberapa negara, meskipun mengalami perkembangan yang pesat.[37][38] Kesenjangan digital merujuk pada “jurang pemisah antara orang-orang yang memiliki akses teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan orang-orang yang memiliki akses terbatas atau tidak memiliki akses sama sekali”. Jurang pemisah ini menjadi salah satu aspek dalam kesenjangan digital.[39] Oktavianoor menguraikannya menjadi empat faktor, yaitu faktor infrastruktur, skill, konten bahasa, dan pemanfaatan.[40] Selain itu, akses internet yang dimiliki oleh seseorang bergantung dari status finansial, lokasi, serta aturan pemerintah.[41]

Aturan pemerintah menjadi aspek penting dalam tersedianya akses internet di suatu kelompok, daerah, dan negara. Contohnya, Pakistan mengalami kenaikan pengguna internet dari 0,55% populasi penduduk pada 2000 menjadi 17,1% populasi penduduk pada 2021 setelah negara tersebut meluncurkan program untuk mempercepat perkembangan teknologi informasi.[42][43] Sebaliknya, penduduk Korea Utara memiliki akses internet yang sangat terbatas karena pemerintahnya khawatir terhadap ketidakstabilan politik yang mungkin dapat terjadi akibat akses internet.[44] Akses internet di Kuba juga terbatas akibat embargo Amerika Serikat terhadap perdagangan di Kuba.[45]

Akses kepada perangkat komputer juga menjadi faktor dominan dalam menentukan tingkat akses internet. Pada 2020, di negara berkembang terdapat sekitar 65% rumah penduduk yang memiliki komputer dan 28% rumah penduduk memiliki akses internet. Sementara itu di negara-negara maju, sekitar 87% rumah penduduk memiliki komputer dan 81% yang memiliki akses ke internet.[46] Ketika pembelian komputer dilegalkan di Kuba pada 2007, kepemilikan komputer pribadi meningkat tajam.[47][48]

Akses internet telah menjadi bagian penting dalam aspek ekonomi, politik, dan kehidupan sosial masyarakat dunia. PBB menyatakan bahwa penyediaan akses internet ke lebih banyak orang di dunia dapat memberikan keuntungan dalam aspek "politik, sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesempatan kerja” yang tersedia di internet.[38] Beberapa dari 67 asas pertemuan World Summit on the Information Society yang digelar di Jenewa pada 2003 secara langsung ditujukan untuk mengatasi kesenjangan digital.[49]

Jumlah pengguna internet pada 2015 dalam persentase populasi tiap negara
Sumber: Persatuan Telekomunikasi Internasional.[50]
'Jumlah pelanggan internet pita lebar fixed pada 2012 dalam persentase populasi tiap negara
Sumber: Persatuan Telekomunikasi Internasional.[51]
'Jumlah pelanggan internet pita lebar mobile pada 2012 dalam persentase populasi tiap negara
Sumber: Persatuan Telekomunikasi Internasional.[52]
Kesenjangan digital (dalam bentuk lebar pita) tidak menurun, melainkan mengalami fluktuasi naik dan turun.[53]

Referensi

  1. ^ "Individuals using the Internet (% of population) | Data". data.worldbank.org. Diakses tanggal 8 November 2021. 
  2. ^ Robinson, Zachary A. (2015-06-26). The world transformed : 1945 to the present. hlm. 431–432. ISBN 9780199371020. OCLC 907585907. 
  3. ^ "Akamai Releases Second Quarter 2014 'State of the Internet' Report". Akamai. 30 September 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Oktober 2014. Diakses tanggal 8 November 2021. 
  4. ^ Sengi, Ernest (2018). Kebijakan Formulasi Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial. Semarang: Pilar Nusantara. hlm. 48. ISBN 9786025136856. 
  5. ^ Segal, Ben (April 1995). "A Short History of Internet Protocols at CERN". Diakses tanggal 9 November 2021. 
  6. ^ "Internet History in Asia". 16th APAN Meetings/Advanced Network Conference in Busan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Februari 2006. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  7. ^ Harris, Susan R.; Gerich, Elise (4 April 1996). "Retiring the NSFNET Backbone Service: Chronicling the End of an Era". ConneXions. 10 (4). Diakses tanggal 9 November 2021. 
  8. ^ "What is Broadband?". The National Broadband Plan. US Federal Communications Commission. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Juli 2011. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  9. ^ "Inquiry Concerning the Deployment of Advanced Telecommunications Capability to All Americans in a Reasonable and Timely Fashion, and Possible Steps to Accelerate Such Deployment Pursuant to Section 706 of the Telecommunications Act of 1996, as Amended by the Broadband Data Improvement Act" (PDF). GN Docket No. 10-159, FCC-10-148A1. Federal Communications Commission. 6 Agustus 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 21 Juli 2011. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  10. ^ Geerts, Yves; Steyaert, Michiel; Sansen, Willy (2013) [1st pub. 2004]. "Chapter 8: Single-Loop Multi-Bit Sigma-Delta Modulators". Dalam Rodríguez-Vázquez, Angel; Medeiro, Fernando; Janssens, Edmond. CMOS Telecom Data Converters. Springer Science & Business Media. hlm. 277. ISBN 978-1-4757-3724-0. 
  11. ^ Green, M. M. (November 2010). "An overview on wireline communication systems for high-speed broadband communication". Proceedings of Papers 5th European Conference on Circuits and Systems for Communications (ECCSC'10): 1–8. 
  12. ^ Jeffrey A. Hart; Robert R. Reed; François Bar (November 1992). "The building of the Internet: Implications for the future of broadband networks". Telecommunications Policy. 16 (8): 666–689. doi:10.1016/0308-5961(92)90061-S. 
  13. ^ 34 negara OECD adalah: Australia, Austria, Belgia, Kanada, Chile, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Islandia, Irlandia, Israel, Italia, Jepang, Korea, Luxembourg, Meksiko, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Portugal, Republik Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Britania Raya, dan Amerika Serikat. Anggota OECD Diarsipkan 8 April 2011 di Wayback Machine., diakses pada 9 November 2021
  14. ^ "The Future of The Internet Economy: A Statistical Profile" (PDF). Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD). Juni 2011. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 16 Juni 2012. 
  15. ^ Wong, W.H.; Ng, J.K.; Yeung, W.M. (2005-06). "Wireless LAN positioning with mobile devices in a library environment". 25th IEEE International Conference on Distributed Computing Systems Workshops: 633–636. doi:10.1109/ICDCSW.2005.142. 
  16. ^ "Angkasa Pura II". www.angkasapura2.co.id. Diakses tanggal 2021-11-09. 
  17. ^ Kamrul, Farhana; Abbas, Robert; Daley, Matthew (3 April 2020). Campus Wi-Fi Coverage Mapping and Analysis. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  18. ^ Davies, Gordon (17 Desember 2019). Networking Fundamentals: Develop the networking skills required to pass the Microsoft MTA Networking Fundamentals Exam 98-366 (dalam bahasa Inggris). Packt Publishing Ltd. hlm. 95. ISBN 978-1-83864-874-9. 
  19. ^ Willdig, Karl; Patrik Chen (Agustus 1994). "What You Need to Know about Modems". Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Januari 2007. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  20. ^ Briere, Daniel (19 April 1993). Network World (dalam bahasa Inggris). IDG Network World Inc. hlm. 42. 
  21. ^ "Birth of Broadband". ITU. September 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Juli 2011. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  22. ^ "FCC Finds U.S. Broadband Deployment Not Keeping Pace" (PDF). FCC. 29 Januari 2015. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 19 April 2015. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  23. ^ Patel, Nilay (19 Maret 2008). "FCC redefines "broadband" to mean 768 kbit/s, "fast" to mean "kinda slow"". Engadget. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Juni 2021. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  24. ^ "Virgin Media's ultrafast 100Mb broadband now available to over four million UK homes". News release. Virgin Media. 10 Juni 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Juli 2012. Diakses tanggal 15 November 2021. 
  25. ^ Munson, Ben (29 Juni 2016). "Akamai: Global average internet speeds have doubled since last Olympics". FierceOnlineVideo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Juli 2016. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  26. ^ Nancy, Yonada (12 Oktober 2021). "Pengertian, Fungsi, & Perbedaan Internet, Intranet, dan Ekstranet". Tirto.id. Diakses tanggal 8 Desember 2021. 
  27. ^ Mateen, Ahmed; Ahmad, Jawad (2016-06-17). "Effective Internet Traffic Management by Reducing Congestion in TCP Cubic through Proactive Approach". International Journal of Computer Applications. 143: 1–5. doi:10.5120/ijca2016908958. 
  28. ^ Nowak, Peter (25 April 2008). "Bell's internet traffic shaping 'defies all logic,' ISPs say". CBC Radio Canada. Diakses tanggal 16 November 2021. 
  29. ^ Parfitt, Tom (6 April 2011). "Georgian woman cuts off web access to whole of Armenia". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Agustus 2013. Diakses tanggal 22 November 2021. 
  30. ^ Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (3 September 2019). "Pembatasan Akses Internet: Kebijakan, Batasan, dan Dampaknya". Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. Diakses tanggal 6 Desember 2021. 
  31. ^ Cowie, James. "Egypt Leaves the Internet". Renesys. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 January 2011. Diakses tanggal 22 November 2021. 
  32. ^ "Egypt severs internet connection amid growing unrest". BBC News. 28 Januari 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 November 2021. 
  33. ^ "Router glitch cuts Net access". CNET. 25 April 1997. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-27. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  34. ^ "Broadband affordability" Diarsipkan 14 Juni 2014 di Wayback Machine., Information Geographies at the Oxford Internet Institute
  35. ^ a b Hilbert, Martin (2010). "When is Cheap, Cheap Enough to Bridge the Digital Divide? Modeling Income Related Structural Challenges of Technology Diffusion in Latin America" (PDF). World Development. 38 (5): 756–770. doi:10.1016/j.worlddev.2009.11.019. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 6 Juli 2016. 
  36. ^ Tubagus, Munir (2021). Model Pembelajaran Terbuka Jarak Jauh: Kajian Teoritis dan Inovasi. Yogyakarta: Nas Media Pustaka. hlm. 105. ISBN 9786236093924. 
  37. ^ "Internet Users". International Telecommunication Union. 16 November 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Maret 2013. Diakses tanggal 15 November 2021. 
  38. ^ a b Amir Hatem Ali, A. (2011). "The power of social media in developing nations" Diarsipkan 14 November 2012 di Wayback Machine., Human Rights Journal, Harvard Law School, Vol. 24, Issue 1 (2011), pp. 185–219
  39. ^ Wattal, S.; Yili Hong; Mandviwalla, M.; Jain, A., "Technology Diffusion in the Society: Analyzing Digital Divide in the Context of Social Class Diarsipkan 2013-04-28 di Wayback Machine.", Proceedings of the 44th Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS), pp.1–10, 4–7 Januari 2011, ISBN 978-0-7695-4282-9
  40. ^ Oktavianoor, Renaldy (2020). "Kesenjangan Digital Akibat Kondisi Demografis di Kalangan Masyarakat Rural". Palimpsest. 11 (1): 9. 
  41. ^ McCollum, S., "Getting Past the 'Digital Divide'" Diarsipkan 4 November 2011 di Wayback Machine., Teaching Tolerance, No. 39 (2011), pp. 46–49, and Education Digest, Vol. 77 No. 2 (Oktober 2011), pp. 52–55
  42. ^ "Individuals using the Internet (% of population) - Pakistan | Data". data.worldbank.org. Diakses tanggal 2021-11-15. 
  43. ^ "Definitions of World Telecommunication/ICT Indicators, March 2010" (PDF). Persatuan Telekomunikasi Internasional. Maret 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 20 Desember 2014. 
  44. ^ Zeller Jr, Tom (23 Oktober 2006). "LINK BY LINK; The Internet Black Hole That Is North Korea". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Juni 2010. Diakses tanggal 15 November 2021. 
  45. ^ Press, Larry (Januari 2011). The state of the Internet in Cuba, January 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 April 2012. 
  46. ^ Measuring digital development: Facts and figures 2020 (PDF). Jenewa: International Telecommunication Union. 2020. 
  47. ^ Wylie, Lana (1 Januari 2010). Perceptions of Cuba: Canadian and American Policies in Comparative Perspective (dalam bahasa Inggris). University of Toronto Press. hlm. 114. ISBN 978-1-4426-1007-1. 
  48. ^ "Cuba to keep internet limits". Agence France-Presse (AFP). 9 Februari 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Mei 2009. Diakses tanggal 15 November 2021. 
  49. ^ "Declaration of Principles". World Summit on Information Society. 12 Desember 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 November 2004. Diakses tanggal 15 November 2021. 
  50. ^ "Percentage of Individuals using the Internet 2000–2012" Diarsipkan 2014-02-09 di Wayback Machine., Diakses pada 15 November 2021 (Jenewa), Juni 2013, Diakses pada 15 November 2021
  51. ^ "Fixed (wired)-broadband subscriptions per 100 inhabitants 2012" Diarsipkan 2017-07-10 di Wayback Machine., Dynamic Report, ITU ITC EYE, Persatuan Telekomunikasi Internasional. Diakses pada 15 November 2021.
  52. ^ "Active mobile-broadband subscriptions per 100 inhabitants 2012" Diarsipkan 2017-07-10 di Wayback Machine., Dynamic Report, ITU ITC EYE, Persatuan Telekomunikasi Internasional. Diakses pada 15 November 2021.
  53. ^ Hilbert, Martin (2016). "The bad news is that the digital access divide is here to stay: Domestically installed bandwidths among 172 countries for 1986–2014". Telecommunications Policy. 40 (6): 567–581. doi:10.1016/j.telpol.2016.01.006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Juni 2016. 

Pranala luar